Prev Juli 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
28 29 30 01 02 03 04
05 06 07 08 09 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 01
02 03 04 05 06 07 08
Berita Kurs Dollar pada hari Rabu, 22 Juli 2015
Gubernur BI: Rupiah di Bawah Harga Riil

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengakui bahwa nilai tukar rupiah sudah berada di bawah Riil Effective Exchange Rate (REER) alias undervalue. Meski ‎nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) paska libur Lebaran berada di level 13.36‎7 per dolar AS atau level yang tak jauh dengan periode sebelum libur Lebaran, namun level ini merupakan yang terlemah sejak krisis moneter 1998.

Gubernur BI, Agus Martowardojo usai Halal bi Halal mengungkapkan, kurs rupiah sudah undervalue dibandingkan dengan nilai mata uang negara lain terutama mitra dagang utama Indonesia.‎ Hanya saja level ini dianggap baik untuk daya saing Indonesia atau ekspor.

"Kalau dilihat REER, memang rupiah ada di bawah 100. Itu menunjukkan slidely undervalue dibanding currency-currency mitra utama kita. Tapi ini mencerminkan iklim usaha yang memungkinkan daya saing," ujar dia di Gedung BI, Jakarta, Rabu (22/7/2015).

Agus mendesak pemerintah agar memperbaiki dan mempercepat pembangunan infrastruktur, segera merealisasikan investasi atau kegiatan penanaman modal di Indonesia dan melanjutkan reformasi struktural dengan dukungan peran dari BI dalam bentuk pendalaman pasar keuangan di Tanah Air.

"Infrastruktur diperbaiki, minat investasi harus direalisasikan sehingga betul-betul Indonesia bisa memperbaiki ekspor meski harga komoditas cenderung turun. Pemerintah pusat dan daerah melanjutkan reformasi struktural serta BI berpartisipasi dalam pendalaman pasar keuangan," tegasnya.

Dengan upaya tersebut, Agus optimistis, dapat berkontribusi baik terhadap perekonomian di semester II 2015 sehingga pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5 persen di akhir tahun ini.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, nilai tukar rupiah pada 22 Juli 2015 berada di level 13.368 per dolar AS. Nilai tukar tersebut melemah jika dibandingkan dengan periode perdagangan sebelumnya atau pada 15 Juli 2015 yang berada di level 13.329 per dolar AS.


Source: liputan6.com
Rupiah Terus di Level 13.000, Bos BI Masih Anggap Normal

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) paska libur Lebaran berada di level 13.36‎7 atau melemah 0,04 persen jika dibanding pada penutupan sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menganggap level tersebut bukan sebuah masalah yang perlu dikhawatirkan.

Gubernur BI, Agus Martowardojo mengaku level rupiah yang tertekan dipengaruhi faktor eksternal maupun internal. "Kami habis libur dan ada cukup banyak perkembangan baik eksternal dan internal, jadi ada transaksi yang harus ditransaksikan pada hari ini. Saya sendiri belum update kondisi ini, kami lihat di siang hari," ucap dia saat Halal bi Halal di Gedung BI, Jakarta, Rabu (22/7/2015).

Agus memastikan kondisi perekonomian Indonesia saat ini dalam keadaan baik walaupun nilai tukar rupiah saat ini sudah berada di bawah Riil Effective Exchange Rate (REER) alias undervalue. "Pada umumnya, Indonesia seharusnya dalam keadaan yang tidak perlu dikhawatirkan," ujar dia.

‎Agus sebelumnya mengaku, nilai tukar rupiah sudah undervalue dibandingkan dengan nilai mata uang negara lain terutama mitra dagang utama Indonesia.‎ Hanya saja level ini dianggap baik untuk daya saing Indonesia atau ekspor.

"Kalau dilihat REER, memang rupiah ada di bawah 100. Itu menunjukkan slidely undervalue dibanding mata uang mitra utama kita. Tapi ini mencerminkan iklim usaha yang memungkinkan daya saing," paparnya.

