Liputan6.com, Jakarta - Sempat menyentuh level Rp 13.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu, nilai tukar rupiah tampaknya masih lesu dan berfluktuasi melemah di kisaran 12.900 per dolar AS pada perdagangan di awal pekan ini. Penguatan dolar AS yang tak tertahankan masih menjadi guncangan utama pergerakan nilai tukar rupiah saat ini.
Data valuta asing Bloomberg, Senin (13/4/2015) menunjukkan, nilai tukar rupiah melemah 0,16 persen ke level 12.948 per dolar AS. Nilai tukar rupiah bahkan sempat melemah lebih jauh ke level 12.971 per dolar AS.
Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di kisaran 12.910 per dolar AS hingga 12.971 per dolar AS. Nilai tukar rupiah tampak masih melanjutkan pelemahan dari pekan sebelumnya.
Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah mengalami koreksi 35 poin ke level 12.945 per dolar AS. Tak bergerak jauh dari level sebelumnya di angka 12.910 per dolar AS.
Di tengah penguatan dolar terhadap euro yang kembali terjadi, para investor tampaknya masih mengambil aksi wait and see. "Selain isu global, para investor masih akan fokus pada pengumuman BI rate, Selasa besok. Kami perkirakan, BI masih akan mempertahankan suku bunganya di level 7,5 persen," terang Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta.
Dirinya menuturkan, pandangan BI terhadap perkembangan inflasi dan ekspektasi pertumbuhan ekonomi domestik masih menjadi dua komponen yang juga dinanti-nanti para pelaku pasar.
Sementara itu, Ekonom PT Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova menuturkan, sejauh ini belum ada sentimen yang positif dari data ekonomi domestik. Pergerakan nilai tukar rupiah masih didominasi sentimen asing.
Pada pekan lalu, rupiah sempat menguat karena dolar AS melemah akibat data tenaga kerja tidak sesuai dengan perkiraan para analis. Dengan data tenaga kerja yang tidak sesuai prediksi tersebut, perkiraan akan kenaikan suku bunga acuan yang bakal dilakukan oleh Bank Sentral AS akan mundur sehingga dana-dana masih akan bertengger di negara berkembang. (Sis/Gdn)
Source: liputan6.com