Prev Agustus 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
26 27 28 29 30 31 01
02 03 04 05 06 07 08
09 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30 31 01 02 03 04 05
Berita Kurs Dollar pada hari Senin, 24 Agustus 2015
Rupiah Tembus 14.071 per Dolar AS, Pelemahannya Tak Terbendung

Liputan6.com, Jakarta - Mengawali pekan ini, nilai tukar rupiah kembali tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kekhawatiran pelaku pasar terhadap devaluasi Yuan atau pelemahan mata uang China akan diikuti dengan bank sentral negara lainnya memberikan sentimen negatif ke nilai tukar rupiah.

Berdasarkan data RTI pukul 09.10 waktu Jakarta, nilai tukar rupiah berada di kisaran 14.071 per dolar AS. Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 36 poin menjadi Rp 13.977 per dolar AS dari penutupan perdagangan Jumat 21 Agustus di kisaran 13.941 per dolar AS. Pagi ini, rupiah sempat tembus di kisaran 14.031 per dolar Amerika Serikat. Kini rupiah bergerak di kisaran 13.977-14.053 per dolar AS.

Kepala Riset PT Monex Investindo Ariston Tjendra menuturkan rupiah tembus 14.000 per dolar AS karena kekhawatiran pelaku pasar kalau bank sentral negara lain akan mengikuti langkah China untuk melemahkan mata uangnya. Hal itu memicu perang mata uang di pasar keuangan. "Ini dikhawatirkan bank sentral akan ikut melemahkan mata uang," ujar Ariston saat dihubungi Liputan6.com, Senin (24/8/2015).

Ia menambahkan, kekhawatiran itu membuat pelaku pasar menarik diri dari emerging market atau pasar negara berkembang yang termasuk pasar berisiko. Ariston memprediksi, rupiah masih memasuki tren penurunan. "Saat ini belum ada penguatan rupiah dari segi fundamental," kata Ariston.

Karena itu, ia mengharapkan Bank Indonesia dapat bergerak cepat untuk intervensi. Hal itu dilakukan agar dapat menahan pelemahan rupiah. Sedangkan kalau sisi kebijakan fiskal masih membutuhkan waktu untuk memulihkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. (Ndw/Ahm)


Source: liputan6.com
Tekanan Rupiah di Pasar Uang Luar Biasa

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah menyentuh level 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada awal pekan ini. Sentimen eksternal terutama kekhawatiran pelaku pasar terhadap pelemahan mata uang yang dilakukan China dan Vietnam telah menekan rupiah terhadap dolar AS.

Berdasarkan data RTI pukul 10.30 waktu Jakarta, nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.986 per dolar AS. Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 36 poin menjadi Rp 13.977 per dolar AS dari penutupan perdagangan Jumat 21 Agustus di kisaran 13.941 per dolar AS.

Pagi ini, rupiah sempat tembus di kisaran 14.031 per dolar Amerika Serikat. Kini rupiah bergerak di kisaran 13.977-14.053 per dolar AS. Pukul 10.44 waktu Jakarta, rupiah pun sudah bergerak di kisaran 13.996 per dolar AS.

Lalu bagaimana dengan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) pada awal pekan ini?

Dalam kurs JISDOR, rupiah berada di kisaran 13.998 per dolar AS. Dolar AS makin menguat terhadap rupiah, dengan naik 103 poin dari Rp 13.895 per dolar AS pada Jumat 21 Agustus 2015 menjadi 13.998 per dolar AS pada Senin 21 Agustus 2015.

Nilai tukar rupiah sudah mengalami depresiasi sekitar 12,21 persen dari 12.474 pada awal tahun 2015 menjadi 13.998 per dolar AS pada 24 Agustus 2015.

Analis PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova menuturkan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS ini didorong sentimen eksternal dan internal. Dampak pelemahan mata uang Yuan China yang diikuti dengan Dong oleh bank sentral Vietnam telah mempengaruhi pelemahan rupiah.

Di sisi lain, saat ini belum ada sentimen positif dari internal untuk mengangkat nilai tukar rupiah. Rully menuturkan, nilai tukar rupiah tembus di kisaran 14.000 ini agak mengkhawatirkan. Hal itu lantaran pelemahan nilai tukar rupiah dapat memukul aktivitas industri mengingat ketergantungan impor tinggi.

"Aktivitas industri terutama domestik masih mengandalkan impor. Sementara itu kita berharap ekspor membaik dengan rupiah melemah tetapi sayangnya permintaan global juga lesu," kata Rully saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, nilai tukar rupiah melemah ini dapat menganggu impor apalagi pemerintah akan mengimpor daging sapi ditakutkan akan menaikkan harga. "Dengan impor tinggi daya beli masyarakat akan tergerus," ujar Rully.

Selain itu, Rully menilai nilai tukar rupiah terus melemah berdampak negatif terhadap sektor otomotif dan manufaktur. Hal itu lantaran bahan impor yang cukup tinggi. Utang luar negeri swasta juga dikhawatirkan berpotensi gagal bayar dengan rupiah terus tertekan.

"Sebagian utang swasta belum lindung nilai sehingga ada potensi gagal bayar," kata Rully.

Rully menilai, Bank Indonesia (BI) telah melakukan intervensi di pasar tetapi belum maksimal. Akan tetapi, bila juga dilakukan intervensi itu juga sulit untuk mengangkat rupiah ke level 13.000. "Saat ini tekanan begitu besar sehingga sulit kembali ke level di bawah 14.000. Rupiah masih akan bergerak di kisaran 13.990-14.000 pada hari ini," kata Rully. (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com
Tekanan Rupiah Luar Biasa di Pasar Uang

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah menyentuh level 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada awal pekan ini. Sentimen eksternal terutama kekhawatiran pelaku pasar terhadap pelemahan mata uang yang dilakukan China dan Vietnam telah menekan rupiah terhadap dolar AS.

