Prev Agustus 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
26 27 28 29 30 31 01
02 03 04 05 06 07 08
09 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30 31 01 02 03 04 05
Berita Kurs Dollar pada hari Senin, 31 Agustus 2015
Bingung Pilih KPR? Ini Tipsnya

Liputan6.com, Jakarta - Memilih fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebagai solusi pembiayaan rumah gampang-gampang susah. Bisa disebut gambang karena saat ini hampir semua bank dan beberapa lembaga keuangan lainnya menawarkan fasilitas KPR dengan bunga yang beragam dan jangka waktu yang bermacam-macam pula. Namun bisa disebut susah karena beragamnya pilihan tersebut justru membuat sulit untuk melakukan perbandingan.

Vice President Franchise Coldwell Banker Indonesia, Dani Sudjana memberikan satu tips dalam memilih KPR. "Untuk memilih bank kami menyarankan agar Anda mencari bank yang memang salah satu bisnis intinya adalah pembiayaan perumahan atau KPR," tuturnya.

Tips apa lagi yang diberikan oleh Dani? Simak perbincangan lengkapnya dengan tim Liputan6.com dalam video Uangpedia berikut ini:


Source: liputan6.com
Menyiapkan Dana Pensiun dengan Reksa Dana

Liputan6.com, Jakarta - Saat usia produktif banyak orang kadang lupa untuk menyiapkan dana pensiunnya. Kadang hanya mengandalkan tabungan pensiun dari perusahaan tempat ia bekerja. Itu pun kalau perusahaan tersebut menyiapkan dana pensiun untuk pegawainya.

Untuk menyiapkan dana pensiun memang tak harus mengandalkan dari perusahaan. Akan tetapi, Anda juga dapat menyisihkan dana tabungan pensiun sendiri. Kini berbagai macam produk investasi ditawarkan untuk persiapan dana pensiun. Salah satunya reksa dana.

Head of Operation and Business Development PT Panin Asset Management Rudiyanto menuturkan persiapan dana pensiun dengan reksa dana seperti asuransi komersial. Ia mencontohkan, seorang pegawai telah mendapatkan jaminan hari tua dari BPJS Ketenagakerjaan, dan nanti diikuti dengan jaminan pensiun.

Akan tetapi jumlah dana pensiun belum sampai yang diinginkan. Karena itu untuk mendapatkan dana pensiun lebih baik salah satunya bisa dengan investasi reksa dana untuk menambah manfaat dana pensiun."Harapan persiapan dana pensiun ada tambahan uang ketika kita tidak bekerja lagi, dan sesuai dengan gaya hidup. Memang sudah ada dari BPJS Ketenagakerjaan, tetapi kalau ingin lebih bisa lewat reksa dana, " tambah Rudiyanto.

Rudiyanto menuturkan, semakin awal seseorang mempersiapkan dana pensiun maka itu lebih baik. Lantaran jumlah dana investasi yang dibutuhkan sedikit sehingga dapat mencapai jumlah dana pensiun yang diinginkan. Rudiyanto mengatakan, ada sejumlah kelebihan yang membuat reksa dana jadi salah satu pilihan persiapan dana pensiun.

Pertama, investasi reksa dana bisa dimulai dari nominal kecil."Kalau beli properti maka harus siapkan dana besar misalkan DP 30 persen harus keluar Rp 300 juta. Di reksa dana dapat mulai dari Rp 100 ribu," kata Rudiyanto saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (17/8/2015).

Kedua, reksa dana dikeluarkan dengan nominal kecil, dikumpulkan kemudian dikelola manajer investasi profesional. "Modal sedikit tetapi dikelola satu ahli berpengalaman sehingga uang dikembangkan," kata Rudiyanto.

Ketiga, reksa dana juga bukan objek pajak. "Persiapan dana pensiun lewat produk DPLK itu bagus tetapi saat pensiun lalu dicairkan maka dipotong pajak. Kalau reksa dana tidak kena pajak," ujar Rudiyanto.

Ingin tahu bagaimana persiapan dana pensiun dengan reksa dana? Berapa dana yang harus disiapkan untuk persiapan dana pensiun? Yuk mari simak video berikut: (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com
Rupiah Loyo, Perlukah Investasi Dolar?

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung tertekan sejak Mei 2015. Bahkan nilai tukar rupiah tembus level terendah di kisaran 14.000 per dolar AS pada pekan lalu.

Dari awal tahun 2015 hingga penutupan perdagangan Jumat 28 Agustus 2015, kurs tengah Bank Indonesia (BI) merosot 12,32 persen menjadi 14.011 per dolar AS.

Bila melihat kondisi sekarang memang menguntungkan memegang dolar AS karena cenderung menguat. Akan tetapi, sebaiknya hal itu tidak menjadi ajang spekulasi bagi masyarakat.

Memegang dolar AS juga sebaiknya melihat kebutuhan. Ingin tahu apa saja keuntungan dan kerugian memegang dolar AS? Berikut wawancara Liputan6.com dengan Perencana Keuangan One Shildt Financial Planning M. Andoko.


Source: liputan6.com
Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga AS Hambat Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah melemah tipis awal pekan ini. Harapan menguat terhadap rencana kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) pada September 2015 di tengah sentimen positif dalam negeri atas paket kebijakan ekonomi Presiden Joko Widodo (Jokowi) terbaru.

