Prev Juli 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
28 29 30 01 02 03 04
05 06 07 08 09 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 01
02 03 04 05 06 07 08
Berita Kurs Dollar pada hari Selasa, 14 Juli 2015
BI Rate Diperkirakan Tetap

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) kembali mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan untuk membahas mengenai kebijakan lanjutan terkait perkembangan kondisi ekonomi Indonesia‎ pada Selasa (14/7/2015). Dalam RDG Juli ini, ekonom memperkirakan BI masih akan setia mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di level 7,5 persen.

"Masih akan tetap, karena BI masih khawatir dengan inflasi dan nilai tukar," kata Direktur PT Bahasa TCW Asset Management Budi Hikmat saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Selasa (14/7/2015).

Badan Pusat Statistik (BPS) di awal Juli 2015 ini mengumumkan bahwa angka inflasi bulanan pada Juni 2015 tercatat 0,54 persen. Sedangkan jika dihitung secara year on year (YoY) inflasi berada di angka 7,26 persen.

Mengenai laju Inflasi pada bulan Juli ini, Budi menambahkan diperkirakan akan lebih tinggi mengingat menjadi tren tahunan dimana bulan Ramadan akan banyak harga-harga kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan harga. 

Budi pun mengingatkan kepada BI untuk lebih berhati-hati dalam menyikapi pelemahan rupiah. Karena jika tidak, itu akan menjadi bumerang bagi cadangan devisa Indonesia.

"Sebetulnya perlu bunga turun, yang inflow itu dari Bond, ingat sudah berapa bulan cadangan devisa turun, jadi BI harus hati-hati," ujar dia.

BI mencatat, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Juni 2015 tercatat sebesar US$ 108,0 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir Mei 2015 sebesar US$ 110,8 miliar.

Perkembangan tersebut didorong oleh peningkatan pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri Pemerintah serta penggunaan devisa dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya guna mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Posisi cadangan devisa per akhir Juni 2015 masih cukup membiayai 7,0 bulan impor atau 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Hal senada juga diungkapkan oleh ekonom senior dari Institude for Development‎ of Economic and Finance (Indef) Aviliani. Dia memperkirakan BI masih akan mempertahankan BI Rate di angka 7,5 persen. "Inflasi tidak terlalu melonjak, selain itu juga tidak terjadi capital outflow yang tinggi," tegas Aviliani. (Yas/Gdn)


Source: liputan6.com
Rupiah Melemah Jelang Pengumuman BI Rate

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan suku bunga acuannya yang diperkirakan tetap di level 7,5 persen pada Selasa pekan ini.

Para investor yang masih menanti pandangan BI tentang prospek pertumbuhan ekonomi ditambah gejolak sentimen eksternal membuat rupiah begerak melemah pada perdagangan hari ini.

Data valuta asing Bloomberg, Selasa (14/7/2015), menunjukkan nilai tukar rupiah melemah 0,24 persen ke level 13.330 per dolar AS. Rupiah juga tampak dibuka melemah di level 13.307 dari penutupan di level 13.297 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya.

Hingga siang ini, rupiah masih berfluktuatif melemah dan bertahan di kisaran 13.305-13.332 per dolar AS.  Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia mencatat nilai tukar rupiah melemah ke kisaran 13.320 per dolar AS. Meski tak signifikan, rupiah tampak melanjutkan pelemahannya dari level 13.309 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya.

Pemerintah Yunani akhirnya berhasil mencapai kesepakatan dengan para kreditor internasionalnya. Meski memang, para kreditor masih memasang persyaratan yang sangat ketat.

"Melunaknya tensi antara kedua belah pihak memperbesar peluang Yunani tinggal di Zona Euro tetapi pasar masih khawatir apakah persyaratan dapat dipenuhi secara sempurna dan tepat waktu. Kekhawatiran tersebut mempertahankan sentimen dollar yang tengah menguat tajam," terang ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta.