Berdasarkan data RTI pukul 10.30 waktu Jakarta, nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.986 per dolar AS. Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 36 poin menjadi Rp 13.977 per dolar AS dari penutupan perdagangan Jumat 21 Agustus di kisaran 13.941 per dolar AS.

Pagi ini, rupiah sempat tembus di kisaran 14.031 per dolar Amerika Serikat. Kini rupiah bergerak di kisaran 13.977-14.053 per dolar AS. Pukul 10.44 waktu Jakarta, rupiah pun sudah bergerak di kisaran 13.996 per dolar AS.

Lalu bagaimana dengan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) pada awal pekan ini?

Dalam kurs JISDOR, rupiah berada di kisaran 13.998 per dolar AS. Dolar AS makin menguat terhadap rupiah, dengan naik 103 poin dari Rp 13.895 per dolar AS pada Jumat 21 Agustus 2015 menjadi 13.998 per dolar AS pada Senin 21 Agustus 2015.

Nilai tukar rupiah sudah mengalami depresiasi sekitar 12,21 persen dari 12.474 pada awal tahun 2015 menjadi 13.998 per dolar AS pada 24 Agustus 2015.

Analis PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova menuturkan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS ini didorong sentimen eksternal dan internal. Dampak pelemahan mata uang Yuan China yang diikuti dengan Dong oleh bank sentral Vietnam telah mempengaruhi pelemahan rupiah.

Di sisi lain, saat ini belum ada sentimen positif dari internal untuk mengangkat nilai tukar rupiah. Rully menuturkan, nilai tukar rupiah tembus di kisaran 14.000 ini agak mengkhawatirkan. Hal itu lantaran pelemahan nilai tukar rupiah dapat memukul aktivitas industri mengingat ketergantungan impor tinggi.

"Aktivitas industri terutama domestik masih mengandalkan impor. Sementara itu kita berharap ekspor membaik dengan rupiah melemah tetapi sayangnya permintaan global juga lesu," kata Rully saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, nilai tukar rupiah melemah ini dapat menganggu impor apalagi pemerintah akan mengimpor daging sapi ditakutkan akan menaikkan harga. "Dengan impor tinggi daya beli masyarakat akan tergerus," ujar Rully.

Selain itu, Rully menilai nilai tukar rupiah terus melemah berdampak negatif terhadap sektor otomotif dan manufaktur. Hal itu lantaran bahan impor yang cukup tinggi. Utang luar negeri swasta juga dikhawatirkan berpotensi gagal bayar dengan rupiah terus tertekan.

"Sebagian utang swasta belum lindung nilai sehingga ada potensi gagal bayar," kata Rully.

Rully menilai, Bank Indonesia (BI) telah melakukan intervensi di pasar tetapi belum maksimal. Akan tetapi, bila juga dilakukan intervensi itu juga sulit untuk mengangkat rupiah ke level 13.000. "Saat ini tekanan begitu besar sehingga sulit kembali ke level di bawah 14.000. Rupiah masih akan bergerak di kisaran 13.990-14.000 pada hari ini," kata Rully. (Ahm/Igw)


Source: liputan6.com
Rupiah Anjlok Tak Ganggu Harga Rumah Murah

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memastikan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak serta merta membuat harga perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) mengalami kenaikan.

Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono mengatakan penyesuaian harga yang dilakukan terhadap rumah murah harus melalui Peraturan Presiden (Perpres) yang juga harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

"Kalau untuk penyesuaian harga itu di dalam Perpres kalau ada kondisi force majeure, kahar atau bencana alam. Kalau depresiasi rupiah secara nasional belum ada. Jadi tidak ada penyesuaian," ujar Basuki di Kantor Kementerian PUPR, Jakarta, Senin (24/8/2015).

Basuki menuturkan, dalam proyek pengadaan rumah murah bagi masyarakat menengah ke bawah, pemerintah telah mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk soal nilai tukar rupiah.

"Kalau dengan depresiasi rupiah belum ada keputusan nasional. Kalau secara yang di dalam Perpres itu akan disesuaikan kalau ada force majeure. Kita sudah berpengalaman soal itu, apakah dikurangi volumenya. Tapi sampai sekarang belum ada," kata Basuki.

Selain itu, lanjut Basuki, untuk proyek-proyek yang dikerjakan oleh Kementerian PUPR, seluruh bahan bakunya berasal dari dalam negeri sehingga tidak terpengaruh dari fluktuasi nilai tukar rupiah.

"Hampir 100 persen dalam negeri, kemarin ke Indaro (semen) masih ada stok. Malah ekspor kita, kenaikan pasar (permintaan) 3 persen," ujar Basuki. (Dny/Ahm)


Source: liputan6.com
Dipanggil Komisi XI, Bos BI Minta Rapat Tertutup Bahas Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) meminta kepada Komisi XI DPR RI agar pertemuan antara BI dan pemerintah untuk membahas langkah penyelamatan ekonomi Indonesia dapat berlangsung tertutup. Hal tersebut menyusul rencana pemanggilan pemerintah dan BI yang akan berlangsung paling cepat pekan ini.

Gubernur BI, Agus Martowardojo dalam Rapat Kerja Anggaran Tahun 2016 mengungkapkan, dirinya memberikan apresiasi terhadap gerak cepat Komisi XI untuk membahas kondisi perekonomian terkini.

Pasalnya, diakui dia, BI bersama Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) rutin menggelar rapat Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK).

"Kami rekomen (pertemuan) itu bisa dilakukan. Lembaga ini dengan OJK, Kemenkeu dan LPS sudah menjalankan FKSSK secara efektif," papar Agus di Gedung DPR, Jakarta, Senin (24/8/2015).

Namun satu permintaan Agus Martowardojo kepada Komisi XI DPR, Fadel Muhammad agar pertemuan yang rencananya diselenggarakan paling cepat pekan ini berlangsung tertutup.

