Prev Febuari 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
01 02 03 04 05 06 07
08 09 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
01 02 03 04 05 06 07
08 09 10 11 12 13 14
Berita Kurs Dollar pada hari Selasa, 17 Febuari 2015
BI Rate Diprediksi Tetap di 7,75%

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) kembali menggelar Rapat Dengar Gubernur (RDG) dengan cakupan tiga bulan pada hari ini di Gedung Bank Indonesia, Jakarta.

Dalam RDG kali ini, sejumlah pengamat memperkirakan, BI tidak akan mengubah level suku bunga acuan atau BI rate di angka 7,75 persen.

"Kelihatannya akan tetap, meski saya pribadi menginginkan BI rate untuk turun," kata Direktur PT Bahana TWC Asset Management, Budi Hikmat saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (17/2/2015).

Ia menjelaskan, BI Rate tetap karena dengan level sekarang BI menunjukkan masih akan fokus menurunkan current account deficit/neraca transaksi berjalan Indonesia. Namun keinginan Budi untuk BI rate bisa turun akan membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam asumsi makro Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015, pertumbuhan ekonomi ditetapkan 5,7 persen.

Sementara hal yang sama juga diungkapkan oleh pengamat ekonomi dari Universitas Atma Jaya, Prasetyantoko.  "Melihat kondisi ekonomi sekarang, sepertinya masih akan tetap (BI rate)," tegas Prasetyantoko.‎

Bank Indonesia menetapkan BI Rate sebesar 7,75 persen pada 18 November 2014 dari periode 13 November 2014 di kisaran 7,5 persen. BI menaikkan BI Rate sekitar 25 basis poin sebagai respons atas langkah pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada akhir 2014. (Yas/Ahm)


Source: liputan6.com
Krisis Yunani dan Data AS Cerah Kembali Tekan Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Sempat menguat di awal pekan, rupiah ternyata tak mampu bertahan lama di teritorial positif. Hantaman faktor eksternal serta persepsi negatif dari para pelaku pasar membuat rupiah kembali bergerak melemah pada perdagangan hari ini.

Data valuta asing Bloomberg, Selasa (17/2/2015), menunjukkan nilai tukar rupiah melemah 0,08 persen ke level 12.763 per dolar AS. Sebelumnya nilai tukar rupiah juga dibuka sangat tipis di level 12.755 per dolar AS.

Di sesi awal perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah tampak berfluktuasi melemah dan masih berkutat di kisaran 12.749 - 12.772 per dolar AS.

Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate menunjukkan nilai tukar rupiah melemah 15 poin ke level 12.757 per dolar AS. Rupiah tercatat sempat menguat ke level 12.742 pada perdagangan sebelumnya

Pengamat valuta asing PT Bank Mandiri Tbk, Renny Eka Putri menjelaskan, pelemahan yang terjadi pada rupiah pagi ini disebabkan sentimen eksternal yang kurang positif.

"Krisis Yunani yang mencuat membuat euro kembali tertekan. Kemarin meski hari libur untuk peringatan President`s Day, tapi diprediksi dolar AS akan bergerak menguat karena positifnya data-data ekonomi yang akan dirilis," ujar Renny saat berbincang dengan Liputan6.com.

Renny menjelaskan, data-data ekonomi AS seperti indeks perumahan hingga kelanjutan pernyataan The Fed terkait kenaikan suku bunga yang kemungkinan dilakukan pertengahan tahun ini. Meski Bank Indonesia memprediksi neraca perdagangan surplus, tapi hantaman faktor global tercatat masih lebih kuat.

"Sentimen eksternal masih mendominasi dan tidak kuat menopang Rupiah untuk tetap berada di teritorial positif," tutur Renny.

Renny juga menyinggung kisruh yang masih terjadi antara Kepolisian RI (Polri) dan Komisi Pemberantasan Ekonomi (KPK). Meski tak signifikan, kisruh tersebut cukup mencuri perhatian para investor dan pelaku pasar lain.

"Investor melihat kondisi itu sebagai pergerakan negatif, karena mereka memandangnya sebagai risiko terhadap rupiah. CUkup membentuk persepsi negatif dari para investor bahwa kondisi di Tanah Air sedang tak kondusif," paparnya.

Sepekan ke depan, Renny memprediksi rupiah masih akan melemah dan berkutat di kisaran 12.727 - 12.800 per dolar AS. (Sis/Ahm)


Source: liputan6.com
BI Turunkan Suku Bunga Acuan 25 Basis Poin Menjadi 7,5%

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,50 persen. Suku bunga Lending Facility tidak mengalami perubahan sehingga tetap di 8 persen. Sedangkan suku bunga Deposit Facility turun mengikuti BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen.

