Berita Kurs Dollar pada hari Selasa, 14 April 2015 | |
Harga Emas Terus Naik Akibat Melemahnya Dolar AS | |
Liputan6.com, Chicago Harga emas di divisi COMEX New York Mercantile Exchange pada perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) naik untuk dua sesi berturut-turut ke level tertinggi dalam lebih dari empat bulan terakhir. Seperti dikutip dari Xinhua (7/3/2014), kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April naik US$ 11,5 atau 0,86% menjadi US$ 1.351,8 per ounce. Data statisik menunjukkan, angka tersebut merupaka nilai tertinggi untuk kontrak emas paling aktif sejak 28 Oktober 2013. Para analis pasar mengatakan, para pedagang masih menanti sinyal dari Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) terkait penarikan dana stimulusnya. Sementara Presiden Bank Sentral New York William Dudley mengatakan, The Fed tak perlu tergesa-gesa menaikkan suku bunga jangka pendeknya mengingat ekonomi AS masih banyak menghadapi gangguan untuk bertahan pulih. Sementara itu, Bank Sentral Eropa memutuskan mempertahankan suku bunganya pada Kamis (6/3/2014) waktu setempat. Presiden ECB masih berupaya mengatasi ancaman deflasi yang berpotensi mengurangi kesempatan penarikan dana stimulus dalam waktu dekat. Kondisi tersebut meningkatkan dolar dan menekan nilai tukar dolar AS. Nilai tukar dolar yang lemah menarik banyak pembeli asing ke pasar emas. Source: liputan6.com |
|
Jokowi Jadi Presiden, Rupiah Bakal Perkasa? | |
Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Standard Chartered Indonesia, Eric Sugandhi menilai pergerakan rupiah sangat ditentukan oleh kecepatan pelaku pasar dalam melakukan ekspektasi. Namun bagaimana prediksinya mengenai nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) apabila Joko Widodo (Jokowi) menjadi orang nomor satu di Indonesia?
|
|
Mata Uang Negara-negara Asia Anjlok Akibat Data Ekonomi AS | |
Liputan6.com, Kuala Lumpur - Mata uang negara-negara di Asia mengalami penurunan mingguan terbesar dalam tiga bulan seiring sinyal pemulihan ekonomi AS memperkuat mendorong permintaan untuk dolar. Melansir laman Bangkok Post, Sabtu (2/8/2014), indeks spot dolar Bloomberg naik 0,9 persen dalam lima hari terakhir perdagangan, terbesar sejak November. Amerika Serikat dan Eropa meningkatkan tekanan terhadap Rusia atas Ukraina dan adabta default pada pembayaran utang di Argentina. Namun nilai tukar rupiah pada satu bulan ke depan rupiah turun 2,3 persen dibandingkan 25 Juli, ini angka terbesar sejak November sebesar 11.910 per dolar AS. Pengaruh lain yang mengikuti mata uang Asia adalah Argentina yang dikabarkan terancama gagal membayar utang meski ini kemudian ditampik sang Presiden negara ini. Sementara Baht menyelesaikan penurunan terbesar selama lima hari tahun ini setelah mencapai level tertinggi dalam delapan bulan ke posisi 31,74 per dolar pada 23 Juli. Thailand mencatat surplus current account sebesar US$ 1,8 miliar pada Juni, kelebihan pertama dalam tiga bulan, setelah impor jatuh 14,1 persen dari tahun sebelumnya. Source: liputan6.com |
|
Harga Minyak AS Turun Lagi Gara-gara Dolar | |
Liputan6.com, New York - Harga minyak Amerika Serikat (AS) kembali tertekan akibat kekhawatiran melimpahnya pasokan dan penguatan dolar AS, meski membukukan keuntungan tipis dalam perdagangan sepekan. Source: liputan6.com |
|
Harga Emas Jatuh ke Level Terendah Dalam 8 Bulan | |
Liputan6.com, Chicago - Harga emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange turun ke level terendah dalam delapan bulan dipicu penguatan dolar Amerika Serikat (AS), didukung perbaikan ekonomi yang diharapkan mendorong Bank Sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga. Dilansir dari Xinhua, Sabtu (20/9/2014), kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Desember turun US$ 10,3 atau 0,84 persen menjadi US$ 1.216,6 per ounce. Pada pekan ini, harga emas merosot 1,2 persen dan mencetak kerugian mingguan selama tiga kali berturut-turut.
