Prev Agustus 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
26 27 28 29 30 31 01
02 03 04 05 06 07 08
09 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30 31 01 02 03 04 05
Berita Kurs Dollar pada hari Rabu, 19 Agustus 2015
Rupiah Masih dalam Tren Pelemahan

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah masih dalam tren pelemahan. Di awal perdagangan Rabu (19/8/2015), rupiah masih tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Penyebab tekanan terhadap rupiah adalah ekspektasi kenaikan suku bunga AS dan devaluasi Yuan beberapa waktu lalu ditengah lesunya laju pertembuhan ekonomi nasional.

Menurut data Bloomberg, Rabu (19/8/2015), nilai tukar berada pada kisaran level 13.830 pada pukul 10.14 WIB. Nilai tukar rupiah dibuka pada level 13.833 per dolar AS, melemah dari penutupan kemarin yang berada di level 13.800 per dolar AS. Sejak pagi hingga siang, nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.815 per dolar AS hingga 13.840 per dolar AS.

Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat tipis 0,05 persen menjadi 13.824 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 13.831 per dolar AS.

"Penyebabnya untuk saat ini (melemahnya rupiah) lebih kepada faktor eksternal. Rupiah sebagaimana juga mata uang lain di Asia pada umumnya, saat ini masih dihantui oleh prosepek kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve yang kemungkinan dilakukan pada bulan september mendatang. Selain itu, devaluasi yuan beberapa waktu lalu juga turut menekan mata uang asia pasifik." Eko Trijuni Head of Market Analyst Foreximf.com kepada Liputan6.com.

"Namun pemerintah sebaiknya juga memperhatikan faktor internal seperti perlambatan pertumbuhan PDB." tambah Eko.

Perlambatan ekonomi Indonesia juga ikut menekan rupiah. Menurut data BPS PDB pada kuartal 2 turun menjadi 4,67 persen dari 4,72 persen pada kuartal pertama tahun ini.

Pada pidato RAPBN 2016 pekan lalu, Presiden Joko Widodo memperkirakan produk domestik bruto akan meningkat 5,5 persen pada tahun depan, dan juga memprediksi nilai tukar rupiah lebih kuat dari level saat ini. Beliau juga memperkenalkan tim ekonomi baru, yang didalamnya mencakup mantan kepala bank sentral dan investor swasta.

Sementara itu, Santitarn Sathirathai, ekonom dari Credit Suisse Group AG di singapura mengatakan, adanya dilema, antara membantu pemulihan ekonomi dan mengelola stabilitas mata uang menjadi tantangan berat bagi Bank Indonesia. "Inflasi masih cukup tinggi, dan ada juga ketidakpastian kenaikan (suku bunga) The Fed yang menajadi penengahnya." jelas Santitarn seperti dikutip dari Bloomberg

Para pelaku pasar kini menunggu keputusan kebijakan suku bunga AS oleh The Federal Reserve yang rencananya dijadwalkan pada kamis 20 Agustus pukul 01.00 dini hari.

Pada pekan lalu tepatnya pada selasa (11/8/2015), People`s Bank of China (PBC) atau Bank Sentral China sengaja melemahkan mata uangnya. Pelemahan itu sekitar 1,9 persen terhadap dolar Amerika Serikat.

Hal itu bertujuan untuk mempercepat laju ekonomi negeri tirai bambu. Pemangkasan tersebut memicu Yuan anjlok hingga mengalami penurunan harian terbesar sejak Januari 1994. (Ilh/Gdn)


Source: liputan6.com
Mendag: Rupiah Melemah Belum Mampu Perbaiki Kinerja Ekspor

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir rupanya belum mampu mendorong perbaikan kinerja ekspor pada Juli 2015.

Menteri Perdagangan, Thomas Lembong mengatakan hal ini ditandai dengan masih melemahnya kinerja ekspor pada Juli 2015. Total ekspor turun 15,5 persen (MoM) pada Juli 2015 dan 19,2 persen (YoY). Secara rincian, kinerja ekspor non-migas tercatat sebesar US$ 10 miliar pada Juli 2015, turun 17,2 persen (MoM) dan 14,1 persen (YoY).