Gubernur BI, Agus Martowardojo menjelaskan, Rapat Dewan Gubernur yang digelar pada hari ini memutuskan untuk menurunkan BI Rate karena tidak ada tekanan politik yang cukup tinggi yang akan mengganggu iklim ekonomi. Agus juga melihat bahwa level BI Rate setelah diturunkan masih konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran yang berada di kisaran 4 pada 2015 dan 2016.

"Selain itu, level tersebut juga mendukung pengendalian transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat," jelasnya di Kantor Bank Indonesia, Selasa (17/2/2015).

Agus melanjutkan, meskipun Bank Indonesia telah mengambil berbagai kebijakan untuk mengendalikan tingkat inflasi dan juga transaksi berjalan, namun tantangan mencapai target tersebut masih besar terutama faktor global.

Ke depan, BI akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, dan sistem pembayaran, serta memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan serta mendorong berlanjutnya reformasi struktural untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Langkah yang ditempuh BI dengan menurunkan suku bunga acuan tersebut membuat perkiraan para ekonom meleset. "Saya pribadi menginginkan BI rate untuk turun, namun kemungkinan besar BI tidak akan mengubahnya." kata Direktur PT Bahana TWC Asset Management, Budi Hikmat saat berbincang dengan Liputan6.com.

Ia menjelaskan, BI Rate tetap karena dengan level sekarang BI menunjukkan masih akan fokus menurunkan neraca transaksi berjalan Indonesia. Namun keinginan Budi untuk BI rate bisa turun akan membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam asumsi makro Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015, pertumbuhan ekonomi ditetapkan 5,7 persen.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh pengamat ekonomi dari Universitas Atma Jaya, Prasetyantoko.  "Melihat kondisi ekonomi sekarang, sepertinya masih akan tetap (BI rate)," tegas Prasetyantoko.‎ (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
Gubernur BI: Penurunan BI Rate Bukan Karena Tekanan Politik

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, penurunan suku bunga acuan (BI Rate) dan suku bunga Deposit Facility masing-masing 25 basis poin (Bps) menjadi 7,50 persen dan 5,50 persen murni berasal dari kajian lembaga tinggi tersebut, bukan karena tekanan politik.

Hal ini ditegaskan Gubernur BI, Agus Martowardojo saat Konferensi Pers BI Rate di kantornya, Jakarta, Selasa (17/2/2015). Mantan Menteri Keuangan itu memutuskan kebijakan tersebut setelah berdiskusi panjang melalui rapat Dewan Gubernur.

"Tidak ada (tekanan politik). Kalau ada yang menanyakan apakah ada tekanan politik, BI melakukan kajian dalam rapat Dewan Gubernur berdasarkan fakta dan data serta kajian yang kami lakukan. Jadi apa yang kami sampaikan hari ini adalah pandangan BI," ucapnya.

Alasan BI menyesuaikan BI Rate dan deposit facility, kata Agus, karena adanya keyakinan bahwa inflasi pada tahun ini akan terjaga stabil dan mengarah di bawah 4 persen.

"Ini adalah satu kondisi yang akan terus dijaga dengan upaya dari pemerintah pusat, dan pemerintah daerah serta berkoordinasi dengan BI," cetus dia.

Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara memperkirakan, laju inflasi pada akhir tahun ini bisa menyentuh level 3 persen atau lebih rendah dari asumsi 4 plus minus 1 persen.

"Kami menurunkan suku bunga sudah dengan itung-itungan, tidak mungkin turun kalau outlook inflasinya masih tinggi. Tapi buktinya di Januari ini sudah deflasi sehingga diprediksi inflasi year on year turun," paparnya.

Lanjut Mirza, inflasi bakal turun signifikan pada 2015 karena adanya kebijakan subsidi tetap untuk BBM jenis Solar. Kebijakan tersebut dianggap sangat baik untuk mengendalikan inflasi dalam jangka panjang.

"Indonesia tetap harus berhati-hati melihat situasi dari kebijakan suku bunga di Amerika Serikat (AS). Bagaimana dampaknya," tandas Mirza.

Dalam Rapat Dewan Gubernur yang berlangsung cukup lama hari ini, BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,50 persen. Suku bunga Lending Facility tidak mengalami perubahan sehingga tetap di 8 persen. Sedangkan suku bunga Deposit Facility turun mengikuti BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen.

Agus menjelaskan, keputusan tersebut diambil karena melihat bahwa level BI Rate setelah diturunkan masih konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran yang berada di kisaran 4 pada 2015 dan 2016. "Selain itu, level tersebut juga mendukung pengendalian transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat," jelasnya

Meskipun BI telah mengambil berbagai kebijakan untuk mengendalikan tingkat inflasi dan juga transaksi berjalan, namun tantangan mencapai target tersebut masih besar terutama faktor global.

