Prev Febuari 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
01 02 03 04 05 06 07
08 09 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
01 02 03 04 05 06 07
08 09 10 11 12 13 14
Berita Kurs Dollar pada hari Jumat, 27 Febuari 2015
Sepi Sentimen di Akhir Pekan, Rupiah Masih Loyo

Liputan6.com, Jakarta - Menanti data inflasi yang baru diumumkan pekan depan, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah tipis di kisaran 12.800 per dolar AS. Sejauh ini, pasar domestik tercatat masih minim sentimen sementara faktor global terus memberikan tekanan kepada rupiah.

Data valuta asing Bloomberg, Jumat (27/2/2015), nilai tukar rupiah melemah 0,37 persen ke level 12.879 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Rupiah sempat menyentuh level 12.882 pada pukul 8:48 waktu Jakarta.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah juga dibuka melemah di level 12.868 per dolar AS. Kini nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah dan berkutat di kisaran 12.847 per dolar AS hingga 12.883 per dolar AS.

Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia mencatat nilai tukar rupiah terkoreksi hanya satu poin ke level 12.863 per dolar AS.

Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, Eric Alexander Sugandi menjelaskan, seharusnya, secara fundamental, rupiah berada di kisaran 12.400 per dolar hingga 12.700 per dolar. Hanya saja ada faktor psikologis yang membuat rupiah terus berkutat di kisaran di level 12.800 per dolar AS.

"Faktor tersebut seperti sentimen dari Bank Sentral Amerika Serikat. Tetapi itu hanya temporary namanya juga faktor psikologis," tuturnya kepada Liputan6.com.

Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk Dian Ayu Yustina menambahi, rupiah sebenarnya sudah melemah cukup parah saat berada di kisaran 12.800 per dolar AS. Meski sebenarnya, saat ini data fundamental ekonomi domestik cenderung positif, tapi sejumlah pengaruh eksternal seperti pernyataan The Fed dan data ekonomi AS masih terus berpengaruh.

"Seluruh data-data (ekonomi domestik) sudah keluar ya, bulan depan pasar menanti pengumuman tingkat inflasi yang diprediksi akan berkurang dan dapat memberikan sentimen positif," ujar Dian.

Dalam hal ini, Dian mengatakan, yang terpenting adalah ada intervensi dari Bank Indonesia agar rupiah tidak tergelincir ke level 13.000 per dolar AS. Pasalnya, level tersebut menunjukkan volatilitas rupiah telah cukup tinggi dan BI bertugas mengatasinya. (Sis/Gdn)


Source: liputan6.com
Rupiah Jeblok Bikin Industri Otomotif Khawatir

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah melemah menjadi kekhawatiran bagi industri otomotif nasional. Nilai tukar rupiah hampir menyentuh Rp 13.000 per dollar Amerika.

Ketua Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Gunadi Shinduwinata mengungkapkan, nilai tukar rupiah melemah itu menjadi kendala pasar otomotif berkembang. Lantaran pelemahan rupiah membuat daya beli masyarakat menurun.

"Apabila pelemahan terus berlanjut apa yang terjadi di situ maka inflasi meningkat, membuat daya beli masyarakat menurun. Kalau daya beli menurun, maka industri sepeda motor akan pikir-pikir bagaimana pasarnya akan berkembang," kata dia, Bekasi, Jumat (27/2/2015).

Pihaknya pun berharap kondisi rupiah akan kembali membaik. Apalagi, Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan, dari 7,75 persen menjadi 7,5 persen.

"Harapannya nilai tukar stabil, inflasi terkendali apalagi pemerintah sudah turunkan suku bunga 0,25 persen," papar dia.

Sebagai informasi, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia mencatat nilai tukar pada level Rp 12.863 per dollar.

Data valuta asing Bloomberg, Jumat pekan ini, nilai tukar rupiah melemah 0,37 persen ke level 12.879 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Rupiah sempat menyentuh level 12.882 pada pukul 8:48 waktu Jakarta.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah juga dibuka melemah di level 12.868 per dolar AS. Kini nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah dan berkutat di kisaran 12.847 per dolar AS hingga 12.883 per dolar AS.

Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, Eric Alexander Sugandi menjelaskan, seharusnya, secara fundamental, rupiah berada di kisaran 12.400 per dolar hingga 12.700 per dolar. Hanya saja ada faktor psikologis yang membuat rupiah terus berkutat di kisaran di level 12.800 per dolar AS.

"Faktor tersebut seperti sentimen dari Bank Sentral Amerika Serikat. Tetapi itu hanya temporary namanya juga faktor psikologis," tuturnya kepada Liputan6.com.

Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk Dian Ayu Yustina menambahi, rupiah sebenarnya sudah melemah cukup parah saat berada di kisaran 12.800 per dolar AS. Meski sebenarnya, saat ini data fundamental ekonomi domestik cenderung positif, tapi sejumlah pengaruh eksternal seperti pernyataan The Fed dan data ekonomi AS masih terus berpengaruh. (Amd/Ahm)


Source: liputan6.com
BI Rate Turun, Danamon Ogah Pangkas Bunga Kredit

Liputan6.com, Jakarta - Bank Danamon tampaknya masih belum berniat untuk memangkas suku bunga kredit, meski Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 25 basis poin menjadi 7,5 persen.

Direktur Bank Danamon Vera Eve Lim mengatakan, hal ini lantaran Danamon telah menurunkan suku bunga kreditnya, sebelum BI rate turun pada pertengahan bulan ini.

"‪Untuk penyesuaian suku bunga kami sudah lakukan. Yang pasti tidak meningkat lagi," ujarnya di Hotel Le Meridien, Jakarta, Jumat (27/2/2015).

Vera menyatakan besaran suku bukan bukan satu-satunya faktor penentu permintaan kredit di dunia perbankan. Meski Danamon telah memangkas suku bunga, dia mengakui adanya perlambatan permintaan kredit dalam dua bulan terakhir.

"Saya harap permintaan mulai meningkat. Permintaan itu tidak harus karena faktor suku bunga. Itu biasanya dilihat dari prospek bisnis ke depan, dalam hal modal kerja maupun investasi," lanjutnya.

Oleh sebab itu, menurut Vera, tinggi rendahnya suku bunga tidak menentukan daya saing suatu perusahaan perbankan.

"Bank tidak harus bersaing kok dengan suku bunga. Sebenarnya suku bunga itu mekanisme pasar," tandasnya.

Sementara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil sebelumnya mengakui, pergerakan suku bunga KPR tidak akan langsung merespons penurunan BI Rate 25 basis poin.

"Perlu waktu, intinya kita perbaiki fundamental ekonomi. Inflasi kita coba atasi, kesempatan penurunan BI Rate tetap ada, terhadap interest rate juga akan mengikuti," terang dia. (Dny/Ndw)


Source: liputan6.com