"Pembahasan dengan mengajak Menko Perekonomian akan terasa lebih lengkap. Kalau boleh, pertemuannya tertutup supaya segala hal yang sensitif tidak jadi spekulasi yang tidak kita inginkan," ucap Agus.

Sebelumnya, Ketua Komisi XI Fadel Muhammad menegaskan bakal memanggil pemerintah dan Gubernur BI untuk membicarakan langkah-langka otoritas fiskal dan moneter di tengah situasi perekonomian yang sulit ini.

"Paling lambat minggu depan kita akan panggil Menteri Keuangan, Kepala Bappenas, dan kalau perlu ajak Menko Perekonomian. Diharapkan BI juga ikut serta. Kita mau tahu langkah-langkah apa yang akan diambil pemerintah menghadapi ekonomi Indonesia yang sudah diambang krisis ini," tegas dia.

Fadel mengatakan, saat ini pemerintah dan BI harus duduk bersama di depan anggota parlemen untuk mendiskusikan aksi nyata guna meredam situasi perekonomian yang sedang memburuk.

"Kalau mau undang Menteri Keuangan, Bappenas, OJK, Gubernur BI harus secepatnya dalam minggu ini. Sebab rupiah sudah tembus 14.000 per dolar AS. Ini tidak bisa hanya bicara elegan saja tapi butuh realisasi," pungkas Fadel. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
IHSG Sulit Tembus Level 5.000 pada Akhir 2015

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan tak mampu menembus level 5.000 sampai akhir tahun 2015. Hal itu menimbang kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus melemah.

Pengamat pasar modal, Marolop Alfred Nainggolan mengatakan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sejalan melemahnya daya beli masyarakat. Hal itu sejalan pula dengan pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh konsumsi.

"Kalau kurs seperti ini sulit, saya sangat yakin kalau kurs rupiah 13.900-14.000 per dolar AS sulit pertumbuhan ekonomi tembus 5 persen, " kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (24/8/2015).

Dengan kondisi demikian, dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi hanya 4,6 persen-4,7 persen pada akhir tahun 2015. Dengan pertumbuhan ekonomi itu, IHSG hanya berada pada level 4.500-4.600.

"Saya kira 4.500-4.600. Karena tantangannya berat, gap APBN 2016 semakin jauh," tutur Alfred.

Dia menuturkan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS saat ini dipengaruhi oleh rencana bank sentral Amerika Serikat/The Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan. Kemudian, kebijakan pemerintah China yang diikuti beberapa negara seperti Vietnam mendevaluasi nilai tukar mata uangnya. Tujuan melemahkan mata uang (devaluasi) untuk menggenjot ekspor.

Alfred menuturkan, langkah tersebut tak mungkin dilakukan oleh Indonesia yang masih menggantungkan ekpor komoditas.

"Mereka yang siap kalau diturunkan karena punya primadona. Kalau Indonesia tidak, kita lebih komoditas, tanpa penurunan sudah anjlok makin sulit," kata dia.

Seperti diketahui, dolar Amerika Serikat (AS) makin menguat terhadap sejumlah mata uang termasuk rupiah. Dalam kurs JISDOR, rupiah berada di kisaran 13.998 per dolar AS. Dolar AS makin menguat terhadap rupiah, dengan naik 103 poin dari Rp 13.895 per dolar AS pada Jumat 21 Agustus 2015 menjadi 13.998 per dolar AS pada Senin 21 Agustus 2015.

Pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Senin 24 Agustus 2015, IHSG susut 189,57 poin (4,37 persen) ke level 4.146,37. Level ini terendah sejak 2013. Indeks saham LQ45 melemah 5,13 persen ke level 689,92. Seluruh indeks saham acuan tertekan hingga siang ini. 

Ada sebanyak 285 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Sedangkan 15 saham menguat dan 39 saham lainnya diam di tempat. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 180.785 kali dengan volume perdagangan saham sekitar 3,044 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 2,79 triliun.

Pada siang ini, IHSG sempat sentuh level tertinggi 4.241,91 dan terendah 4.111,11. Secara sektoral saham, sektor saham industri dasar turun paling tajam mencapai 7,62 persen, disusul sektor saham perkebunan melemah 7,36 persen, dan sektor saham konstruksi melemah 5,51 persen. (Amd/Ahm)


Source: liputan6.com
Rupiah Lemah, Haruskah Pemerintah Ubah Harga BBM?

Liputan6.com, Jakarta - Dua patokan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yaitu nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan harga minyak mengalami pergerakan yang berlawanan arah, Nilai tukar rupiah mengalami penguatan hinggal level Rp 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS) sedangkan harga minyak dunia anjlok hingga US$ 40 per barel.

Atas kondisi tersebut, perlukah pemerintah mengubah harga BBM?

Menurut Analis energi dari Bower Group Asia, Rangga D. Fadilla, sebaikanya pemerintah tidak terburu-buru melakukan penyesuaian harga BBM. Pasalnya, ketika harga minyak dunia mengalami kenaikan, harga BBM tidak mengalami perubahan.

"Karena kemarin kan ketika harga naik pemerintah tidak menaikkan harga," kata Rangga, saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Senin (24/8/2015).

Menurut Rangga, kelebihan harga jual BBM bisa dimanfaatkan untuk menutupi biaya untuk menomboki harga BBM yang tidak naik saat harga minyak dunia mengalami kenaikan. "Margin yang didapat kali ini bisa dimanfaatkan untuk menutupi losses yang kemarin," tuturnya.

Namun jika kondisi tersebut berlarut hingga dua bulan ke depan, pemerintah bisa melakukan penyesuaian harga BBM dengan pertimbangan kurs dan harga minyak. "Tapi jika harga minyak rendah terus satu-dua bulan ke depan, opsi menyesuaikam harga patut dipertimbangkan," pungkasnya. 

untuk diketahui, berdasarkan data RTI pukul 09.10 waktu Jakarta, nilai tukar rupiah berada di kisaran 14.071 per dolar AS. Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 36 poin menjadi Rp 13.977 per dolar AS dari penutupan perdagangan Jumat 21 Agustus di kisaran 13.941 per dolar AS. Pagi ini, rupiah sempat tembus di kisaran 14.031 per dolar Amerika Serikat. Kini rupiah bergerak di kisaran 13.977-14.053 per dolar AS.

