Berita Kurs Dollar pada hari Selasa, 03 Febuari 2015 |
Data Ekonomi Domestik Cerah, Rupiah Menguat |
Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah tercatat menguat didorong data ekonomi positif yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) awal pekan ini. Rupiah yang sempat menyentuh level 12.700 per dolar AS pada perdagangan kemarin kini kembali menguat ke kisaran 12.600 per dolar AS.
Data valuta asing Bloomberg, Selasa (3/2/2015) mencatat nilai tukar rupiah menguat 0,62 persen ke level 12.606 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:59 waktu Jakarta. Sebelumnya rupiah juga tercatat dibuka menguat di level 12.673 per dolar AS.
Pada perdagangan hari ini, rupiah tampak terus berfluktuasi menguat dan bertengger di kisaran 12.606 per dolar AS-12.687 per dolar AS.
Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia mencatat nilai tukar rupiah menguat tipis ke level 12.643 per dolar AS. Pada perdagangan sebelumnya, rupiah sempat melemah tajam dan bertengger di kisaran 12.700 per dolar AS.
Menurut data BPS, neraca perdagangan Desember tercatat surplus senilai US$ 187 juta dari defisit US$ 426 juta pada November tahun lalu. Sementara itu, data inflasi Januari juga turun ke level 6.96 persen dari 8,36 persen.
"Pengumuman surplus neraca perdagangan dan penurunan inflasi secara drastis akhirnya menghentikan tekanan pada rupiah," terang Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta.
Sementara dengan nilai tukar dolar yang melemah, rupiah diprediksi akan terus bergerak menguat pada perdagangan hari ini. (Sis/Gdn)
Source: liputan6.com
|
Bank Mandiri Catatkan Aset Rp 855 Triliun di Akhir 2014 |
Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk mencatatkan aset Rp 855 triliun (unaudited) di akhir 2014. Nilai aset tersebut membuat Bank Mandiri sebagai bank dengan aset terbesar di Indonesia dan selangkah lagi untuk mencapai ambisi perseroan yaitu bisa mencetak aset sebesar Rp 1.000 triliun pada akhir 2015.
Corporate Secretary Bank Mandiri, Rohan Hafas menjelaskan, pencapaian tersebut menjadikan Bank Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia dan siap membawa Indonesia ke ranah regional sebagai Qualified ASEAN Bank (QAB).
“Kami akan terus memperkuat fondasi untuk menjadi bank asli Indonesia yang mampu bersaing dengan bank-bank lain yang lebih besar di ASEAN. Kami juga ingin Bank Mandiri memiliki ratusan cabang di pasar ASEAN untuk mengimbangi bank asing yang saat ini telah memiliki sekitar 8 ribu cabang di Indonesia, sementara kita baru memiliki satu cabang di ASEAN. Itupun tambahan cabangnya sudah 5 tahun belum disetujui regulator setempat,” kata Rohan.
Melihat kondisi tersebut, kesempatan untuk menjadi QAB bank harus segera diambil, apalagi pemerintah sudah bersedia menambah modal Bank Mandiri hingga genap menjadi Rp100 triliun. Selain itu, banyak pihak mendukung Bank Mandiri menjadi QAB Bank agar bisa bersaing dengan bank-bank ASEAN lainnya.
Sebagai informasi, dengan aset terbesar di Indonesia, yaitu Rp 855 triliun, Bank Mandiri baru menduduki peringkat 9 di antara bank-bank negara ASEAN lainnya.
Dalam MEA, bila bank sudah berstatus QAB, maka bank tersebut mendapatkan akses penuh untuk membuka jaringan di negara ASEAN manapun tanpa memerlukan persetujuan otoritas setempat.
Saat ini, lanjut Rohan, dengan jumlah aset yang besar dan modal mencapai lebih dari Rp 90 triliun, kebutuhan dana untuk penambahan modal agar dapat menjadi bank ASEAN lebih rendah.
Selain untuk bersaing di regional ASEAN, Indonesia perlu memiliki bank besar dengan modal yang kuat mengingat 41 persen dari luas wilayah ASEAN adalah Indonesia. Dari sisi populasi, 39 persen dari seluruh populasi ASEAN berada di Indonesia dengan porsi GDP terbesar di antara negara ASEAN.
“Potensi tersebut tidak akan bermanfaat optimal untuk memakmurkan negeri jika fungsi intermediasi bank-bank nasional tidak mampu menandingi bank-bank negara ASEAN lainnya yang memiliki permodalan lebih besar,” pungkas Rohan.
Source: liputan6.com
|
BNI-Mandiri Dilebur, Ini Komentar Bos Mandiri |
Liputan6.com, Jakarta - Kabar penggabungan dua bank pelat merah, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dianggap sebagai wacana atau baru sebatas usulan dengan pemerintah. Saat ini, Bank Mandiri sedang sibuk berjuang mengantongi suntikan modal dari pemerintah.
Hal ini diungkapkan Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin di acara Rapat Panja Penyertaan Modal Negara (PMN) di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (3/2/2015).
"Waduh saya baru tahu. Dengar seperti itu babak belur kitanya. Kita sih belum diinformasikan," kata dia.
Saat ini, lanjut Budi, pihaknya sibuk mengurusi pengajuan PMN bersama pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan DPR. Sehingga persoalan merger belum menjadi prioritas perbankan raksasa di Tanah Air itu.
"Kita lagi sibuk mengurusi PMN. Konsentrasi di sini dulu jadi belum kepikiran soal itu," ujarnya.
Dia menegaskan, peleburan antara Bank Mandiri dan Bank BNI baru sebatas wacana. Membutuhkan proses panjang untuk merealisasikannya karena harus melalui pemerintah dan restu DPR.
"Iya (wacana), tidak mungkin. Belum tentu realisasinya. Saya yang riil saja, PMN belum selesai. Itu kan masih usulan ke pemerintah, masih harus ke DPR lagi, jadi masih panjang," jelas Budi.
Sementara Deputi Menteri BUMN Bidang Jasa, Gatot Trihargo mengaku, wacana peleburan Bank Mandiri dan BNI tidak saat ini diwujudkan. "Itu mah masih lama," tandasnya. (Fik/Ndw)
Source: liputan6.com
|