"Sementara dari migas, kinerja ekspornya tercatat US$ 1,4 miliar, atau turun 1,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan 43 persen dibandingkan tahun lalu," ujar Thomas di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta Pusat, Rabu (19/8/2015).

Namun, kinerja ekspor non-migas Indonesia ke beberapa negara utama pada Juli 2015, lanjut dia, telah berkontribusi besar menekan nilai ekspor non-migas. Penurunan terbesar dialami ekspor non-migas ke Australia, Belanda, Singapura.

Sementara itu, selama Januari-Juli 2015, pertumbuhan ekspor non-migas yang masih tumbuh positif antara lain Arab Saudi, Vietnam, India, Malaysia dan Korea Selatan.

Meski demikian, Thomas menyatakan suplus neraca perdagangan Juli mengalami peningkatan yang tercatat sebesar US$ 1,3 miliar, atau meningkat US$ 0,8 miliar dibandingkan Juni 2015. Hal ini ditopang oleh suplus perdagangan non-migas US$ 2,2 miliar, sementara neraca perdagangan migas defisit US$ 0,9 miliar.

"Hal ini menggembirakan. Suplus ini merupakan yang tertinggi sejak awal tahun lalu," kata Thomas. (Dny/Ahm)


Source: liputan6.com
Rizal Ramli: Devisa RI US$ 20 Miliar, Rupiah Kembali Perkasa

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya memasang target perolehan devisa dari sektor pariwisata mencapai lebih dari US$ 20 miliar dalam kurun waktu 5 tahun. Dengan devisa tersebut, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diharapkan kembali bangkit.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli mengatakan hal itu usai bertemu dengan Menteri Pariwisata, Arief Yahya dan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Dia mengungkapkan, pemerintah mematok target kenaikan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) menjadi 10 juta pada tahun ini. Sementara target devisa yang bisa dicetak dari turis tahun ini senilai US$ 10 miliar.

"Jika lima tahun mendatang ditargetkan jumlah wisman yang datang ke Indonesia 20 juta orang, maka devisa yang masuk lebih dari US$ 20 miliar. Dengan devisa itu bisa memperkuat rupiah, meski butuh waktu ya," jelas dia di kantornya, Jakarta, Rabu (19/8/2015).

Rizal menuturkan, sektor pariwisata merupakan sektor paling mudah menciptakan lapangan kerja. Kebutuhan investasinya pun, Rizal menuturkan, hanya US$ 3 ribu per orang atau jauh lebih rendah dari investasi di industri padat modal yang memerlukan US$ 100 ribu per orang.

"Kalau sektor pariwisata tumbuh, maka industri perhubungan, kerajinan dan industri kreatif bakal tumbuh. Pariwisata itu adalah sektor yang bisa menjadi sumber devisa, dan pada suatu saat nanti terbesar di Tanah Air," terang dia.

Rizal berharap, Indonesia bisa mandiri di sektor pariwisata, bahkan mencontoh negara lain yang mampu hidup hanya mengandalkan sektor pariwisata. Sebagai contoh, dia menyebut, negara Eropa Selatan, Spanyol, Yunani, Italia dan Turki yang mampu mendulang pertumbuhan di sektor pariwisata sangat besar. (Fik/Ahm)


Source: liputan6.com
Bank Mandiri Minta Nasabah Ubah PIN Kartu Debit Jadi 6 Digit

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk meminta kepada nasabah untuk segera mengubah Personal Identification Number (PIN) dari semula 4 digit menjadi 6 digit. Langkah perseroan mengubah PIN tersebut untuk mentaati aturan Bank Indonesia (BI) yang mewajibkan seluruh bank yang menerbitkan ATM atau kartu debit menggunakan PIN 6 digit. 

