Prev Febuari 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
01 02 03 04 05 06 07
08 09 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
01 02 03 04 05 06 07
08 09 10 11 12 13 14
Berita Kurs Dollar pada hari Rabu, 25 Febuari 2015
Rupiah Kian Melemah, Dekati Level 13.000 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Pernyataan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) Janet Yellen mengenai kemungkinan kenaikkan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang bisa terjadi kapan saja cukup membuat panik para investor. Pernyataan tersebut yang juga membuat rupiah akhirnya kembali melemah dan berkutat di kisaran 12.800-12.900 per dolar AS pada perdagangan hari ini.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), Rabu (25/2/2015) menunjukkan nilai tukar rupiah melemah 21 poin ke level 12.887 per dolar AS. Nilai tukar rupiah melanjutkan pelemahan dari perdagangan sebelumnya di level 12.866 per dolar AS.

Sementara data valuta asing Bloomberg, mencatat nilai tukar rupiah sempat melemah hingga 12.905 per dolar AS di awal sesi perdagangan hari ini. Masih melemah, rupiah tampak berkutat di kisaran 12.863-12.905 per dolar AS.

Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk Dian Ayu Yustina menjelaskan, pernyataan Yellen terkait kemungkinan suku bunga AS yang bisa naik kapan saja cukup membuat para investor panik. Kondisi tersebut yang kemudian ikut menekan rupiah.

"Tapi memang, kekhawatiran terhadap kenaikkan suku bunga AS telah mereda karena Yellen mengatakan akan bersabar sebelum mengakhiri masa suku bunga rendah. Pernyataan tersebut yang berhasil mengurangi tekanan terhadap rupiah," ujar Dian saat berbincang dengan Liputan6.com.

Intinya, menurut Dian, ketidakpastian di pasar masih tinggi meskipun Yellen mengatakan tak akan menaikkan suku bunga AS dalam waktu dekat. Tak hanya itu, isu kemungkinan keluarnya Yunani dari Eropa juga masih menjadi sentimen yang menekan nilai tukar rupiah.

Padahal saat ini, Dian menilai data-data ekonomi domestik masih cukup positif bagi rupiah.

"Rupiah sejauh ini sudah melemah cukup dalam di kisaran 12.800-an. Dalam beberapa waktu ke depan, rupiah bisa melemah ke kisaran 13.000-an," katanya.

Menurut Dian, yang terpenting, Bank Indonesia melakukan invtervensi saat volatilitas rupiah semakin tinggi. (Sis/Ndw)


Source: liputan6.com
Rupiah Loyo Diterpa Pernyataan Janet Yellen

Liputan6.com, Jakarta - Pernyataan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) Janet Yellen mengenai kemungkinan kenaikkan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang bisa terjadi kapan saja cukup membuat panik para investor. Pernyataan tersebut yang juga membuat rupiah akhirnya kembali melemah dan berkutat di kisaran 12.800-12.900 per dolar AS pada perdagangan hari ini.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), Rabu (25/2/2015) menunjukkan nilai tukar rupiah melemah 21 poin ke level 12.887 per dolar AS. Nilai tukar rupiah melanjutkan pelemahan dari perdagangan sebelumnya di level 12.866 per dolar AS.

Sementara data valuta asing Bloomberg, mencatat nilai tukar rupiah sempat melemah hingga 12.905 per dolar AS di awal sesi perdagangan hari ini. Masih melemah, rupiah tampak berkutat di kisaran 12.863-12.905 per dolar AS.

Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk Dian Ayu Yustina menjelaskan, pernyataan Yellen terkait kemungkinan suku bunga AS yang bisa naik kapan saja cukup membuat para investor panik. Kondisi tersebut yang kemudian ikut menekan rupiah.

"Tapi memang, kekhawatiran terhadap kenaikkan suku bunga AS telah mereda karena Yellen mengatakan akan bersabar sebelum mengakhiri masa suku bunga rendah. Pernyataan tersebut yang berhasil mengurangi tekanan terhadap rupiah," ujar Dian saat berbincang dengan Liputan6.com.

Intinya, menurut Dian, ketidakpastian di pasar masih tinggi meskipun Yellen mengatakan tak akan menaikkan suku bunga AS dalam waktu dekat. Tak hanya itu, isu kemungkinan keluarnya Yunani dari Eropa juga masih menjadi sentimen yang menekan nilai tukar rupiah.