Ke depan, BI akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, dan sistem pembayaran, serta memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan serta mendorong berlanjutnya reformasi struktural untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
BI Turunkan Suku Bunga Acuan, Ini Tanggapan Menteri Keuangan

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengapresiasi langkah Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,5 persen. Menurut Bambang, penurunan suku bunga acuan tersebut Bank Indonesia memberikan sinyal bahwa perekonomian RI telah membaik.

"Artinya tekanan inflasi tidak setinggi dulu lagi, bahkan ada kecenderungan inflasi rendah bahkan deflasi," kata Bambang, di Jakarta, Selasa (17/2/2015)

Selain itu, ia melanjutkan, penurunan BI Rate tersebut juga mengikuti tren bank sentral di negara lain yang juga menurunkan suku bunga acuannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Dengan bunga acuan yang rendah diharapkan bisa membuat bank juga menurunkan bunga kredit sehingga memicu pertumbuhan kredit terutama kredit modal kerja dan kredit investasi.

Bambang menerangkan, dengan kebijakan yang diambil oleh BI tersebut, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan investasi di Tanah Air. "Pastinya membantu lah, pertumbuhan kredit mudah-mudahan bisa naik sehingga harapan kita investasi tumbuh dari swasta juga bisa muncul," ujarnya.

Pada hari ini BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,50 persen. Suku bunga Lending Facility tidak mengalami perubahan sehingga tetap di 8 persen. Sedangkan suku bunga Deposit Facility turun mengikuti BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen.

Gubernur BI, Agus Martowardojo menjelaskan, Rapat Dewan Gubernur yang digelar pada hari ini memutuskan untuk menurunkan BI Rate karena tidak ada tekanan politik yang cukup tinggi yang akan mengganggu iklim ekonomi. Agus juga melihat bahwa level BI Rate setelah diturunkan masih konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran yang berada di kisaran 4 pada 2015 dan 2016.

"Selain itu, level tersebut juga mendukung pengendalian transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat," jelasnya di Kantor Bank Indonesia.

Agus melanjutkan, meskipun Bank Indonesia telah mengambil berbagai kebijakan untuk mengendalikan tingkat inflasi dan juga transaksi berjalan, namun tantangan mencapai target tersebut masih besar terutama faktor global. (Amd/Gdn)


Source: liputan6.com
BI Sengaja Lemahkan Rupiah Supaya Ekspor RI Melonjak?

Liputan6.com, Jakarta - Perbaikan neraca perdagangan Indonesia yang tercatat surplus US$ 700 juta  pada Januari 2015 disokong oleh kebijakan moneter dari Bank Indonesia, baik dari suku bunga acuan (BI Rate) serta kondisi nilai tukar rupiah.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo mengungkapkan, nilai tukar rupiah pada kuartal IV 2014 mengalami pelemahan dengan rata-rata 3,9 persen ke level Rp 12.244 per dolar AS (qtq).

Tekanan rupiah, sambungnya, terus berlanjut di Januari ini sejalan dengan berlangsungnya penguatan dolar AS akibat rencana Eropa Central Bank (ECB) melakukan kebijakan pelonggaran moneter dan diikuti sejumlah negara.

"Rupiah secara rata-rata terdepresiasi 1,21 persen (mtm) ke level Rp 12.581 per dolar AS," tutur dia di kantornya, Jakarta, Selasa (17/2/2015).

Agus menjelaskan, pergerakan nilai tukar mendukung perbaikan defisit transaksi berjalan, baik melalui penurunan impor khususnya barang konsumsi maupun meningkatkan daya saing ekspor di manufaktur.

Sementara itu, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, pihaknya akan menjaga nilai tukar rupiah sesuai fundamental ekonomi Indonesia yang masih defisit, namun sudah terkendali.

Dari catatannya, defisit transaksi berjalan pada kuartal IV 2014 mencapai US$ 6,2 miliar atau 2,81 persen dari PDB. Angka itu menurun dari kuartal sebelumnya yang terealisasi US$ 7 miliar atau 2,99 perden dari PDB.

Mirza menambahkan, ekspor non migas di 2013 sebesar US$ 15,5 miliar dan meningkat menjadi US$ 18,7 miliar pada tahun lalu. Ekspor manufaktur bertumbuh 7 persen sepanjang 2014 sehingga menaikkan cadangan devisa Indonesia pada bulan pertama tahun ini menjadi US$ 114,2 miliar.

Jumlah itu setara dengan 6,8 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Cadangan devisa ini juga berada di atas standar kecukupan internasional sekira 3 bulan impor.

"Ini menunjukkan kebijakan moneter Indonesia, gabungan suku bunga dan nilai tukar telah berhasil memperbaiki neraca perdagangan non migas. Jadi (REER) rupiah kompetitif bagi ekspor Indonesia," terang Mirza.