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, Rohan Hafas menjelaskan, perubahan PIN kartu Debit bisa dilakukan melalui cabang mulai 16 Agustus 2015 dengan membawa buku tabungan, KTP, dan ATM,

Sedangkan untuk perubahan melalui ATM bisa dilakukan mulai 18 Agustus 2015 dengan melalui menu transaksi lainnya-ubah pin," jelasnya kepada Liputan6.com, Rabu (19/8/2015). 

Batas waktu pengubahan PIN Kartu Debit tersebut hingga akhir Oktober 2015. "Jadi nasabah masih bisa menggunakan PIN 4 digit sampai dengan 31 Oktober 2015," tambahnya. 

Setelah batas waktu tersebut, bagi nasabah yang belum ubah PIN menjadi 6 digit, pada tanggal 1 November  hingga 31 Desember 2015 adalah periode Force Pin Change, yang artinya:

- Untuk transaksi di ATM Mandiri, akan muncul permintaan ubah PIN baru bisa dilakukan transaksi
- Untuk transaksi di EDC, transaksi decline/ditolak dan biaya decline Rp 5.000
- Untuk transaksi di ATM Bank Lain, muncul pesan Salah PIN

Terhitung mulai 1 Januari 2016, semua nasabah sudah mempergunakan PIN 6 digit. Langkah Bank Mandiri mengubah jumlah digit untuk PIN Kartu Debit ini untuk mentaati aturan Bank Indonesia. (Gdn/Ndw)


Source: liputan6.com
Gubernur BI Ungkap Penyebab Pelemahan Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengungkapkan penyebab gejolak di nilai tukar rupiah saat ini. Ada dua faktor yang membuat nilai tukar rupiah terus tertekan. 

Agus mengatakan, faktor pertama adalah faktor eksternal. Penyebabnya diawali oleh Amerika Serikat (AS) yang menggelontorkan dolar AS ketika perekonomiannya sedang turun pada 2008. Kini karena perekonomian AS sudah mengalami penguatan, maka mereka berencana untuk menaikan tingkat suku bunganya dan menarik dolar AS. Hal tersebut mengkawatirkan negara lain termasuk Indonesia. 

Selain itu, China juga sedang menjalankan kebijakan pemangkasan nilai mata uang karena sedang terjadi perlambatan ekonomi. Dengan pemangkasan nilai mata uang atau devaluasi tersebut diharapkan produk ekspor China bisa dijual murah sehingga bersaing dengan produk dari negara lain. Dengan langkah itu diharapkan industri di negeri Tirai Bambu tersebut bisa kembali berjalan maksimal.

Menurut Agus, kedua hal tersebut berdampak ke Indonesia dengan melemahnya nilai tukar rupiah. "Kondisi bisnis tidak baik, mau tak mau ekspor turun. Harga komoditi 3 tahun terakhir umumnya sumber daya alam secara kuartal per kuartal terus turun berdampak pada kinerja perekonomian Indonesia," kata Agus, dalam sebuah diskusi di kawasan Menteng, Jakarta, Rabu (19/8/2015).

Agus menambahkan, faktor kedua yang membuat perekonomian Indonesia bergejolak adalah melambatnya pertumbuhan ekonomi saat ini hanya 4,7 persen. "Sedangkan di Indonesia sendiri ada dua tantangan. Pertama pertumbuhan ekonomi yang pelan. Sekadang di kisaran 4,7 persen. Kondisi ini membuat dunia mempertanyakannya dan ini jadi risiko," ungkapnya.

Ia melanjutkan, selain perlambatan ekonomi adalah masalah fiskal Indonesia. Pasalnya, Indonesia masih menjadi negara impor hal tersebut sangat berpengaruh pada fluktuasi nilai tukar rupiah. Namun, hal tersebut dapat diatasi oleh pemerintah dengan mengambil langkah sinergi antar instasi, sehingga defisit antar impor dan ekspor bisa ditekan.

