Prev Febuari 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
01 02 03 04 05 06 07
08 09 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
01 02 03 04 05 06 07
08 09 10 11 12 13 14
Berita Kurs Dollar pada hari Jumat, 13 Febuari 2015
Rupiah Bisa Ambruk ke Posisi Rp 13.000 Per Dolar AS?

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus terkontraksi hingga level Rp 12.800. Penyebabnya, karena kinerja ekonomi AS semakin kinclong sehingga dolar kian perkasa dan melemahkan seluruh mata uang negara-negara di Asia Timur, seperti Yen Jepang dan Won Korea.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengatakan, pelemahan kurs rupiah berasal dari faktor eksternal sampai mengguncang mata uang lain, termasuk Rupiah Indonesia.

"Semua karena faktor eksternal, nggak ada hubungan dengan faktor domestik. Kurs Won Korea dan Yen Jepang melemah, hampir semua mata uang Asia Timur lesu karena kinerja ekonomi AS bagus," ucap dia kepada wartawan di Jakarta, seperti ditulis Jumat (13/2/2015).

Dia mengklaim, kontraksi Rupiah tidak membuat pasar panik mengingat investor asing masih melakukan pembelian bersih di pasar modal. Sedangkan kondisi yield dari Surat Utang Negara (SUN) tercatat normal sehingga tercapai titik keseimbangan dalam kurun waktu tidak terlalu lama.

Saat ditanyakan mengenai prediksi Rupiah terus tertekan dan berpotensi menyentuh angka Rp 13.000 per dolar AS, Sofyan menilai akan tergantung pada kondisi faktor eksternal.

"Nggaklah (Rp 13.000), jangan begitu dong, karena sangat tergantung pada faktor luar negeri, kita akan lihat. Bank Indonesia aware masalah ini, tidak banyak yang bisa kita lakukan di domestik tapi apa yang sudah kita lakukan diapresiasi," tuturnya.

Lebih jauh katanya, pemerintah berupaya membenahi persoalan internal, seperti logistik, percepatan arus barang, efisiensi pelabuhan, memangkas waktu bongkar muat (dwelling time) pelabuhan yang akan dibereskan paling lama 6 bulan.

"Kalau ada kemauan, dan dukungan Presiden, ketegasan, maka pelaksanaannya akan jalan. Seperti Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) supaya iklim investasi di Indonesia jadi lebuh baik. Juga soal penghapusan subsidi BBM untuk Premium tapi ada faktor luar negeri yang nggak bisa dikontrol atas fluktuasi Rupiah saat ini," terang Sofyan. (Fik/Nrm)


Source: liputan6.com
Menteri BUMN Tolak Keinginan Bank Mandiri untuk Potong Dividen

Liputan6.com, Jakarta - Keinginan dari PT Bank Mandiri Tbk untuk mendapat potongan besaran dividen yang disetorkan kepada pemegang saham ditolak oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dengan penolakan tersebut, perseroan sulit untuk meningkatkan modal setelah sebelumnya usulan untuk mendapat Penyertaan Modal Negara (PMN) juga ditolak oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Menteri BUMN, Rini Soemarno mengatakan, besaran dividen yang harus disetorkan oleh perusahaan-perusahaan pelat merah sudah diatur dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015. Oleh karena itu, besaran dividen yang harus disetorkan oleh Bank Mandiri tidak bisa diubah.

"Tidak bisa lagi kami mundur, jadi sudah masuk anggaran di tahun ini yang tertuang dalam APBN-P 2015. Jumlah dividen yang harus diambil dari perusahaan-perusahaan juga sudah ditentukan. Jadi dapat atau tidak dapat PMN, setoran dividen tetap tidak bisa berubah," ujarnya di Gedung DPR RI, Kamis (12/2/2015) malam.

Meski demikian, Rini mengungkapkan bahwa pada tahun depan, pemerintah akan mencoba kembali untuk mengusulkan PMN bagi BUMN yang tidak menerima penyertaan modal di tahun ini, termasuk salah satunya adalah Bank Mandiri. "Tapi yang akan kami lakukan adalah di tahun depan. Jadi adjusment-nya di tahun depan," lanjutnya.

Rini melanjutkan, untuk pemberian PMN di tahun depan, Kementerian BUMN tetap akan melihat program yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan plat merah dalam mengembangkan usahanya.