Agus mendesak pemerintah agar memperbaiki dan mempercepat pembangunan infrastruktur, segera merealisasikan investasi atau kegiatan penanaman modal di Indonesia dan melanjutkan reformasi struktural dengan dukungan peran dari BI dalam bentuk pendalaman pasar keuangan di Tanah Air.

"Infrastruktur diperbaiki, minat investasi harus direalisasikan sehingga betul-betul Indonesia bisa memperbaiki ekspor meski harga komoditas cenderung turun. Pemerintah pusat dan daerah melanjutkan reformasi struktural serta BI berpartisipasi dalam pendalaman pasar keuangan," tegasnya.

Dengan upaya tersebut, Agus optimistis, dapat berkontribusi baik terhadap perekonomian di semester II 2015 sehingga pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5 persen di akhir tahun ini. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
BI: Kondisi Rupiah Saat 1998 Berbeda dengan Sekarang

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyatakan perbedaan kondisi ekonomi saat ini dengan krisis moneter (krismon) 1998 sehingga menyebabkan kurs rupiah tertekan.

Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara membeberkan situasi dan kondisi ekonomi maupun politik Indonesia pada 2015 dan 1998. Indonesia terkena imbas krisis keuangan di Asia yang merupakan rentetan dari krisis beberapa negara.  

"Kenapa harus dibandingkan 1998? Saat 1998 ada krisis di Asia, Thailand, Korea, Malaysia lalu menjalar ke Indonesia. Ada juga krisis politik di tahun itu," kata dia usai Halal Bihalal di Gedung BI, Jakarta, Rabu (22/7/2015).

Mirza menambahkan, transaksi berjalan Indonesia saat krismon menerjang berada di atas 4 persen, perbankan dikelola pengusaha yang tidak prudent dan keterbatasan kepemilikan data utang luar negeri.

Perbaikan sudah dilakukan, sehingga fundamental ekonomi Indonesia semakin kuat. Hal ini, Mirza menuturkan, ditunjukkan dengan data penurunan transaksi berjalan Indonesia dari 4,4 persen di kuartal II 2013 menjadi 2,95 persen di akhir tahun lalu. Kemudian terus menyusut menjadi 1,85 persen di kuartal I 2015, dan di bawah 2,3 persen pada kuartal II ini.

"Akhir tahun ini diharapkan bisa di kisaran 2,5 persen atau di bawah itu. Data utang luar negeri kita sudah cukup akurat, utang luar negeri swasta sudah diatur dengan hedging," ujar Mirza.

Dia mengakui, tekanan rupiah datang dari faktor eksternal dan internal, salah satunya perlambatan ekonomi. Sebagai contoh Amerika Serikat yang diperkirakan ekonominya bertumbuh semakin kuat, namun faktanya tidak terlalu melesat.

"Ekonomi Indonesia melambat karena harga komoditas turun lantaran perekonomian China pun melambat. Tapi kita perkirakan ekonomi China di 2016 sudah lebih baik, jadi ekonomi Indonesia di semester II bisa lebih stabil. Ditambah kepastian suku bunga AS, diharapkan ekonomi kita lebih baik di tahun depan," kata Mirza.

BI, Mirza mengakui, akan selalu berada di pasar dalam rangka stabilisasi rupiah mengingat kurs rupiah sudah undervalue. Penyebabnya, dia bilang, karena ada tekanan penguatan dolar AS di seluruh dunia.

"Penguatan dolar bukan hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia dan terhadap semua mata uang. Karena rupiah sudah undervalue sejak lama saat ada tapering off di 2013," pungkas Mirza.

Berdasarkan data kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah berada di kisaran Rp 13.368 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu 22 Juli 2015. Angka ini cenderung melemah dari periode 15 Juli 2015 di kisaran Rp 13.329 per dolar AS. (Fik/Ahm)


Source: liputan6.com