Padahal saat ini, Dian menilai data-data ekonomi domestik masih cukup positif bagi rupiah.

"Rupiah sejauh ini sudah melemah cukup dalam di kisaran 12.800-an. Dalam beberapa waktu ke depan, rupiah bisa melemah ke kisaran 13.000-an," katanya.

Menurut Dian, yang terpenting, Bank Indonesia melakukan invtervensi saat volatilitas rupiah semakin tinggi. (Sis/Ndw)


Source: liputan6.com
Menko Ekonomi: BI Rate Berpeluang Kembali Turun

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) telah menurunkan BI rate atau suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 7,5 persen pada Rapat Dewan Gubernur yang berlangsung pada pertengahan bulan ini. Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil menuturkan, bukan tidak mungkin BI rate akan kembali turun, dengan kondisi tertentu.

"Kalau inflasi bisa dikontrol di bawah 4 persen maka BI rate akan terjadi penurunan, kalau BI rate turun maka akan terjadi penurunan dari bunga kredit," ujar Sofyan, di Kantor Wapres, Jakarta, Rabu (25/2/2015).

Naik turunnya BI rate tidak ditentukan oleh Bank Indonesia saja tapi juga meminta masukan dari pemerintah. Oleh karena itu, beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi sempat berbincang singkat dengan Gubernur BI Agus Martowardojo untuk membahas sejumlah hal.

"Pak Jokowi cuma ajak Pak Agus (Gubernur BI) makan pagi, dan supaya kita komunikasi insentif dengan BI, OJK dan pemerintah, karena banyak sekali keperluan kita di infrastruktur. Oleh sebab itu harus ada kesamaan visi antara BI dengan pemerintah, karena BI tidak akan pernah mau keputusan menurunkan dan menaikan BI rate tergantung persepsi terhadap resiko manajemen ekonomi kita," tegas Sofyan.

Sofyan juga menilai penurunan BI rate tersebut juga menunjukkan proyeksi perekonomian Indonesia yang membaik. Kondisi itu merangsang investasi di dalam negeri.

"BI umumkan BI rate dan itu tentu akan meringankan. Hal itu akan diikutip penurunan bunga bank dan lain-lain. Itu bagus bagi ekonomi, bagus bagi dunia usaha. Dan itu memberi stimulus terhadap investasi," paparnya.

Dia mengatakan, penurunan BI tidak terlepas dari kinerja pemerintah menekan angka inflasi. Dia mengatakan hal itu didukung oleh penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) kemudian penerapan reformasi birokrasi. (Silvanus Alvin/Gdn)


Source: liputan6.com
Ini Taktik Pemerintah Atasi Pelemahan Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serakat (AS) terus tertekan sepanjang minggu ini. Bahkan, hari ini nilai tukar rupiah hampir menyentuh level Rp13.000 per dolar AS.

Menteri Koordinator Perekonomian, Sofyan Djalil mengatakan, pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi untuk kembali menguatkan nilai tukar rupiah. Untuk jangka pendek, pemerintah akan membenahi birokrasi dan memudahkan investasi.

"Yang penting kami bereskan dulu domestik. Domestik beres maka rupiah akan mencerminkan kekuatan domestik," kata Sofyan, di Kantor Wapres, Jakarta, Rabu (25/2/2015).

Untuk jangka menengah, lanjut Sofyan, pemerintah akan memperbaiki infrastruktur, dan untuk jangka panjang akan memperbaiki pasar Indonesia.

"Juga memperbaiki inefisiensi di pelabuhan, biar biaya logistik turun, jangka menengah jangka panjang itu kita perbaiki infrastruktur kita, kita perbaiki pasar kita," terangnya.

Selain itu, Sofyan menjelaskan pelemahan nilai tukar rupiah saat ini tidak terlalu buruk bila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Meski hampir menyentuh level Rp13.000 per dolar AS, Sofyan mengaku mata uang rupiah tetap yang paling baik.

"Dibandingkan negara ASEAN periode kapan, lihat Jepang itu sudah 30 persen depresiasinya, Jepang itu kan tergantung persepsinya kapan, nah secara umum Rupiah its ok dibandingkan mata uang yang lain," jelas Sofyan.

Mantan Menteri BUMN ini menambahkan, pelemahan nilai tukar rupiah yang saat ini terjadi dapat membawa keuntungan bagi sektor ekspor. Saat ekspor dari Indonesia dibayar dengan dollar AS, tentu keuntungan akan jauh lebih tinggi.

