Prev April 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
29 30 31 01 02 03 04
05 06 07 08 09 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 01 02
03 04 05 06 07 08 09
Berita Kurs Dollar pada hari Kamis, 02 April 2015
Sambut Libur Panjang, Rupiah Betah di Level 13.000 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Pernyataan pimpinan bank sentral Amerika Serikat (AS) Janet Yellen soal kenaikan suku bunga dan data makro ekonomi Indonesia relatif baik memberikan angin segar untuk gerak nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Data valuta asing Bloomberg, Kamis (2/4/2015) menunjukkan rupiah berada di level 13.006 per dolar AS pukul 11.40 waktu Jakarta. Rupiah dibuka menguat 47 poin ke level 13.001 per dolar AS dari penutupan kemarin di level 13.048 per dolar AS. Saat ini rupiah bergerak di kisaran 12.984-13.021 per dolar AS.

Sementara itu, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) rupiah menguat ke level 13.000 per dolar AS dari periode 1 April 2015 di level 13.043 per dolar AS.

Analis pasar uang PT Bank Danamon Tbk, Dian Eka Ayu menuturkan, gerak rupiah cenderung didorong sentimen eksternal terutama dari AS ketimbang sentimen domestik. Pernyataan Yellen soal kenaikan suku bunga yang kemungkinan dilakukan menjelang kuartal III 2015 memberikan sentimen positif untuk rupiah. Yellen masih melihat indikator ekonomi AS seperti inflasi untuk menaikkan suku bunga.

"Saat ini baru data tenaga kerja AS bagus sedangkan inflasi masih belum. Yellen mau melihat ekonomi AS bergerak sebelum menaikkan suku bunga. Kemungkinan suku bunga naik mundur jadi kuartal III, dan paling kuartal IV 2015," kata Dian, saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, sentimen dalam negeri belum terlalu mempengaruhi rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Maret 2015 sebesar 0,17 persen. Meski demikian Indonesia masih mencatatkan surplus sektiar US$ 740 juta pada Februari 2015.

"Data ekonomi Indonesia naik turun tidak sebanding dengan sentimen eksternal. Saat ini temanya masih penguatan dolar Amerika Serikat," kata Dian.

Dian mengatakan, fokus perhatian pelaku pasar saat ini rilis data tenaga kerja AS pada Jumat pekan ini.(Ahm/)


Source: liputan6.com
Jaga Rupiah, Pengusaha Minta Pemerintah Turunkan Tensi Politik

Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), elpiji ukuran 12 kilogram (kg)‎ dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) merupakan permasalahan yang membutuhkan respons kebijakan dari pemerintah, khususnya penguatan dolar AS.

"Menurut saya sudah mulai ada di zona yang harus ada respons cukup konkret dari semua pemangku kepentingan," tegas Direktur Utama PT Saratoga Investama Sedaya Tbk, Sandiaga Uno di Jakarta, Kamis (2/4/2015).

Nilai tukar rupiah saat ini, dinilai Sandiaga, memerlukan sinyal positif dari kondisi dalam maupun luar negeri sehingga lebih terjaga volatilitasnya. Namun pelemahan rupiah diakuinya tidak terlalu berdampak signifikan terhadap biaya operasional maupin biaya investasi perseroan.

"Kami sudah melihat dalam jangka menengah dan panjang, jadi nggak terlalu signifikan dampaknya. Bagi keseluruhan, likuiditas perlu dijaga," tambah dia.

‎Supaya volatilitas kurs rupiah terjaga, Sandiaga mengakui, pengusaha membutuhkan kehati-hatian. Sementara dari sisi pemerintah, dunia usaha membutuhkan kepastian politik dan hukum.

"Dari pemerintah diharapkan ada sinyal positif dan menurunkan tensi politik sehingga stabilitas bisa tercapai," terangnya.

Terkait usulan harga BBM naik turun sebulan bahkan enam bulan sekali, Sandiaga mendukungnya. Dia mengatakan, Indonesia perlu keluar dari rezim subsidi energi dan mengalihkan penghematan ke infrastruktur.(Fik/Nrm)


Source: liputan6.com