Analis pasar percaya jika dolar tetap kuat dan data AS terus menjadi positif, emas akan benar-benar berada dalam masa-masa sulit. Source: liputan6.com |
|
Dolar Terus Menguat, Mampukah Harga Emas Bangkit? | |
Liputan6.com, Jakarta - Harga emas kembali tertekan turun ke kisaran US$ 1.212 per ounce pada pagi ini. Penurunan harga emas ini selaras dengan penguatan dolar Amerika Serikat (AS), di mana indeks dolar AS kembali menembus level tertinggi baru tahun ini di 85,16. Menurut Head of Research and Analysis PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, penguatan indeks dolar ini salah satunya disebabkan data penjualan rumah baru AS yang dirilis lebih bagus dari prediksi. "Harga emas kini berada di kisaran US$ 1.214 per ounce," kata Ariston dalam ulasannya, Kamis (25/9/2014). Pergerakan harga tersebut berada di kisaran level fibonacci retracement 78,6 persen antara US$ 1.207-US$ 1.235 per ounce yang mungkin masih menyediakan support bagi harga emas. Ariston menjelaskan, pelemahan lanjutan harga harus menunggu penembusan kisaran support di dekat level retracement 78,6 persen tersebut di kisaran US$ 1.212-US$ 1.211 per ounce, dengan potensi target ke kisaran US$ 1.207 per ounce atau berada di level terendah sejak 22 September. Sementara resisten terdekat di kisaran US$ 1.219 per ounce. Pergerakan ke atas resisten ini berpeluang membawa harga menguat ke arah US$ 1.224 per ounce. Hari ini, market mover berpeluang datang dari data Durable Goods Orders dan data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS. "Para pelaku pasar masih mewaspadai sentimen penguatan dolar AS yang akan mempengaruhi harga emas," tutur dia. (Ndw) Source: liputan6.com |
|
Dolar AS Melemah Dongkrak Harga Emas | |
Liputan6.com, Chicago - Harga emas menguat di divisi COMEX New York Mercantile Exchange pada perdagangan Senin (Selasa pagi WIB) didorong dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap mata uang lainnya. Harga emas untuk kontrak Desember naik US$ 8,3 atau 0,68 persen menjadi US$ 1.230 per troy ounce. Di pasar spot, harga emas naik US$ 7,2 ke level US$ 1.230,75 per troy ounce. Sementara itu, harga peras naik menjadi US$ 17,34 per ounce. Adanya permintaah terhadap investasi safe-haven termasuk emas seiring aksi jual terjadi di bursa saham memberikan sentimen positif untuk emas. Demikian mengutip laman Forbes, Selasa (14/10/2014). Secara teknikal, harga emas berjangka untuk pengiriman Desember ditutup di dekat area mid-range. Ini menunjukkan harga emas masih berpeluang turun dalam jangka pendek. Namun harga emas juga berpeluang naik dengan level resistance yang solid di kisaran US$ 1.250. Selain itu, indeks dolar Amerika Serikat (AS) lebih rendah juga mendukung kenaikan harga emas di awal pekan. Sentimen positif lainnya didukung dari pemerintahan AS dan pasar treasury juga libur untuk memperingati hari Colombus. Ditambah tidak ada laporan ekonomi utama AS yang dirilis sehingga membuat pasar lebih tenang. Indeks dolar AS lebih rendah pada awal pekan setelah menguat ke level tertinggi dalam empat tahun pada pekan lalu. Sementara itu, harga minyak mentak Nymex berjangka terus tertekan. Hal itu seiring adanya laporan negara-negara anggota OPEC memberikan harga diskon terhadap harga minyak untuk tetap mempertahankan pangsa pasar. Di awal pekan ini, China mengeluarkan data ekonomi yang relatif baik. Harga impor naik 7 persen pada September 2014. Sementara itu, harga ekspor naik 15 persen. Data ekonomi China membaik ini positif untuk harga komoditas. (Ahm/) Source: liputan6.com |