"2014 defisit impor ekspor US$ 27 miliar tapi tahun ini ambil langkah sinergi defisit turun di bawah US$ 20 miliar," pungkasnya. (Pew/Gdn)


Source: liputan6.com
Rupiah Tertekan, DPR Kecewa Perdebatan JK dan Rizal Ramli

Liputan6.com, Jakarta - Perang mulut yang terjadi antara Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli terkait pembangkit listrik 35 ribu MW mendapat sorotan tajam dari anggota parlemen. DPR merasa kecewa dengan ketidakkompakan Kabinet Kerja di saat ekonomi Indonesia melambat.

Ketua Banggar DPR, Ahmadi Noor Supit menilai kisruh atau perbedaan pendapat antara JK dan Rizal Ramli seharusnya tidak menguak ke permukaan publik sehingga menimbulkan kegaduhan paska reshuffle kabinet.

"Di dalam satu birokrasi, mestinya tidak boleh ada perbedaan pendapat. Pemerintah harus satu. Sebenar apapun, etikanya harusnya begitu, jangan sampai diketahui publik. Tapi selesaikan secara internal," tegas dia saat berbincang di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (19/8/2015).

Anggota DPR dari Fraksi Golongan Karya (Golkar) ini pun menyayangkan sikap Rizal Ramli yang seharusnya tahu posisinya sebagai Menteri di Kabinet Kerja. Kegaduhan tersebut semakin menunjukkan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) sulit bekerja dengan baik.

"Apalagi baru jadi Menteri, baru diangkat jadi sangat disayangkan sekali. Hal-hal semacam ini membuat pemerintah tidak firm, sulit sekali memberi jaminan pemerintah bisa bekerja sekuat-kuatnya. Ini yang dikhawatirkan," terang Ahmadi.

Kondisi tersebut semakin membuat miris Ahmadi, karena perang mulut ini terjadi di saat ekonomi Indonesia sangat riskan, seperti pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan kepercayaan pengusaha terhadap pemerintah ini kian menipis.

"Apakah pemerintah mampu menahan kurs supaya pengusaha tidak membangkrutkan dirinya. Jika mereka menyatakan bangkrut, maka yang terjadi adalah PHK besar-besaran, demo pekerja dan ini sangat bahaya sekali. Jadi kekompakan perlu dalam keadaan apapun," harap dia. (Fik/Ahm)


Source: liputan6.com
Bom Thailand Hingga Politik Malaysia Bikin Rupiah Jatuh

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih dalam tren melemah karena sentimen negatif dari faktor eksternal. Tekanan rupiah bukan saja berasal dari spekulasi kenaikan suku bunga The Federal Reserve/The Fed, tapi juga merembet pada bom Thailand sampai gonjang ganjing politik Malaysia yang terjadi belakangan ini.

Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro mengatakan tekanan rupiah murni berasal dari faktor eksternal, dimulai dari devaluasi mata uang Yuan dan adanya persepsi pedagang (trader) mata uang terhadap berbagai masalah yang melanda negara-negara di Asia Tenggara.

"Dipersepsikan para trader mata uang bahwa Asia Tenggara ini ada sedikit masalah dengan bom di Thailand, gonjang ganjing politik di Malaysia, Vietnam baru sama men-devaluasi mata uangnya. Jadi tekanan terhadap rupiah memang tidak mudah akhir-akhir ini," jelas dia di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (19/8/2015).

Sebelumnya, dari data Bloomberg, hari ini, nilai tukar rupiah berada pada kisaran level 13.830 pada pukul 10.14 WIB. Nilai tukar rupiah dibuka pada level 13.833 per dolar AS, melemah dari penutupan kemarin yang berada di level 13.800 per dolar AS. Sejak pagi hingga siang, nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.815 per dolar AS hingga 13.840 per dolar AS.

Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat tipis 0,05 persen menjadi 13.824 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 13.831 per dolar AS. (Fik/Ahm)


Source: liputan6.com