Sementara dari sentimen internal, para pelaku pasar masih menanti keputusan BI rate yang rencananya diumumkan siang ini. Tak hanya menanti pandangan BI mengenai prospek pertumbuhan ekonomi, inflasi ke depan juga perlu diperhitungkan.

Hal senada dikatakan, Ekonom BCA David Sumual. Ia menuturkan, pelaku pasar cenderung menunggu BI Rate, dan neraca perdagangan yang diumumkan pada Rabu pekan ini. Sementara itu, ada kejelasan dari perundingan Yunani dengan para kreditornya juga memberikan sentimen positif. Hal ini membuat rupiah melemah tipis.

"Saat ini sentimen rencana kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) kembali muncul. Pada malam ini Amerika Serikat akan merilis data penjualan dan industri," kata David saat dihubungi Liputan6.com. (Sis/Ahm)


Source: liputan6.com
BI Rate Tetap di 7,5%

Liputan6.com, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan menahan suku bunga acuan BI Rate di level 7,5 persen. Selain itu, BI juga memutuskan untuk menahan suku bunga Deposit Facility 5,5 persen dan Lending Facility pada level 8 persen.

Direktur Eksekutif Departemen komunikasi BI, Tirta Segara menjelaskan, keputusan itu dianggap masih sejalan dengan upaya untuk mencapai sasaran inflasi di kisaran 4 persen pada 2015 dan 2016.

"Serta mengarahkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat dalam kisaran 2,5 persen hingga 3 persen terhadap PDB dalam jangka menengah," ujar Tirta di Jakarta, Selasa (14/7/2015).

Tirta menambahkan, BI juga memperkuat langkah-langkah untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah. Bauran kebijakan tetap difokuskan pada upaya menjaga stabilitas makroekonomi di tengah meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global.

Dalam konteks ini, BI berkomitmen untuk memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, dan meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan, serta mendorong percepatan reformasi struktural.

Turta menambahkan, BI juga mendukung upaya pemerintah pusat dan daerah untuk mempercepat realisasi anggaran termasuk proyek infrastruktur dan berbagai kebijakan struktural yang menjadi kunci prosepek pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

Dalam kaitan ini, BI mendukung langkah-langkah lanjutan yang dilakukan oleh Pemerintah dalam melakukan reformasi struktural dalam rangka memperkuat neraca pembayaran.

"Kami akan memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah, bauran kebijakan untuk jaga stabilitas makro ekonomi di tengah ketidakpastian ekonomi global," kata Tirta.

Selain itu, BI akan meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah untuk memastikan inflasi akan tetap rendah dan defisit transaksi berjalan terjaga pada tingkat yang lebih sehat.‎ (Yas/Gdn)


Source: liputan6.com
Tingkatkan Pengguna e-cash, Bos Mandiri Blusukan ke Pasar Johar

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk terus memperkuat penetrasi sistem pembayaran non tunai untuk mempermudah transaksi nasabah. Salah satunya dengan mengenalkan aplikasi uang elektronik Mandiri e-cash kepada lebih dari 500 pedagang Pasar Johar, Semarang, Jawa Tengah.

Pengenalan aplikasi uang elektronik berbasis sosial media tersebut dilakukan oleh Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin bersama Sekretaris Daerah Kota Semarang Adi Trihananto di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (14/7/2015).

Mandiri e-cash merupakan aplikasi uang elektronik yang bertujuan mendorong penciptaan less cash society. Aplikasi yang dapat diunduh melalui berbagai jalur seperti Google Play, App Store, Blackberry App World dan Nokia Store. Pada aplikasi ini, nomor telepon seluler masyarakat menjadi nomor rekening.

Budi menjelaskan, sejak diperkenalkan pada Maret 2014, jumlah pengguna Mandiri e-cash terus bertambah dan saat ini mencapai lebih dari 1 juta orang. Adapun nilai transaksinya telah mencapai Rp 86,8 miliar.