Sedangkan untuk harga minyak seperti dilansir dari Bloomberg, Sabtu (22/5/2015), harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober turun US$ 87 sen atau 2,1 persen menjadi US$ 40,45 per barel di New York Mercantile Exchange, penutupan terendah sejak Maret 2009, setelah sebelumnya sempat menyentuh US$ 39,86 per barel.

Begitu pula harga minyak jenis Brent untuk pengiriman Oktober turun US$ 1,16 per barel menjadi US$ 45,46 per barel di London berbasis ICE Futures Europe exchange, juga penutupan terendah sejak Maret 2009. (Pew/Gdn)


Source: liputan6.com
Ini Penyebab Rupiah Ambruk Versi BI

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah kian terpuruk hingga menyentuh level 14.000 per dolar AS. Penyebabnya, diakui Bank Indonesia (BI) karena ketidakpastian kondisi perekonomian dunia serta sentimen negatif yang bertubi-tubi menekan ekonomi Indonesia.

Gubernur BI, Agus Martowardojo mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah tidak bisa dipisahkan dari perkembangan dunia yang penuh dengan ketidakpastian.

"Kami tahu hari ini ada global sell off, jadi pelaku pasar modal dunia hampir semuanya sedang melepas sahamnya. Ini berdampak ke Indonesia. Jadi kondisinya sedang dalam ketidakpastian," ujar dia usai Raker dengan Komisi XI DPR, Jakarta, Senin (24/8/2015).

Lebih jauh dijelaskan Agus, ketidakpastian itu berasal dari faktor kondisi pemulihan ekonomi Amerika dan spekulasi kenaikan suku bunga acuan The Fed, selain karena anjloknya harga komoditas dan minyak dunia.

Pada tahun ini, kata Agus, terjadi fenomena super dolar AS karena spekulasi kenaikan Fed Fund Rate, pelemahan ekonomi China, devaluasi Yuan sampai mata uang negara tetangga, seperti Ringgit Malaysia.

"Sampai dengan 21 Agustus 2015, kurs rupiah terdepresiasi 12,6 persen atau lebih rendah dibanding Turki 25 persen dan Brazil 31 persen. Tapi lebih tinggi dibanding India, Thailand, Filiphina, Korea dan ini akan berpengaruh ke fundamental ekonomi kita," tegasnya.

Dia menerangkan, realisasi perekonomian dunia pada tahun ini tidak secerah proyeksi. Di mana perekonomian dunia terkoreksi bertumbuh menjadi 3,3 persen dari 3,8 persen mengingat perbaikan ekonomi AS tidak sesuai perkiraan dan pertumbuhan ekonomi China terkoreksi selama tiga tahun yang awalnya diramalkan 7,4 persen menjadi 6,8 persen.

"Kondisi ekonomi Indonesia juga melemah selama tiha tahun terakhir, harga komoditas anjlok. Jadi ini yang perlu diwaspadai Indonesia, termasuk tantangan mempersempit defisit transaksi berjalan," papar Agus. 

Berdasarkan data RTI pukul 10.30 waktu Jakarta, nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.986 per dolar AS. Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 36 poin menjadi Rp 13.977 per dolar AS dari penutupan perdagangan Jumat 21 Agustus di kisaran 13.941 per dolar AS.

Pagi ini, rupiah sempat tembus di kisaran 14.031 per dolar Amerika Serikat. Kini rupiah bergerak di kisaran 13.977-14.053 per dolar AS. Pukul 10.44 waktu Jakarta, rupiah pun sudah bergerak di kisaran 13.996 per dolar AS.

Lalu bagaimana dengan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) pada awal pekan ini?

Dalam kurs JISDOR, rupiah berada di kisaran 13.998 per dolar AS. Dolar AS makin menguat terhadap rupiah, dengan naik 103 poin dari Rp 13.895 per dolar AS pada Jumat 21 Agustus 2015 menjadi 13.998 per dolar AS pada Senin 21 Agustus 2015.

Nilai tukar rupiah sudah mengalami depresiasi sekitar 12,21 persen dari 12.474 pada awal tahun 2015 menjadi 13.998 per dolar AS pada 24 Agustus 2015. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
Gubernur BI: Saatnya Eksportir Jual Dolar AS Demi Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) meminta para eksportir untuk melepas valuta asing (valas) ke pasar supaya pasokan dolar AS bertambah dan terjadi keseimbangan dengan permintaan dolar AS yang terus meningkat. Langkah pelepasan dolar AS tersebut diharapkan bisa mendorong terangkatnya nilai tukar rupiah

Gubernur BI, Agus Martowardojo mengatakan, BI akan terus berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang terdepresiasi sangat dalam atau telah mengalami overshoot.

"Kalau sudah undervalue tentu perlu respons bersama untuk meyakini ini tidak bisa dibiarkan," ucap dia di Gedung DPR, Jakarta, Senin (24/8/2015).

Hanya saja, Agus mengimbau agar eksportir mulai melepas valas atau dolar AS demi keseimbangan pasokan dan permintaan di pasar. Upaya tersebut akan mengurangi tekanan kurs rupiah.

"Kami undang para eksportir sudah saatnya melepas valas supaya pasokan dan permintaan seimbang lagi, tekanan kurs tidak terjadi lagi. Kami akan terus menjaga stabilitas kurs rupiah meski kondisi dunia perlu diwaspadai. Tapi secara umum terjaga," terang dia.