|
Alasan Dolar AS Masih Jadi Raja Mata Uang Dunia | |
Liputan6.com, Jakarta Mengapa dolar Amerika Serikat (AS) terus bisa menjadi raja mata uang dunia? Pertanyaan tersebut ternyata juga menjadi teka-teki yang membuat penasaran banyak pihak, bahkan sekelas ekonom handal dan berpengalaman juga merasakan hal serupa. Source: liputan6.com |
|
BI & BUMN Jangan Jadi Spekulan Pemborong Dolar AS | |
Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah terjadi akibat ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Permintaan terutama dilakukan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tercatat banyak membutuhkan dolar AS untuk pembayaran utang, importasi bahan baku dan sebagainya. Source: liputan6.com |
|
Dolar Perkasa, TKW Selamatkan Peso Filipina | |
Liputan6.com, Jakarta - Deputi Bidang Pengawasan Bank Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mulya E Siregar menyatakan, hanya mata uang Filipina yang kuat menghadapi kekuatan dolar Amerika Serikat (AS) di kawasan Asia Tenggara. Mulya mengatakan, kekuatan mata uang Filipina terhadap dolar disebabkan cadangan devisa yang kuat. Cadangan devisa itu berasal dari remitensi tenaga kerja yang bekerja di luar negeri. "Di Asia Tenggara, mata uang Filipina menguat karena punya cadangan devisa kuat dari remiten TKW," kata Mulya, di BTN Tower, Jakarta, Rabu (18/3/2015). Mulya menambahkan, sisi lain Indonesia tidak memiliki devisa cukup untuk dijadikan benteng pertahanan di tengah terpaan penguatan dolar AS. "Sementara Indonesia defisit dari neraca transaksi berjalan. Ini gejala global," ungkapnya. Mulya mengungkapkan, penguatan mata uang Amerika Serikat tersebut disebabkan oleh melemahnya harga komoditi terutama harga minyak dunia yang sempat menyentuh level terendah. "Memang sekarang ini melemahnya harga komoditi terjadinya penguatan dolar Amerika Serikat. Pengaruh turunnya harga minyak menguatkan dolar menguat semua kena dampak," tutupnya. Sejumlah mata uang berkembang melemah terhadap dolar AS, meski demikian ada sejumlah mata uang yang masih perkasa. Mata uang yang menguat terhadap dolar AS antara lain dolar Taiwan naik 0,36 persen, rupee India naik 0,43 persen, baht Thailand menguat 0,73 persen, dan peso Filipina mendaki 0,81 persen. (Pew/Ahm) Source: liputan6.com |
|
Harga Minyak Tergelincir Imbas Penguatan Dolar AS | |
Harga minyak pada perdagangan Selasa (Rabu pagi) tercatat anjlok selama dua hari berturut-turut akibat penguatan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang negara lain. Selama setahun, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) tercatat naik 7,2%. Sementara harga minyak jenis Brent merosot 0,3%. Dikutip dari Xinhua, Rabu (1/1/2014), harga minyak mentah jenis WTI untuk pengiriman Februari di New York Merchantile Exchange turun US$ 87 sen menjadi US$ 98,42 per barel. Sementara minyak jenis Brent juga tercatat merosot US$ 41 sen menjadi US$ 110,8 per barel. Kuatnya nilai tukar dolar AS memicu penurunan investasi di sektor minyak khususnya bagi para investor yang menggunakan mata uang lain dalam perdagangannya. Nilai tukar dolar menguat akibat didorong data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang cerah. Sementara itu, menurut data yang dirilis S&P 500,harga-harga rumah di AS terus melonjak naik sejak Oktober. Peningkatannya mencapai 13,6% dan merupakan kenaikan harga tertinggi sejak Februari 2006. Peningkatan indeks saham perumahannya juga tercatat melampaui ekspektasi. Sementara itu, surat utang bertenor 10 tahun naik 3% pada perdagangan Selasa. Peningkatan tersebut menandakan adanya pertumbuhan ekonomi AS. Selain itu Bank Sentral AS (The Fed) dapat mengurangi stimulusnya secara bertahap. Badan resmi energi AS, EIA akan merilis data statistiknya mengenai pasokan minyak mentah negaranya hingga 27 Desember tahun ini. Para analis memprediksi, dalam laporan pemerintah tersebut, terdapat penurunan pasokan selama lima mggu berturut-turut sebanyak 2,9 juta barel.