Namun ketika ditanyakan apakah BI sengaja melemahkan nilai tukar rupiah untuk penguatan ekspor Indonesia, Mirza bungkam. Dia mengatakan, seluruh negara berusaha meningkatkan ekspor melalui pelemahan mata uang negaranya.

"Amerika Serikat (AS) saja komplein kepada negara-negara lain kok pada melemahkan nilai mata uangnya masing-masing supaya bisa ekspor ke AS," tukas dia. (Fik/Ndw)
    


Source: liputan6.com
BI Rate Turun, Bank Diminta Pangkas Suku Bunga Kredit

Liputan6.com, Jakarta - Suku bungan acuan Bank Indonesia (BI Rate) dan deposit facility masing-masing turun 25 basis poin (Bps) menjadi 7,5 persen dan 5,5 persen per 18 Februari 2015. Dengan kebijakan ini, perbankan diharapkan ikut menurunkan suku bunga kredit.


Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara menuturkan, penyesuaian BI Rate dan deposit facility hendaknya disusul oleh penurunan suku bunga deposito dan kredit perbankan.

"Logikanya begitu, BI kan menambah likuiditas di pasar, jadi bank juga diharapkan menurunkan suku bunga deposito dan kreditnya," ujar dia saat ditemui usai Konferensi Pers BI Rate di kantornya, Jakarta, Selasa (17/2/2015).

Mirza optimistis, aliran modal asing tetap akan masuk ke Indonesia karena fundamental ekonomi terjaga dengan baik, inflasi menurun, peningkatan surplus neraca perdagangan, defisit anggaran terkendali dan suku bunga Indonesia masih menarik.

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur BI Agus Martowardojo menegaskan, stabilitas sistem keuangan Indonesia tetap solid karena ditopang ketahanan sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja pasar keuangan.

"Ketahanan industri perbankan tetap kuat dengan risiko kredit, likuiditas dan pasar yang cukup terjaga serta dukungan modal yang kuat," jelas dia.

Data BI menunjukkan, rasio kecukupan modal (CAR) perbankan masih tinggi sebesar 19,40 persen atau jauh diatas ketentuan minimum 8 persen di akhir kuartal IV 2014. Sementara rasio kredit bermasalah (NPL) tetap rendah dan stabil dikisaran 2 persen serta kondisi likuiditas membaik terutama didorong ekspansi rekening pemerintah.

"Perbaikan ini berlanjut hingga Januari 2015 terutama disumbang aliran masuk uang kartal paska perayaan akhir tahun," sambung Agus.

Menurutnya, pertumbuhan kredit melambat menjadi 11,6 persen (year on year/YoY) atau lebih rendah dari pertumbuhan di akhir kuartal III 2014 sebesar 13,2 persen. Sedangkan pertumbuhan dana pihak ketiga pada akhir tahun lalu tercatat 12,3 persen atau melambat dari periode sebelumnya sebesar 13,3 persen.

"Ke depan, sejalan dengan menurunnya suku bunga, kecukupan likuiditas dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, BI yakin pertumbuhan dana pihak ketiga dan kredit akan meningkat masing-masing 14-16 persen dan 15-17 persen," kata Agus. (Fik/Ndw)


Source: liputan6.com
BI Rate Turun Jadi Tanda Ekonomi RI Membaik

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinasi Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengaku mengapresiasi langkah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan  atau BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,5 persen. Dia berharap penurunan BI rate segera diikuti pemangkasan suku bunga perbankan.

"Biasanya akan mengikuti karena itu kan begitu BI rate turun kemudian suku bunga deposito juga akan turun dan semua akan punya dampak," kata dia, Jakarta, Selasa (17/2/2015).

Sofyan juga menilai penurunan BI rate tersebut juga menunjukan proyeksi perekonomian Indonesia yang membaik. Kondisi itu merangsang investasi di dalam negeri.

"BI umumkan BI rate dan itu tentu akan meringankan. Hal itu akan diikutip penurunan bunga bank dan lain-lain. Itu bagus bagi ekonomi, bagus bagi dunia usaha. Dan itu memberi stimulus terhadap investasi," paparnya.

Dia mengatakan, penurunan BI tidak terlepas dari kinerja pemerintah menekan angka inflasi. Dia mengatakan hal itu didukung oleh penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) kemudian penerapan reformasi birokrasi.

"Persoalan inflasi kita bereskan, sekarang fiskal sudah lebih baik, kita tidak lagi tersandera dengan BBM subsidi. Sehingga reformasi birokrasi untuk ciptakan iklim investasi sudah cukup bagus, artinya sejauh ini, apa yang kita capai, jadi  bukan BI rate saja tapi dinilai para pakar dan investor cukup bagus," tandasnya. (Amd/Ndw)


Source: liputan6.com