Agus mengakui bahwa terjadi kelebihan permintaan dolar AS yang sangat tinggi dibanding pasokan. Penyebabnya, sambung dia, karena spekulasi kenaikan Fed Fund Rate, pelemahan ekonomi China, devaluasi Yuan dan mata uang negara tetangga lain seperti Ringgit Malaysia.

"Periode super dolar AS di 2015 dan devaluasi Yuan sudah membuat rupiah terdepresiasi 12,6 persen sampai 21 Agustus ini. Pelemahan ini lebih rendah dari Brazil dan Turki tapi lebih tinggi ketimbang India, Thailand, Filiphina dan Korea sehingga akan berpengaruh ke fundamental ekonomi kita," pungkas dia. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
Rupiah Melemah, Tarif Bongkar Muat Pelindo II Naik

Liputan6.com, Jakarta - PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) mengaku telah menyesuaikan beberapa tarifnya di semua pelabuhan yang menjadi wilayah pengelolaannya. Hal itu seiring dengan pelemahan rupiah yang saat ini sudah tembus ke level 14.000 per dolar AS.

Direktur Utama Pelindo II, RJ Lino mengungkapkan, cara ini selalu dilakukan untuk mengantisipasi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang nantinya dapat berujung pada pendapatan perseroan.

"Saya tidak ada masalah, pendapatan saya kan dalam bentuk dolar AS, bayarnya bisa dengan rupiah, jadi kalau rupiah sudah di 14.000 per dolar AS ya kita sesuaikan. Tarifnya kan dalam bentuk dolar AS," kata Lino di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Senin (24/8/2015).

Adapun nilai tukar yang menjadi patokan perusahaannya dalam menentukan berbagai tarif di pelabuhan, termasuk tarif bongkar muat adalah kurs tengah Bank Indonesia.

Dijelaskan Lino, saat ini pendapatan Pelindo II dalam bentuk dolar memiliki porsi sekitar 25 persen hingga 30 persen. Menurutnya, jumlah tersebut menurun jika dibandingkan dengan lima tahun lalu saat dirinya baru diangkat sebagai Dirut Pelindo II yang saat itu mencapai 60 persen hingga 70 persen.

Meski pendapatan dolar memiliki porsi lebih banyak dibandingkan dengan rupiah, namun diungkapkan Lino pendapatan rupiah saat ini mengalami penurunan seiring dengan melemahnya daya beli masyarakat Indonesia akibat pelemahan ekonomi.

"Kami juga tidak suka naik begitu saja (pendapatan), bukan begitu caranya semestinya," tegasnya.

Untuk diketahui, berdasarkan data RTI pukul 09.10 waktu Jakarta, nilai tukar rupiah berada di kisaran 14.071 per dolar AS. Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 36 poin menjadi Rp 13.977 per dolar AS dari penutupan perdagangan Jumat 21 Agustus di kisaran 13.941 per dolar AS. Pagi ini, rupiah sempat tembus di kisaran 14.031 per dolar Amerika Serikat. Kini rupiah bergerak di kisaran 13.977-14.053 per dolar AS. (Yas/Gdn)


Source: liputan6.com
Ekonomi RI Goyah, OJK Imbau Pelaku Keuangan ‎Jangan Panik

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengimbau kepada seluruh pelaku industri jasa keuangan agar optimistis terhadap kondisi perekonomian Indonesia yang sedang sulit seperti sekarang ini. Lembaga pengawas tersebut telah melakukan upaya untuk merespons perlambatan ekonomi nasional, termasuk jatuhnya nilai tukar rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad mengakui bahwa IHSG sudah mencapai level terendah di tahun ini karena telah menyentuh level 4.100. Untuk mencegah penurunan yang lebih dalam, OJK berencana untuk mengeluarkan aturan pembelian kembali (buyback) saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

"Kami pantau sudah lama, opsi macam-macam, yang penting teman-teman industri keuangan tetap waspada, tidak panik, supaya jangan sampai nanti kelesuannya akan mendorong kredit macet (Non Performing Loan/NPL)," imbau dia di Gedung DPR, Jakarta, Senin (24/8/2015).

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengungkapkan, upaya pengawasan dengan melakukan stress test rupiah pada level tertentu terus dijalankan. Dia menyimpulkan secara umum kondisi perbankan dalam kondisi baik.

"Yang perlu diperhatikan adalah pertumbuhan kredit yang agak pelan, dan ini harus didorong. Kita dukung dengan makroprudensial agar ekspansi kredit baik, fokus utama pada usaha kecil dan ‎menengah. Jadi kita sambut baik stimulus fiskal dari pemerintah dengan pemberian subsidi bunga KUR dari 20 persen menjadi 12 persen dan bisa turun lagi jadi 9 persen di 2016," terang dia. 

Untuk diketahui, pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Senin (24/8/2015), IHSG susut 189,57 poin (4,37 persen) ke level 4.146,37. Level ini terendah sejak 2013. Indeks saham LQ45 melemah 5,13 persen ke level 689,92. Seluruh indeks saham acuan tertekan.

Ada sebanyak 285 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Sedangkan 15 saham menguat dan 39 saham lainnya diam di tempat. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 180.785 kali dengan volume perdagangan saham sekitar 3,044 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 2,79 triliun.

Pada siang ini, IHSG sempat sentuh level tertinggi 4.241,91 dan terendah 4.111,11. Secara sektoral saham, sektor saham industri dasar turun paling tajam mencapai 7,62 persen, disusul sektor saham perkebunan melemah 7,36 persen, dan sektor saham konstruksi melemah 5,51 persen. (Fik/Gdn)

 


Source: liputan6.com
Tak Untung dari Pelemahan Rupiah, RI Enggan Ikuti China

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menegaskan tidak akan mengekor China dan Vietnam secara sengaja melemahkan mata uang rupiah. Lantaran, Otoritas Moneter mengakui, nilai tukar rupiah sudah terdepresiasi dalam atau overshoot sejak 2013, bahkan nilainya sudah undervalue atau di bawah harga pasar.

