Prev Febuari 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
01 02 03 04 05 06 07
08 09 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
01 02 03 04 05 06 07
08 09 10 11 12 13 14
Berita Kurs Dollar pada hari Rabu, 18 Febuari 2015
BI Rate Turun, Rupiah Terjun ke 12.800 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,50 persen. Keputusan tersebut mengakibatkan nilai tukar rupiah bergerak melemah pada perdagangan hari ini.

Data valuta asing Bloomberg, Rabu (18/2/2015) menunjukkan nilai tukar rupiah melemah di kisaran 12.704 - 12.818 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Tak lama setelah dibuka menguat di level 12.704 per dolar AS, nilai tukar rupiah langsung melemah signifikan ke level 12.811 per dolar AS.

Rupiah tercatat melemah 0,29 persen di level 12.799 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:44 waktu Jakarta.

Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) mencatat nilai tukar rupiah melemah ke level 12.804 per dolar AS.

Ekonom PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova menjelaskan, faktor domestik menunjukkan nilai tukar rupiah melemah setelah Bank Indonesia (BI) mengambil keputusan untuk menurunkan suku bunganya sebesar 0,25 persen.

"BI menurunkan suku bunga, imbal hasil pada para pelaku pasar menjadi ikut turun dan akhirnya membuat rupiah melemah. Ini sifatnya sementara, hanya gejala sesaat," terangnya saat berbincang dengan Liputan6.com.

Sebenarnya, kata dia, dalam jangka menengah dan panjang, penurunan BI rate justru berdampak positif untuk stimulus pertumbuhan ekonomi karena meningkatkan daya beli masyarakat. Tapi dari segi para pelaku pasar, khususnya asing, ini bukan kabar baik.

Rully juga menerangkan, penguatan rupiah masih terhalang sejumlah sentimen global.

"Dari faktor eksternal, kecenderungan dolar masih terus menguat terhadap euro karena zona Eropa masih menanti perkembangan negosiasi Yunani. Selain itu para pelaku pasar juga masih menanti rilis data ekonomi AS pekan ini," tuturnya.

Pekan ini, Rully memprediksi nilai tukar rupiah masih akan berkutat di kisaran 12.700-12.800 per dolar AS. (Sis/Ndw)


Source: liputan6.com
Menko Perekonomian: Era Rupiah 10 Ribu per Dolar AS Sudah Lewat

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus terdepresiasi hingga menyentuh angka Rp 12.800. Namun level rupiah di kisaran Rp 12.000 membuat eksportir merasa nyaman sehingga turut menggenjot ekspor Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengungkapkan, nilai tukar rupiah melemah lebih kecil dibanding mata uang regional lain, seperti Yen Jepang, Won Korea terhadap dolar AS.

"Kondisi rupiah di kisaran Rp 12.000-an bikin eksportir nyaman. Jadi masyarakat jangan mengharapkan rupiah balik Rp 10.000 karena tidak bagus buat ekspor kita. Era mata uang Rp 10.000 sudah lewat," jelas dia di Gedung DPD, Jakarta, Rabu (18/2/2015).

Namun Sofyan menampik jika ada anggapan Bank Indonesia (BI) dan pemerintah sengaja melemahkan nilai tukar rupiah supaya ekspor terdorong naik.

Dari catatan BI, defisit transaksi berjalan pada kuartal IV 2014 mencapai US$ 6,2 miliar atau 2,81 persen dari PDB. Angka itu menurun dari kuartal sebelumnya yang terealisasi US$ 7 miliar atau 2,99 perden dari PDB.

Ekspor non migas pada 2013 sebesar US$ 15,5 miliar dan meningkat menjadi US$ 18,7 miliar pada tahun lalu. Ekspor manufaktur bertumbuh 7 persen sepanjang 2014 sehingga menaikkan cadangan devisa Indonesia pada bulan pertama tahun ini menjadi US$ 114,2 miliar.   

"Pelemahan rupiah karena faktor importing situation. Barang-barang impor akan terpengaruh, tapi selama kita memperbaiki masalah ekonomi domestik, saya pikir dampaknya ada tapi bisa dikontrol," jelas Sofyan.

Data valuta asing Bloomberg, hari ini menunjukkan nilai tukar rupiah melemah di kisaran 12.704 - 12.818 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Tak lama setelah dibuka menguat di level 12.704 per dolar AS, nilai tukar rupiah langsung melemah signifikan ke level 12.811 per dolar AS.

Rupiah tercatat melemah 0,29 persen di level 12.799 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:44 waktu Jakarta. Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) mencatat nilai tukar rupiah melemah ke level 12.804 per dolar AS.

Ekonom PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova menjelaskan, faktor domestik menunjukkan nilai tukar rupiah melemah setelah Bank Indonesia (BI) mengambil keputusan untuk menurunkan suku bunganya sebesar 0,25 persen.

"BI menurunkan suku bunga, imbal hasil pada para pelaku pasar menjadi ikut turun dan akhirnya membuat rupiah melemah. Ini sifatnya sementara, hanya gejala sesaat," terang Rully saat berbincang dengan Liputan6.com.

