Prev April 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
29 30 31 01 02 03 04
05 06 07 08 09 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 01 02
03 04 05 06 07 08 09
Berita Kurs Dollar pada hari Senin, 06 April 2015
Data Tenaga Kerja AS Suram, Rupiah Sumringah

Liputan6.com, Jakarta - Usai libur panjang, nilai tukar rupiah bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Data ekonomi AS terutama tenaga kerja tak sesuai harapan ditambah spekulasi yang membuat dolar AS melemah jelang pertemuan bank sentral AS memberi angin segar untuk rupiah.

Data valuta asing Bloomberg, Senin (6/4/2015) menunjukkan rupiah berada di level 12.940 pada pukul 11.22 waktu Jakarta. Rupiah dibuka menguat 72 poin ke level 12.948 pada pagi dari penutupan Kamis 2 April 2015 di kisaran 13.020. Saat ini, Rupiah berada di kisaran 12.932-12.975 per dolar AS.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) rupiah menguat ke level 12.942 per dolar AS dari periode 2 April 2015 di level 13.000 per dolar AS.

Analis PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova menuturkan, penguatan rupiah dipicu baik sentimen eksternal dan internal. Dari eksternal, spekulasi dolar AS jelang pertemuan bank sentral AS/The Federal Reserve membuat dolar AS melemah. Hal itu memberi keuntungan untuk rupiah.

Dolar AS melemah juga didorong dari data tenaga kerja AS tak sesuai harapan. Perusahaan-perusahaan di AS hanya menambah 126 ribu lapangan pekerjaan sepanjang Maret 2015. Tingkat pengangguran AS bertahan di level 5,5 persen hingga akhir Maret 2015. Rilis data ekonomi AS itu memberikan angin segar ke pasar keuangan.

Rully menuturkan, The Fed tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga acuannya. Bank sentral AS akan menunggu menaikkan suku bunga hingga ekonominya relatif stabil dan baik. Ini jadi sentimen positif untuk rupiah.

Meski demikian, Rully meramal, volatilitas perdagangan rupiah masih tinggi ke depan. Pelaku pasar menunggu kepastian kenaikan suku bunga di AS.

"Bila ada kepastian kenaikan suku bunga maka pasar akan tenang, dan tren penguatan rupiah masih berlanjut," ujar Rully.

Rully menambahkan, penguatan rupiah di awal pekan ini lebih ditopang dari sentimen data ekonomi dalam negeri. Inflasi Maret di kisaran 0,17 persen di bawah perkiraan pasar memberikan dampak positif ke pasar. Selain itu, neraca transaksi berjalan Indonesia pun diperkirakan surplus.

Dengan data ekonomi Indonesia itu, Rully mengatakan, Bank Indonesia (BI) akan tetap mempertahankan suku bunga di kisaran 7,5 persen. BI akan menggelar pertemuan rapat dewan Gubernur pada Selasa 14 April 2015.

Rully memperkirakan, rupiah akan bergerak di kisaran 12.900-12.925 pada hari ini. Penguatan rupiah dinilai akan terbatas hingga penutupan perdagangan.(Ahm/)


Source: liputan6.com
BI: Data Tenaga Kerja AS Bikin Rupiah Menguat

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, penguatan nilai tukar rupiah pada hari ini lebih dipengaruhi oleh sentimen dari luar negeri. Ke depan, tekanan terhadap rupiah masih bisa terjadi namun BI akan selalu berada di pasar untuk menjaga volatilitas nilai tukar rupiah.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara menjelaskan, penguatan rupiah ke kisaran 12.900 per dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang Senin (6/4/2015) ini karena keluarnya data mengenai tenaga kerja Amerika yang tidak sesuai dengan perkiraan pelaku pasar.

"Pagi ini rupiah dibuka menguat terhadap dolar AS pada level Rp 12.942  per dolar AS berdasarkan kurs transaksi BI atau Rp 12.925 per dolar AS berdasarkan data bloomberg. Penguatan ini dipicu oleh rilis data Non-Farm Payroll AS," jelasnya, di Jakarta, Senin (6/4/2015).

Mirza melanjutkan, data Non-Farm Payroll ini berpengaruh pada mata uang dunia, karena menggambarkan informasi gaji non sektor pertanian di AS. Data Non-Farm Payroll menyumbang lebih dari 80 persen Produk Domestik Bruto (PDB) di Amerika.

Pada pekan lalu, Data Non-Farm Payroll AS Maret 2015 menunjukkan pelemahan, hanya 126 ribu, jauh lebih rendah dari perkiraan 245 ribu. Hal ini memberi sinyal pada pasar bahwa sektor tenaga kerja di AS belum pulih sepenuhnya.

Dengan demikian, pasar memperkirakan Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) tidak akan menaikan Fed Fund Rate dalam waktu dekat. "Akibatnya, terjadi penyesuaian pada mata uang dunia terhadap dolar AS, termasuk rupiah. Kami melihat hari ini rupiah menguat cukup signifikan," tambahnya.

Mirza melanjutkan, ke depan tantangan terhadap rupiah masih cukup besar. Pasalnya, kepastian kapan The Fed akan menaikkan suku bunga belum jelas. Oleh karena itu, BI akan senantiasa di pasar untuk menjaga volatilitas nilai tukar rupiah.

Berdasarkan kurs referensi Jisdor, rupiah melemah menjadi 13.086 per dolar Amerika Serikat (AS) pada awal pekan ini.

Analis PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova menambahkan, selain sentimen dari luar, penguatan rupiah pada hari ini juga disebabkan oleh sentimen data ekonomi dalam negeri.

Inflasi Maret di kisaran 0,17 persen di bawah perkiraan pasar memberikan dampak positif ke pasar. Selain itu, neraca transaksi berjalan Indonesia pun diperkirakan surplus.

Dengan data ekonomi Indonesia itu, Rully mengatakan, Bank Indonesia (BI) akan tetap mempertahankan suku bunga di kisaran 7,5 persen. BI akan menggelar pertemuan rapat dewan Gubernur pada Selasa 14 April 2015. (Yas/Gdn)


Source: liputan6.com