“Melalui pengenalan ke pedagang pasar ini, kami ingin menyentuh lebih banyak lagi kalangan masyarakat yang masih bertransaksi dengan uang tunai, untuk mulai memanfaatkan alternatif alat pembayaran lain yang lebih aman, lebih murah dan lebih cepat,” kata Budi seperti dikutip dari keterangan tertulis. 

Saat ini hampir 80 persen transaksi di Indonesia masih didominasi oleh penggunaan uang tunai. Cara seperti ini memiliki keterbatasan seperti kesulitan memproduksi karena harus memiliki banyak elemen pengaman, sulit disimpan, dibawa dan dimusnahkan.

Pertimbangan lainnya yang mendorong Bank Mandiri mengembangkan mandiri e-cash yang berbasis sosial media ini, lanjut Budi, adalah karena masih banyak penduduk Indonesia yang belum memiliki rekening bank.

Selama 250 tahun perjalanan industri perbankan di Indonesia, masyarakat yang memiliki rekening bank hanya 60 juta orang. Angka tersebut jauh lebih kecil dibandingkan pertumbuhan pengguna telepon seluler yang mencapai 240 juta pengguna dalam kurun waktu 18 tahun.

Pada aplikasi e-cash, lanjut Budi, pengguna juga dapat mengetahui teman atau kolega di daftar kontak telepon yang telah memiliki mandiri e-cash. Selanjutnya, antar sesama pengguna dapat mentransfer uang dengan bukti transaksi yang dapat dikirimkan melalui aplikasi sosial media. “Fitur ini yang membedakan mandiri e-cash dengan uang elektronik sejenis lainnya,” ujar Budi. (Gdn/Ndw)


Source: liputan6.com
Pasar Tradisional Urat Nadi Ekonomi Rakyat

Liputan6.com, Semarang - Tiga bulan setelah Pasar Johar, Semarang, Jawa Tengah, terbakar, ketua DPD RI, Irman Gusman berkunjung ke pasar terbesar di Semarang itu. Dalam kunjungannya, Irman Gusman melihat-lihat lapak darurat yang didirikan di Jalan Agus Salim atau di depan pasar Johar oleh para pedagang.

Dalam kunjungannya, Irman mengatakan pasar tradisional harus benar-benar dirawat karena menopang perekonomian terutama pengusaha kecil menengah.

"Pasar tradisional harus benar-benar dirawat oleh pemerintah karena perekonomian rakyat berputar di sana. Keadaan pasar berbeda dengan supermarket yang hanya dikuasai segelintir orang," kata Irman di Pasar Johar Semarang, Selasa (14/7/2015).

Irman berharap agar perbaikan pasar Johar yang ludes terbakar itu bisa menjadikan pasar terbesar di Semarang tersebut sebagai pasar tradisional yang bersih dan lebih baik. Irman mengaku selalu mengikuti perkembangan perbaikan Pasar Johar.

"Semoga pengelolaannya bisa lebih modern, artinya dalam hal ini adalah lebih bersih dan nyaman," kata Irman.

Sementara itu, PT Bank Mandiri Tbk juga memberikan bantuan permodalan kepada 700 pedagang pasar Johar dengan total Rp 400 juta. Bantuan diberikan simbolis di Balai Kota Semarang oleh Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin.

"Ini sebagai tangung jawab karena hampir separuh pedagang di Pasar Johar adalah nasabah Bank Mandiri," kata Gunadi.

Selain itu Mandiri juga memberikan keringanan kepada pedangan dengan mengubah cicilan yang nilainya mencapai Rp 12 miliar. Hal itu untuk meringankan pedagang yang bulan April lalu menderita kerugian dalam peristiwa kebakaran pasar Johar.

Dalam kunjungannya ke Semarang, Irman mendatangi Pasar Johar, Balai Kota Semarang, dan memantau arus mudik di Stasiun Tawang dan Terminal Terboyo. (Edhie Prayitno Ige/Gdn)


Source: liputan6.com