(Sis/Shd) Baca Juga Harga Minyak Anjlok Diserang Aksi Ambil Untung Stok AS Terkikis, Harga Minyak Dunia Naik Harga Minyak Naik Terpicu Konflik di Sudan Selatan Source: liputan6.com |
|
Tarif Hotel Pakai Dolar, Pengusaha: Bukan Karena Tak Cinta Rupiah | |
Masih banyaknya pengelola hotel yang memasang tarif kamar menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) mendorong transaksi rupiah semakin melemah di negeri sendiri. Hal ini memicu keterpurukan nilai tukar rupiah. Menurut Direktur Perencanaan dan Risiko PT Dyandra Promosindo, Daswar Marpaung, penggunaan tarif kamar dalam denominasi dolar AS lebih dikarenakan permintaan pelanggan. Contohnya hotel-hotel yang berada di daerah wisata favorit wisatawan mancanegara (wisman) seperti Bali, Lombok, dan lainnya. "Di Bali, kebanyakan pengelola pakai tarif kamar dolar AS karena daerah itu jadi destinasi dari seluruh dunia. Orang asing tidak punya rupiah. Bukan karena kita tidak menghargai rupiah, tapi karena ingin memenuhi permintaan klien," ungkap dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Senin (17/2/2014). Dolar, kata Daswar, menjadi patokan dalam menentukan tarif kamar hotel yang dimiliki perseroan, yakni Amaris Hotel dan Santika Hotel. "(Dolar) cuma sebagai banchmark saja supaya kami bisa tentukan tarifnya, tapi kami pasang tarif pakai rupiah dan penerimaan kami juga dalam bentuk rupiah," tuturnya. Dia mengakui, penguatan dolar AS berimbas terhadap kenaikan biaya konstruksi pembangunan hotel sekitar 15% sampai 20%. Meski begitu, dia menegaskan bahwa pihaknya sangat siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. "Kami sangat siap bersaing dengan pengelola atau pengusaha hotel dari luar negeri. Tapi kami sudah melakukan persiapan mulai dari peningkatan skill sumber daya manusia sampai penambahan hotel di tahun-tahun mendatang," papar Daswar. Sebelumnya, Ketua Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) Gatot M Suwondo menghimbau kepada seluruh pemilik atau pengelola hotel di Indonesia supaya tidak memasang tarif (rate) kamar dalam bentuk denominasi dolar AS. Hal ini akan menyebabkan adanya transaksi pertukaran rupiah ke dolar AS. "Semaksimal mungkin pakailah rupiah dalam setiap transaksi di dalam negeri, seperti transaksi di pelabuhan, penjualan properti sampai pemasangan rate kamar hotel. Cintailah rupiah," tukasnya. Pemerintah pun berupaya menertibkan transaksi arus barang menggunakan mata uang dolar AS di pelabuhan Tanjung Priuk. "Kami akan menertibkan penggunaan dolar AS yang lebih dominan dalam segala bentuk transaksi di pelabuhan Tanjung Priok," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat. Paska penertiban, dia bilang, setiap transaksi di pelabuhan yang berlokasi di Utara Jakarta ini harus menggunakan mata uang rupiah. Dengan penertiban ini, penggunaan rupiah di dalam negeri akan meningkat. "Karena dalam Undang-undang (UU) juga menyebutkan bahwa transaksi di dalam negeri harus menggunakan mata uang rupiah," jelas Hidayat. (Fik/Ndw) Source: liputan6.com |