"Memang Bank Mandiri masih kami lihat program apa yang akan dilakukan walaupun ada beberapa hal yang memang kami pending sampai tahun depan. Jadi memang nanti tidak menutup kemungkinan bahwa di tahun depan kami akan tetap meminta untuk Mandiri," tandasnya.

Sebelumnya, Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan setelah positif tidak mendapat suntikan dana dari PMN, perseroan akan mengupayakan cara lain untuk mendapatkan modal

"Kalau buat Mandiri apakah itu diberikan atau tidak, kami punya cara lain untuk memupuk modalnya. Misalya dengan mengurangi dividen pay out ratio, menjadi sekitar 20 persen. Biasa kami 30 persen," ujarnya. Menurut Budi, dengan pemotongan ini bisa menjadi alternatif pengganti PMN. Namun hal tersebut baru berupa gagasan dan belum disetujui oleh Kementerian BUMN.

Menengok laporan yang diumumkan pada Rabu (11/2/2014), selanjang 2014 kemarin Bank Mandiri mampu mencetak laba sebesar Rp 19,9 triliun. Laba tersebut tumbuh 9,2 persen dibanding dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 18,2 triliun.

Di 2014 lalu, Bank Mandiri menyetor dividen dari laba tahun 2013 sebesar Rp 5,46 triliun. Nilai tersebut merupakan 30 persen dari laba perseroan di 2013. Jika diasumsikan porsi pembagian dividen di tahun ini sama sebesar 30 persen, maka di tahun ini Bank Mandiri akan menyetor dividen sebesar Rp 5,97 triliun kepada pemegang saham. (Dny/Gdn)


Source: liputan6.com
Titik Terang di Yunani Cerahkan Rupiah di Akhir Pekan

Liputan6.com, New York - Rupiah akhirnya berhasil menguat setelah pergerakan positif euro berhasil menahan penguatan dolar. Euro menguat lantaran data ekonomi yang membaik dan meningkatnya negosiasi antara Yunani dan Troika.

Data valuta asing (valas) Bloomberg, Jumat (13/2/2015), nilai tukar rupiah tampak dibuka menguat ke level 12.741 per dolar AS setelah ditutup menguat di level 12.801 pada perdagangan sebelumnya. Nilai tukar rupiah tercatat menguat 0,2 persen ke level 12.776 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:12 waktu Jakarta.

Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah tercatat masih berfluktuasi menguat di kisaran 12.741-12.796 per dolar AS.

Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia mencatat nilai tukar rupiah menguat tipis ke level 12.769 per dolar AS. Pada perdagangan kemarin nilai tukar rupiah melemah cukup signifikan ke level 12.794 per dolar AS.

Rupiah berhasil menguat setelah pada perdagangan sebelumnya sempat kembali menyentuh level 12.800 per dolar AS. Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta mengatakan, ada sedikit titik cerah dari usaha Yunani bernegosiasi dengan Troika yang akhirnya mendorong euro menguat.

"Penguatan euro karena data industrian production yang membaik ditambah data penjualan ritel dan klaim pengangguran yang memburuk membuat dolar menurun drastis," terangnya.

Hal ini membuat rupiah yang sempat melemah pada perdagangan sebelumnya kembali pulih. Sementara dari dalam negeri, para pelaku pasar masih menanti angka neraca transaksi berjalan. (Sis/Nrm)


Source: liputan6.com
Menko Perekonomian Sebut Faktor Global Bikin Rupiah Tertekan

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah sempat tergelincir di kisaran 12.800 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan kemarin. Hal ini mendapat perhatian dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil.

Ia menuturkan, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar didominasi dari faktor eksternal. "Ekonomi Amerika Serikat membaik. Spekulan menjadikan isu Yunani, sebenarnya isu lama tapi diangkat kembali. Ini menggerakkan pasar," ujar Sofyan, Jumat (13/2/2015).

Yunani belum menyepakati soal tawaran pemberian bantuan dari Uni Eropa terkait penyelesaian utang negara. Namun ada sedikit titik cerah dari usaha Yunani bernegosiasi dengan Troika sehingga mendorong euro menguat. Sentimen itu juga berpengaruh positif pada gerak rupiah hari ini.