Gubernur BI, Agus Martowardojo mengatakan sangat memahami langkah negara-negara besar dan berkembang untuk mendevaluasi mata uang. Hal ini yang sudah dilakukan China dengan sengaja melemahkan Yuan dan Vietnam dengan Dong.

"Pelemahan mata uang oleh negara tertentu pasti ada alasannya karena mereka punya sektor pengolahan, kita bisa pahami itu," ujar dia saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Senin (24/8/2015).

Agus mengatakan, Indonesia tidak akan mengikuti langkah China dan Vietnam mendevaluasi rupiah mengingat kurs rupiah sudah dalam kondisi undervalue atau overshoot. Dia pun berpendapat, Indonesia ini tidak mendapat keuntungan dari pelemahan rupiah.

"Sejak 2013, rupiah sudah cukup melemah. ‎Ekspor Indonesia sebesar 50 persen adalah komoditas primer, sehingga tidak mendapat manfaat dari pelemahan mata uang. Jadi kita tidak akan ikutan kompetisi atau devaluasi mata uang," tutur Agus. 

Seperti diketahui, Agus mengatakan, pada tahun ini terjadi fenomena super dolar AS karena spekulasi kenaikan Fed Fund Rate, pelemahan ekonomi China, devaluasi Yuan sampai mata uang negara tetangga, seperti Ringgit Malaysia yang semakin menekan nilai tukar rupiah.

"Sampai dengan 21 Agustus 2015, kurs rupiah terdepresiasi 12,6 persen atau lebih rendah dibanding Turki 25 persen dan Brazil 31 persen. Tapi lebih tinggi dibanding India, Thailand, Filipina, Korea dan ini akan berpengaruh ke fundamental ekonomi kita," tegas Agus. (Fik/Ahm)


Source: liputan6.com
Rupiah Sentuh 14.000 per Dolar AS, Money Changer Diserbu

Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah yang sudah menyentuh level 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS) ternyata membuat beberapa pemilik dolar AS berbondong-bondong menukarkan uangnya di tempat penukaran uang (money changer).

Pantauan liputan6.com di Money Changer di kawasan ITC Ambasador, Kuningan, Jakarta, beberapa orang memang sengaja menunggu nilai tukar rupiah melemah ke level sekarang.

"Waktu sentuh 13.000 per dolar AS itu sempet mau menukar, tapi saya tunda dulu, akhirnya ini sudah 14.000 per dolar AS jadi saya jual saja dolar AS-nya," tegas Gunawan, salah satu penukar dolar saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (24/8/2015).

Gunawan yang kesehariannya bekerja sebagai karyawan swasta tersebut tidak menukarkan semua simpanan dolar AS yang ia miliki. Diakuinya, menyimpan dolar AS untuk saat ini lebih banyak menguntungkan daripada kerugiannya.

Hal serupa juga diungkapkan Rena, salah satu pemilik toko di ITC Ambasador. Dia mengaku menukarkan dolar AS-nya bukan hanya karena rupiah telah menyentuh level 14.000 per dolar AS, melainkan dirinya juga sedang membutuhkannya untuk keperluan liburan.

Di Money Changer PT Valuta Artha Mas saat ini memasang harga jual dolar sebesar 14.010 per dolar AS sedangkan harga belinya mencapai 14.050 per dolar AS.

Mengawali pekan ini, nilai tukar rupiah kembali tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kekhawatiran pelaku pasar terhadap devaluasi Yuan atau pelemahan mata uang China akan diikuti dengan bank sentral negara lainnya memberikan sentimen negatif ke nilai tukar rupiah.

Berdasarkan data RTI pukul 09.10 waktu Jakarta, nilai tukar rupiah berada di kisaran 14.071 per dolar AS. Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 36 poin menjadi Rp 13.977 per dolar AS dari penutupan perdagangan Jumat 21 Agustus di kisaran 13.941 per dolar AS. Pagi ini, rupiah sempat tembus di kisaran 14.031 per dolar Amerika Serikat. Kini rupiah bergerak di kisaran 13.977-14.053 per dolar AS. (Yas/Gdn)


Source: liputan6.com
Pemerintah Kurang Responsif Terhadap Gejolak Ekonomi

Liputan6.com, Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai pemerintah kurang responsif dalam menghadapi gejolak ekonomi yang terjadi belakangan ini.

Direktur Eksekutif Indef, Enny Sri Hartati mengatakan, seharusnya pemerintahan setiap negara harus melakukan mitigasi gejolak ekonomi untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk yang terjadi.

"Pastinya setiap negara punya political ecconomy melindungi negaranya," kata Enny, di kantor Indef, Jakarta, Senin (24/8/2015).

Enny mengungkapkan, China telah melakukan pemotongan nilai mata uangnya (devaluasi) untuk meningkatkan gairah investasi agar perekonomiannya tetap tumbuh saat perekonomian dunia sedang bergejolak.

"China responsif mengatasi gejolak internasional mencegah memitigasi perlambatan ekonomi China," tuturnya.

Menurut Enny, pemerintah Indonesia masih larut menyalahkan faktor eksternal atas gejolak ekonomi tersebut, belum mengambil tindakan yang dapat membuat ekonomi Indonesia tetap stabil ditengah gejolak perekonomian dunia.

"Kalau pemerintah pasrah sama faktor eksternal, terima nasib. Negara lain ada potensi AS menaikan suku bunga, sudah siap-siap meningkatkan, China melakukan produksi massal, pemerintahnya habis-habisan membangun infrastruktur, sehingga investor tertarik, tidak seperti di Indonesia insentif diberikan kepada portofolio saja," pungkasnya. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
Fenomena Super Dolar AS Bakal Guncang Sampai 3 Tahun ke Depan

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memperkirakan ‎fenomena super dolar Amerika Serikat (AS) akan berlangsung hingga tiga tahun mendatang. Penyebabnya karena potensi kenaikan tingkat suku bunga acuan (Fed Fund Rate) dan perbaikan ekonomi AS.