Sebenarnya, kata dia, dalam jangka menengah dan panjang, penurunan BI rate justru berdampak positif untuk stimulus pertumbuhan ekonomi karena meningkatkan daya beli masyarakat. Tapi dari segi para pelaku pasar, khususnya asing, ini bukan kabar baik. (Fik/Ahm)


Source: liputan6.com
Menko Ekonomi Sebut Pelemahan Rupiah di Luar Kontrol RI

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi terus-menerus sejak awal tahun bukan disebabkan oleh rapuhnya fundamental ekonomi Indonesia namun lebih disebabkan oleh faktor dari luar.

"Kondisi dalam negeri tidak ada yang mengkhawatirkan, karena ekonomi kita bagus, inflasi oke, APBN-P 2015 sudah disahkan dan birokrasi diperbaiki," tegas dia di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (18/2/2015).

Sofyan menjelaskan, depresiasi yang dialami oleh rupiah saat ini, sangat dipengaruhi ketidakpastian kondisi ekonomi dan politik di negara lain. Persoalan tersebut, lanjutnya, berada di luar kontrol pemerintah Indonesia.

"Ada persoalan di luar kontrol kita. Dengan menangnya partai sosialis di Yunani menciptakan ekonomi Eropa lebih sulit karena ada ketidakpastian. Ekonomi Amerika Serikat (AS) membaik, sehingga orang melakukan reinvestasi uang dalam dolar AS," terangnya.

Kemenangan partai sosialis tersebut menjadi babak baru dalam krisis Yunani. Sesuai dengan janjinya saat kampanye, Perdana Menteri Yunani, Alexis Tsipras mengajukan negosiasi kembali dengan Eropa. Dalam negosiasi tersebut, Yunani mengajukan dua opsi yaitu mengajukan dana talangan baru atau pelonggaran kewajiban untuk membayar utang lama. Namun opsi tersebut belum disetujui oleh pihak Eropa.

Hal tersebut membuat nilai tukar euro melemah dan dolar AS menguat. Penguatan dolar AS ini menekan mata uang lainnya termasuk rupiah. Penguatan dolar AS bertambah besar setelah data-data ekonomi negara tersebut memperlihatkan perbaikan yang menandakan pertumbuhan ekonomi AS sudah mulai pulih.

Data ekonomi tersebut antara lain penurunan angka pengangguran, kenaikan pinjaman kendaraan bermotor dan juga perumahan. Selain itu, angka penjualan ritel juga terus naik. Dengan membaiknya perekonomian di Amerika tersebut membuat dana-dana yang semula berada di negara-negara berkembang seperti Indonesia kembali ke Amerika.

Selain itu, sambung Sofyan, perekonomian China juga melambat sehingga berpengaruh terhadap permintaan ekspor dan berimbas ke mata uang hampir di seluruh dunia. "Yang bisa kita lakukan adalah memperbaiki domestik kita," jelasnya.

Data valuta asing Bloomberg hari ini menunjukkan nilai tukar rupiah melemah di kisaran 12.704 per dolar AS hingga  12.818 per dolar AS. Tak lama setelah dibuka menguat di level 12.704 per dolar AS, nilai tukar rupiah langsung melemah signifikan ke level 12.811 per dolar AS. Rupiah tercatat melemah 0,29 persen di level 12.799 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:44 waktu Jakarta.

Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) mencatat nilai tukar rupiah melemah ke level 12.804 per dolar AS. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
BI Rate Turun, Kapan Bank Pangkas Suku Bunga KPR?

Liputan6.com, Jakarta - Kebijakan menurunkan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) dinilai akan berdampak terhadap penyusutan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Namun penyesuaian bunga KPR masih harus menunggu waktu seiring perbaikan fundamental ekonomi Indonesia.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman D Hadad, pihaknya akan membuat imbauan kepada perbankan untuk merespons penyesuaian BI Rate dan Deposito Facility menjadi 7,5 persen dan 5,5 persen.

"Mudah-mudahan penurunan BI Rate ada dampaknya ke KPR. Tapi imbauannya nanti saya buat," ujar dia singkat saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (18/2/2015).

Kepala Eksekutif Pengawasan Perbankan OJK Nelson Tampubolon, menambahkan, perbankan sebelumnya sudah menurunkan suku bunga Dana Pihak Ketiga (DPK), sehingga harusnya diikuti penurunan suku bunga kredit.

"Kita usahakan (turun), kita kan nggak meregulasi capping (batasan) suku bunga kredit sampai sekarang. Kalau bunga DPK turun harusnya bunga KPR ikut turun, cuma besarannya berapa tergantung bank," cetus dia.

Sementara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengaku, suku bunga KPR tidak akan langsung merespons penurunan BI Rate 25 basis poin.

"Perlu waktu, intinya kita perbaiki fundamental ekonomi. Inflasi kita coba atasi, kesempatan penurunan BI Rate tetap ada, terhadap interest rate juga akan mengikuti," terang dia. (Fik/Ndw)


Source: liputan6.com