"Jadi jangan membayangkan 2008-2009 dengan sekarang, basis kita kan dari 11.000-11.500 dari anggaran tahun lalu menjadi 12.500 terjadi pelemahan hanya berapa persen saja, tidak ada efek psikologis gitu loh," tandas Sofyan.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), Rabu (25/2/2015) menunjukkan nilai tukar rupiah melemah 21 poin ke level 12.887 per dolar AS. Nilai tukar rupiah melanjutkan pelemahan dari perdagangan sebelumnya di level 12.866 per dolar AS. (Silvanus Alvin/Gdn)


Source: liputan6.com
Ini Faktor yang Tekan Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus merosot. Bahkan rupiah nyaris sentuh level 13.000 per dolar AS.

Pengamat ekonomi dari Universitas Atma Jaya,  A Prasetyantoko mengatakan, ada dua faktor dominan baik eksternal maupun internal yang menekan rupiah terhadap dolar AS.

"Dari ekternal karena rencana The Fed menaikkan suku bunga," kata dia di Jakarta, Rabu (25/2/2015).

Lalu dari dalam negeri kondisi perekonomian RI memang belum benar-benar positif. Hal ini terlihat dari neraca transaksi berjalan yang masih tercatat defisit. "Kemudian persoalan politik yang tidak menunjukkan konsensus menyelesaikan urusan fundamental," papar Prasetyantoko.

Ditanya soal proyeksi rupiah, dia mengaku belum memastikan. Pria berkacamata itu berharap Rp 13.000 per dollar merupakan titik terendah rupiah.

"Agak sulit untuk memproyeksikan. Saya berharap Rp 13.000 titik terendah. Moga-moga balik ke Rp 12.500. Fundamental Rp 12.500," tandas dia.

Sebagai informasi, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI menunjukkan rupiah melemah 21 poin ke Rp 12.887 per dollar AS pada Rabu 25 Februari 2015. Sebelumnya, nilai tukar rupiah di level Rp 12.866 per dollar AS.

Prasetyantoko mengharapkan, Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan/BI Rate sekitar 25 basis poin (25 bps) dari 7,75 persen menjadi 7,5 persen dapat memperbaiki ekonomi Indonesia.

"Imbal hasil memang akan berkurang. Saya berpikir penurunan itu membawa dampak positif ekonomi kita akan jadi positif. Seharusnya jangka menengah ada perubahan arah," ucap dia. (Amd/Ahm)


Source: liputan6.com
Rupiah Kembali Melemah, Ini Komentar Pengusaha

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah. Bahkan pada hari ini rupiah nyaris menyentuh ke level Rp 13 ribu per dolar AS.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengatakan, rupiah melemah ini semakin memberatkan para pengusaha, terutama yang masih mengimpor bahan baku.

"Yang masih impor itu kan berat, kemudian yang punya pinjaman dolar," ujar Suryo di Shangri La, Jakarta, Rabu (25/2/2015).

Ketika rupiah melemah seperti saat ini, yang harus dilakukan pemerintah adalah tetap menjaga iklim investasi. Hal ini dinilai ampuh untuk menjaga arus modal untuk masuk ke Indonesia.

"Kalau rupiah melemah terus dalam situasi seperti ini, yang penting jaga iklim usaha jangan sampai terganggu. Jadi harus kondusif terus biar investasinya lancar. Pemerintah jangan mengeluarkan kebijakan yang ganggu dunia usaha," lanjutnya.

Selain itu, Suryo juga meminta agar pemerintah lebih kompak dalam mengeluarkan kebijakan. Jangan sampai kebijakan suatu kementerian bertentangan dengan kementerian lain.

"Seyogyanya antar kementerian itu terintegrasi dalam mengeluarkan kebijakan, jangan masing-masing sektor berbeda. Misalnya soal larangan miras, turis di Bali bagaimana kalau tidak ada miras? Ini dampaknya ke pariwisata. Pemerintah harus pandai atur kebijakan," ujar Suryo.

Sebagai informasi, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI menunjukkan rupiah melemah 21 poin ke Rp 12.887 per dollar AS pada Rabu 25 Februari 2015. Sebelumnya, nilai tukar rupiah di level Rp 12.866 per dollar AS. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah berada di kisaran 12.856 per dolar Amerika Serikat. Rupiah bergerak di kisaran 12.849-12.905 per dollar AS. (Dny/Ahm)


Source: liputan6.com