Gubernur BI, Agus Martowardojo masih memproyeksikan asumsi makro ekonomi Indonesia pada tahun depan selaras dengan patokan pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016.

"Tapi dua faktor yang harus diwaspadai adalah perkembangan ekonomi AS dan kemungkinan kenaikan Fed Fund Rate di kuartal III ini. Pernyataan‎ Gubernur Bank Sentral AS malah suku bunga dinaikkan dengan level kecil dan gradual," ujar dia di Gedung DPR, Jakarta, Senin (24/8/2015).

Katanya, kebijakan atau dua faktor tersebut semakin memicu kondisi ketidakpastian bagi perekonomian dunia dan mata uang dolar AS diperkirakan akan terus menguat sampai beberapa tahun mendatang.

"Ini membuat ketidakpastian, sehingga fenomena super dolar AS bisa terjadi dua atau tiga tahun ke depan. Karena indikator angka penyerapan tenaga kerja atau data pengangguran mengalami perbaikan," terang dia.

Selain itu, tambah Agus, Indonesia perlu mewaspadai pula kondisi perekonomian China yang diramalkan mengalami pelemahan di tahun depan dibanding proyeksi tahun ini. Pertumbuhan ekonomi China dikoreksi menjadi 6,8 persen dari sebelumnya 7,4 persen.

"Ekonomi China di 2016 belum tentu seperti sekarang, karena mungkin bisa lebih rendah pertumbuhannya. Jadi ini perlu diwaspadai," ujarnya. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
Rupiah 14.000 per Dolar AS, Biaya Operasional Pertamina Naik

Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang cukup dalam tentunya sangat dirasakan oleh perusahaan-perusahaan yang melakukan transaksi menggunakan dolar AS. Salah satu perusahaan yang terbebani dengan pelemahan rupiah tersebut adalah PT Pertamina (Persero).

Vice Presiden Corporate Communication, Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, pelemahan rupiah membuat biaya operasional Pertamina membengkak. "Memang biaya operasi akan tambah," kata Wianda, saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Senin (24/8/2015).

Wianda mengungkapkan, untuk meredam pembengkakan biaya operasi, Pertamina memanfaatkan fasilitas transaksi lindung nilai (hedging). "Namun kami sudah ada fasilitas hedging dari Bank Indonesia untuk impor minyak mentah dan produk kilang," tuturnya.

Pertamina juga sudah melakukan langkah antisipasi dengan cash on hand di atas US$ 5 miliar, serta fasilitas utang jangka pendek di atas US$ 8 miliar. 

Untuk diketahui, dalam kurs JISDOR, rupiah berada di kisaran 13.998 per dolar AS. Dolar AS makin menguat terhadap rupiah. Dengan naik 103 poin dari level rupiah 13.895 per dolar AS pada Jumat 21 Agustus 2015 menjadi 13.998 per dolar AS pada Senin 24 Agustus 2015.

Nilai tukar rupiah sudah mengalami depresiasi sekitar 12,21 persen dari 12.474 per dolar AS pada awal tahun 2015 menjadi 13.998 per dolar AS pada awal pekan ini.

Gubernur BI, Agus Martowardojo mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah tidak bisa dipisahkan dari perkembangan dunia yang penuh dengan ketidakpastian.

"Kami tahu hari ini ada global sell off, jadi pelaku pasar modal dunia hampir semuanya sedang melepas sahamnya. Ini berdampak ke Indonesia. Jadi kondisinya sedang dalam ketidakpastian," ujar dia.

Lebih jauh dijelaskan Agus, ketidakpastian itu berasal dari faktor kondisi pemulihan ekonomi Amerika dan spekulasi kenaikan suku bunga acuan The Fed, selain karena anjloknya harga komoditas dan minyak dunia.

Pada tahun ini, kata Agus, terjadi fenomena super dolar AS karena spekulasi kenaikan Fed Fund Rate, pelemahan ekonomi China, devaluasi Yuan sampai mata uang negara tetangga, seperti Ringgit Malaysia.

"Sampai dengan 21 Agustus 2015, kurs rupiah terdepresiasi 12,6 persen atau lebih rendah dibanding Turki 25 persen dan Brazil 31 persen. Tapi lebih tinggi dibanding India, Thailand, Filiphina, Korea dan ini akan berpengaruh ke fundamental ekonomi kita," tegasnya. (Pew/Gdn)


Source: liputan6.com
Diyakini Tembus 15.000 per Dolar AS, Rupiah Jadi Ajang Spekulasi

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS awal pekan ini sudah tembus ke level 14.000. Pelemahan ini merupakan bagian dari dampak ekonomi global yang saat ini tengah dibayang-bayangi perang mata uang antar negara-negara penguasa pasar perdagangan dunia.

Akibat pelemahan rupiah tersebut, beberapa masyarakat telah berbondong-bondong menukarkan simpanan dolarnya ke Money Changer demi mendapat keuntungan selisih kurs.

Imanuel (38), salah satu ‎pegawai swasta yang telah menukarkan sebagian simpanan dolarnya di Money Changer kawasan ITC Ambasador. "Ini selagi kursnya sedang bagus, saya tukarkan saja beberapa simpanan saya," kata dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (24/8/2015).

Ia menceritakan masih memiliki beberapa simpanan dolar AS, namun dirinya enggan menukarkan semua dolar miliknya. Ia meyakini dolar AS cenderung menguat terhadap rupiah sehingga akan menyentuh level 15.000. "Sambil nyimpen sambil spekulasi saja, ‎kalau tembus ya nanti saya tukar lagi," tegas dia.

Sementara salah satu pegawai Money Changer‎ PT Valuta Artha Mas‎, Dian (32) mengungkapkan ada kecenderungan peningkatan transaksi penukaran dolar ke rupiah. Hal itu lantaran dolar AS menguat terhadap rupiah.