Mengutip Bloomberg, Senin (31/8/2015) rupiah dibuka di level 13.992, atau melemah tipis 10 poin dari penutupan perdagangan Jumat pekan lalu di 13.982 per dolar AS. Nilai tukar rupiah melemah tipis 0,3 persen atau 49 poin berada di kisaran 14.031 per dolar AS pada pukul 10.05 WIB. Nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.992-14.051 per dolar AS hingga siang ini.

Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah melemah 0,1 persen menjadi 14.027 per dolar AS dari perdagangan Jumat pekan lalu yang berada di level 14.011 per dolar AS.

Analis pasar uang PT Bank Saudara Tbk Rully Nova menuturkan, potensi penguatan rupiah terhadang oleh menguatnya ekpektasi kenaikan suku bunga AS karena data ekonomi dari negeri Paman Sam tersebut membaik. Sisi lain, para pelaku pasar merespons positif rencana kebijakan paket stimulus dari Presiden Jokowi. "Sentimen dalam negeri positif," ujar Rully saat dihubungi Liputan6.com.

Rilis data ekonomi AS menunjukkan perbaikan. Produk Domestik Bruto (PDB) AS menguat 3,7 persen dari rilis periode Mei yang menurun 0,7 persen.

Pada Sabtu pekan lalu, wakil pimpinan The Federal Reserve/bank sentral Amerika Serikat (AS) Stanley Fischer mengatakan kalau pihaknya tidak akan menunggu inflasi mencapai 2 persen sebelum menaikkan suku bunga.

"Kami tidak harus menunggu hingga inflasi kembali ke dua persen untuk memulai pengetatan. Bagaimana pun The Fed perlu mempertimbangkan keadaan keseluruhan ekonomi Amerika Serikat (AS), serta pengaruh ekonomi global untuk mencapai penilaian tentang apakah dan bagaimana mengubah kebijakan moneter,” ujar Fischer.

Kini para pelaku pasar menunggu data tenaga kerja AS pada Jumat pekan ini. The Fed Open Market Committee (FOMC) akan kembali digelar pada 16 dan 17 September 2015. Sebagian besar ekonomi percaya kalau bank sentral AS akan mulai menaikkan suku bunga yang sudah berada di level terendah sejak 2008. (Ilh/Ahm)

 

 

 

 


Source: liputan6.com
Kurangi Penggunaan Dolar AS, Ekonom Usulkan Ini ke Jokowi

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah ekonom siang ini diundang oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) untuk sekadar makan siang di Istana Kepresidenan, Jakarta. Dalam acara tersebut, Presiden juga meminta masukan dari ekonom mengenai apa yang harus dilakukan pemerintah dalam menghadapi ekonomi yang penuh tekanan seperti saat ini.

Anton Gunawan, Ekonom asal Universitas Indonesia ini mengusulkan pemerintah harus meningkatkan kerjasama Bilateral Currency Swap Agreement (BCSA) dengan beberapa mitra perdagangan strategis‎ Indonesia, seperti China.

"Itu untuk memfasilitasi perdagangan menggunakan mata uang masing-masing, jadi BI dengan bank sentral sana melakukan swap currency Rupiah dengan Yuan, jadi tidak menggunakan dolar AS, itu untuk mengurangi penggunaan dolar AS," kata Anton di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (31/8/2015).

Anton menuturkan, saat ini sebenarnya Indonesia sudah ada kerjasama BCSA dengan China sejak 2009, hanya saja fasilitas itu sampai sekarang belum maksimal digunakan. Padahal, hal ini dinilai penting dalam mengurangi pengaruh AS dalam pergerakan mata uang masing-masing negara.

Tidak hanya China, Bank Indonesia juga telah menjalin kerjasama BCSA ini dengan Korea Selatan. Diharapkan kerja sama-kerja sama‎ terkait penggunaan mata uang tersebut dapat diperluas ke beberapa negara mitra dagang Indonesia.

"Itu yang sekarang coba dibahas nanti melalui Menteri Keuangan dan Bank Indonesia, karena ini (BCSA) juga bisa dimanfaatkan sebagai likuiditas," tegas dia.

Nilai tukar rupiah melemah tipis awal pekan ini. Harapan menguat terhadap rencana kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) pada September 2015 di tengah sentimen positif dalam negeri atas paket kebijakan ekonomi Presiden Joko Widodo (Jokowi) terbaru.

Mengutip Bloomberg, Senin 31 Agustus 2015, rupiah dibuka di level 13.992, atau melemah tipis 10 poin dari penutupan perdagangan Jumat pekan lalu di 13.982 per dolar AS. Nilai tukar rupiah melemah tipis 0,3 persen atau 49 poin berada di kisaran 14.031 per dolar AS pada pukul 10.05 WIB.

Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah melemah 0,1 persen menjadi 14.027 per dolar AS dari perdagangan Jumat pekan lalu yang berada di level 14.011 per dolar AS.‎

Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia Indonesia (BI), rupiah melemah sekitar 12,75 persen dari posisi 12.440 per dolar AS pada 31 Desember 2014 menjadi 14.027 per dolar AS pada Senin 31 Agustus 2015. (Yas/Ahm)


Source: liputan6.com