Data valuta asing (valas) Bloomberg, nilai tukar rupiah tampak dibuka menguat ke level 12.741 per dolar AS setelah ditutup menguat di level 12.801 pada perdagangan sebelumnya. Nilai tukar rupiah tercatat menguat 0,2 persen ke level 12.776 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:12 waktu Jakarta.

Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah tercatat masih berfluktuasi menguat di kisaran 12.741-12.796 per dolar AS. Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia mencatat nilai tukar rupiah menguat tipis ke level 12.769 per dolar AS. Pada perdagangan kemarin nilai tukar rupiah melemah cukup signifikan ke level 12.794 per dolar AS.

Sofyan mengungkapkan, nilai tukar rupiah melemah tak perlu dikhawatirkan mengingat masih tingkat wajar. Pemerintah juga membuat anggaran negara jauh lebih sehat sehingga dukung rupiah. "Tetapi yang penting masyarakat disadarkan bahwa rupiah naik dan turun itu di tingkat kewajaran," papar Sofyan.

Nilai tukar rupiah melemah, menurut Sofyan dapat dijadikan keuntungan untuk ekspor di sejumlah sektor unggulan. "Ekspor kita bagus, minyak sawit yang tidak bagus dengan rupiah melemah, mendapat pendapatan," ujar Sofyan.

Pemerintah memperkirakan, nilai tukar rupiah akan berada di level Rp 12.500 per dolar AS. Ini juga hasil kesepakatan Komisi XI DPR dengan pemerintah dalam pembahasan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2015. (Amd/Ahm)


Source: liputan6.com
Tim Ahli Wapres Tak Yakin Jokowi Restui Merger BNI-Bank Mandiri

Liputan6.com, Jakarta - Rencana penggabungan PT Bank Mandiri Tbk dengan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) terus bergulir. Namun pemerintah tak yakin Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan merestui aksi merger dua bank pelat merah itu selama lima tahun ke depan meski sinyal setuju sudah disampaikan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro.

"Saya tidak percaya itu (Jokowi setuju merger), tapi dunia bisa berubah," ucap Ketua Tim Ahli Wakil Presiden, Sofyan Wanandi singkat saat ditemui usai menghadiri Jakarta Food Security Summit di JCC, Jakarta, Jumat (13/2/2015).

Mantan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) itu pun menegaskan rencana peleburan Bank Mandiri dan Bank BNI belum terpikir oleh pemerintahan Jokowi pada tahun ini.

"Tidak ada rencana, dan rencana itu tidak ada. Itu maunya pengamat saja, karena memang belum sampai ke sana. Lagipula itu urusan Bu Rini (Menteri BUMN)," ujar Sofyan.

Menurut dia, Bank BNI dan Bank Mandiri tak perlu mengembangkan bisnis atau perusahaan melalui cara merger. Upaya lain, pemerintah dapat menyuntikkan modal ke perbankan tersebut lewat Penyertaan Modal Negara (PMN).

"Tidak usah merger-merger, lama-lama mereka juga akan besar. Kalau value dari merger tidak sama, malah jadi perkara lagi.cara lain bantulah mereka punya ekuitas lebih banyak supaya bisa berkembang, jadi pakai cara menambah PMN," saran Sofyan.

Sebelumnya Menteri BUMN Rini Soemarno menuturkan, penggabungan (merger) dua bank pelat merah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk masih perlu dibahas lebih dalam. Sejumlah strategi terus diupayakan mengingat Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah berada di depan mata. Dia berharap bank di Tanah Air tidak tergilas oleh keberadaan bank asing.

Rencana penggabungan bank santer terdengar. Rencana itu digulirkan oleh Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dengan harapan bank Tanah Air mampu bersaing dengan bank ASEAN. Namun, lanjut Menkeu, kendati digabung dua bank tersebut belum mampu bersaing dengan Bank DBS asal Singapura.

Sekadar informasi, hingga akhir tahun lalu PT Bank Mandiri Tbk mencatat total aset senilai Rp 855 triliun, sedangkan total aset BNI pada 2014 sebesar Rp 416,6 triliun . Jika kedua bank itu digabung, total asetnya mencapai Rp 1.271,6 triliun. Sedangkan DBS saat ini mencatat aset US$ 318,4 miliar atau sekitar Rp 4.038 triliun (kurs: Rp 12.683 per dolar Amerika Serikat).  (Fik/Ahm)


Source: liputan6.com
News Flash: Teror-teror yang Menghantui KPK

Source: liputan6.com