"Tadi siang agak ramai, jadi ada peningkatan, tapi tidak banyak," terang Dian.

Dian menuturkan, masih sedikitnya penukaran tersebut mengingat kantor money changer di ITC tersebut lebih banyak melayani penukaran dalam bentuk yang relatif tidak banyak. Di Money Changer PT Valuta Artha Mas saat ini memasang harga jual dolar sebesar 14.010 sedangkan harga belinya mencapai 14.050.

Mengawali pekan ini, nilai tukar rupiah kembali tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kekhawatiran pelaku pasar terhadap devaluasi Yuan atau pelemahan mata uang China akan diikuti dengan bank sentral negara lainnya memberikan sentimen negatif ke nilai tukar rupiah.

Dalam kurs JISDOR, rupiah berada di kisaran 13.998 per dolar AS. Dolar AS makin menguat terhadap rupiah, dengan naik 103 poin dari Rp 13.895 per dolar AS pada Jumat 21 Agustus 2015 menjadi 13.998 per dolar AS pada Senin 24 Agustus 2015.(Yas/Ahm)

 


Source: liputan6.com
‎BI Prediksi Suku Bunga Acuan Bakal di 7,5% Sampai 2016

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memperkirakan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) di level 7,5 persen sampai 2016. Menurut BI, level BI rate tersebut sesuai dengan proyeksi penyusunan postur dan anggaran tahun depan, termasuk level rupiah yang dipatok Rp 13.400 per dolar Amerika Serikat (AS) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016.

"Dalam proyeksi anggaran, ada BI Rate 7,5 persen untuk kepentingan penyusunan anggaran," ujar Gubernur BI, Agus Martowardojo saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Senin (24/8/2015).

Namun demikian, Agus mengatakan, ‎BI akan selalu senantiasa memutuskan kebijakan terkait BI Rate berdasarkan perkembangan data yang ada. "Jika data sudah terlihat, akan kita putuskan. Tapi realisasinya bisa beda dengan apa yang dianggarkan, karena anggaran dasar untuk postur dan proyeksi," ucapnya.

‎Dalam proyeksi ekonomi Indonesia yang dipaparkan BI untuk tahun depan, Agus menyebut, posisi cadangan devisa US$112 miliar, nilai tukar Rp13.400 per dolar AS, inflasi 4,7 persen dan pertumbuhan ekonomi 5,5 persen. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi 3,8 persen, harga minyak US$ 67 per barel dan pertumbuhan harga komoditas non migas -1,7 persen.

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Selasa (18/8/2015), memutuskan untuk mempertahankan BI Rate di level 7,5 persen, dengan suku bunga Deposit Facility 5,5 persen dan Lending Facility pada level 8 persen.

"Keputusan tersebut sejalan dengan upaya untuk menjaga agar inflasi berada pada kisaran sasaran inflasi plus minus 4 persen di 2015 dan 2016, " Jelas Gubernur Bank Indonesia, Agus DW Martowardojo.

Bauran kebijakan Bank Indonesia secara konsisten tetap diarahkan pada upaya menjaga stabilitas makroekonomi, di tengah berlanjutnya ketidakpastian ekonomi global, serta menjaga pertumbuhan ekonomi melalui implementasi kebijakan makroprudensial yang akomodatif.

"Fokus kebijakan BI dalam jangka pendek akan diarahkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidaksabilan ekonomi Global," lanjut Mantan Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk tersebut. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
Rupiah 14.000 per Dolar AS, Pemerintah Harus Bentuk Pusat Krisis

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Golkar hasil Munas Bali, Aburizal Bakrie (Ical) mengaku prihatin terhadap kondisi perekonomian nasional saat ini, terlebih nilai tukar rupiah terhadap dolar saat ini sudah mencapai 14.000 per dolar AS.

Hal itu disampaikan Ical disela-sela konferensi pers pengarahan DPP Golkar ke Fraksi Golkar di DPR tentang UU Perbankan dan Bank Indonesia.

"Partai Golkar menyarankan pemerintah harus segera membentuk pusat krisis, untuk menangani, menghadapi permasalahan yang sangat sulit ini. Tidak bisa dibiarkan bahwa satu menteri bergerak ke kiri dan satu ke kanan. Dimana semua penangan sulit ini tidak ada di dalam satu komando," kata Ical di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (24/8/2015).

Mantan Menko Kesra ini juga mengakui, bahwa merosotnya keadaan perekonomian nasional akibat kondisi perekonomian dunia yang juga mengalami penurunan drastis.

"Kita sulit menangani atau menghadapi satu keadaan yang sulit ini. Seperti pagi tadi dimana Bursa mengalami penurunan 5 persen, dan dolar mencapai angka mencapai 14.000 per dolar AS dan tentu ini dapat membahayakan perekonomian kita maupun pemerintah," ujarnya.

Dia berharap, dengan adanya pusat krisis, pemerintah dapat satu komando berkerja meningkatkan perekonomian nasional.

"Golkar konsen, prihatin. Kita harapkan ahli-ahli ekonomi di suatu koordinasi pusat krisis dapat membahas bagaimana membuat Indonesia lebih baik ke masa yang akan datang,” tandas Ical.

Untuk diketahui, dalam kurs JISDOR, Senin (24/8/2015), rupiah berada di kisaran 13.998 per dolar AS. Dolar AS makin menguat terhadap rupiah. Dengan naik 103 poin dari level rupiah 13.895 per dolar AS pada Jumat 21 Agustus 2015 menjadi 13.998 per dolar AS pada Senin 24 Agustus 2015.

Nilai tukar rupiah sudah mengalami depresiasi sekitar 12,21 persen dari 12.474 pada awal tahun 2015 menjadi 13.998 per dolar AS pada awal pekan ini. (Taufiqurrohman/Gdn)


Source: liputan6.com