Berita Kurs Dollar pada hari Selasa, 18 Agustus 2015 |
Taman Kelinci, dari Hobi yang Menjadi Ladang Bisnis
|
Liputan6.com, Bogor - Satu lagi pengusaha yang sukses berbisnis dari hobi. Bermula dari kesukaan memelihara kelinci, Nuning Nurhayati kini menangguk rupiah yang menggiurkan. Plus, dia mampu memberdayakan masyarakat sekitar melalui usahanya.
Memang, hewan peliharaan kini bukan sekedar jadi pelengkap kehidupan seseorang. Seperti kelinci, hewan lucu dan menggemaskan ini mulai dilirik jadi lahan bisnis yang menguntungkan. Nuning membuktikannya.
Berikut penuturan pengusaha Taman Kelinci Nuning Nurhayati kepada Tim Liputan6.com saat berkunjung ke peternakannya di Bogor, Jawa Barat.
Dari sini usaha bermula
Nuning memulai cerita, awalnya memelihara kelinci hanya di seputaran rumah karena hobi pada 2008. Namun karena keterbatasan lahan dan jumlah peliharaan yang kian banyak membuat dia memindahkan lokasi peternakan ke tempat saat ini.
"Awalnya nggak kita sangka karena kita dari kecil itu suka kelinci terus sampai saya bekerja dan akhirnya pensiun dini dan saya akhirnya coba pelihara itu," jelas dia.
Dari sini, tawaran bisnis datang. Seseorang mengaku ingin memesan 100 ekor kelinci per bulan kepadanya. Gayung bersambut karena melihat permintaan itu jadi peluang, Nuning meluluskannya.
Karena sudah mengetahui seluk beluk memelihara kelinci, Nuning mengaku tak kesulitan saat harus memenuhi pesanan.
Terpenting, kata dia, untuk menjaga kualitas kelinci maka harus sering membersihkan kandang dan menjaganya selalu kering. Selain itu, kelinci peliharaan jangan langsung kena matahari dan hujan angin.
Untuk makanan, cukup dengan memberikan pelet. Berbeda dengan pandangan orang kebanyakan, ternyata kelinci lebih baik diberi makanan ini.
"Kalau kita kasih sayuran mentah nanti juga akan dia injek-injek dan dijadikan temoat tidur, jadi akhirnya timbul penyakit bagi kelinci.
Ingin menjaga kualitas, makanan kelinci Nuning diproduksi sendiri. Terbuat dari limbah sayuran organik ditambah ampas tahu dan bekatul. Bahan baku diperoleh dari masyarakat sekitar.
Dia pun membentuk peternak plasma. Dengan mempercayakan beberapa keluarga memelihara kelinci di rumah dan kemudian membelinya. Jumlahnya sebanyak 15 ekor ke kepala keluarga.
Apalagi, beternak kelinci tak menyedot modal besar. Modal utama adalah membangun kandang. "Kandangnya bisa pakai bambu saja pun bisa atau pakai bambu dan besi juga bisa. Kayaknya dengan 500 ribu pun bisa," ungkap dia.
Buah Usaha
Hingga kini, 13 jenis kelinci sudah berkeliaran di peternakan Nuning. Dari kelinci ini, produk yang dihasilkan mulai dari daging mentah, bakso, sosis dan nugget. Dari sini, Nuning meraup omzet lebih dari Rp 10 jutaan.
Untuk daging mentah dan hidup, kelinci yang dijual mulai dari umur 2 sampai 6 bulan. Namun hanya kelinci yang sudah lepas menyusu dari induknya untuk yang dipelihara.
Harga daging kelinci ini bervariasi tergantung jenis mencapai Rp 20 ribu sampai Rp 1,5 juta. Harga itu mengacu pada jenis kelinci yang dicari, pedaging atau hias.
Tak hanya daging, kotoran dan urin kelinci ikut mendatangkan pendapatan. Yakni sebagai pupuk dan penyempot sayuran organik. Kulit kelinci juga dijadikan kerajinan sarung bantal dan jaket.
Dalam mengelola bisnisnya ini, Nuning dibantu 15 orang pekerja. Selain itu peternak plasma 20 orang.
Hingga kini Nuning mampu memasarkan kelinci dan produk turunannya di seputaran Jabodetabek Dia memiliki mimpi untuk bisa mendayagunakan seluruh bagian dari kelinci tersebut.
"Kelebihan usaha ini dibandingkan usaha lain adalah kelinci menjadi peluang usaha. Nggak ada yang kita buang," lanjutnya.
Kendala
Sebagai hewan peliharaan, banyak yang menilai kelinci tak layak menjadi bahan konsumsi. Pandangan ini yang menjadi kendala Nuning dalam menjalankan bisnisnya. "Padahal kan beda ya yang dipotong pedaging dan bukan hias," dia memberitahukan.
Dia menambahkan, masyarakat juga harus tahu jika kelinci memiliki protein tingg dan kolesterol paling sedikit.
Dengan usaha yang terus maju, Nuning bermimpi bisa menyebarluaskan pengetahuannya bagi mereka yang ingin belajar beternak dan berkebun. Serta, menjadikan peternakannta sebagai taman kelinci dan tempat edukasi hewan. (Fitri/Nrm)
Source: liputan6.com
|
Taman Kelinci, dari Hobi yang Menjadi Ladang Bisnis |
Liputan6.com, Bogor - Satu lagi pengusaha yang sukses berbisnis dari hobi. Bermula dari kesukaan memelihara kelinci, Nuning Nurhayati kini menangguk rupiah yang menggiurkan. Plus, dia mampu memberdayakan masyarakat sekitar melalui usahanya.
Memang, hewan peliharaan kini bukan sekedar jadi pelengkap kehidupan seseorang. Seperti kelinci, hewan lucu dan menggemaskan ini mulai dilirik jadi lahan bisnis yang menguntungkan. Nuning membuktikannya.
Berikut penuturan pengusaha Taman Kelinci Nuning Nurhayati kepada Tim Liputan6.com saat berkunjung ke peternakannya di Bogor, Jawa Barat.
Dari sini usaha bermula
Nuning memulai cerita, awalnya memelihara kelinci hanya di seputaran rumah karena hobi pada 2008. Namun karena keterbatasan lahan dan jumlah peliharaan yang kian banyak membuat dia memindahkan lokasi peternakan ke tempat saat ini.
"Awalnya nggak kita sangka karena kita dari kecil itu suka kelinci terus sampai saya bekerja dan akhirnya pensiun dini dan saya akhirnya coba pelihara itu," jelas dia.
Dari sini, tawaran bisnis datang. Seseorang mengaku ingin memesan 100 ekor kelinci per bulan kepadanya. Gayung bersambut karena melihat permintaan itu jadi peluang, Nuning meluluskannya.
Karena sudah mengetahui seluk beluk memelihara kelinci, Nuning mengaku tak kesulitan saat harus memenuhi pesanan.
Terpenting, kata dia, untuk menjaga kualitas kelinci maka harus sering membersihkan kandang dan menjaganya selalu kering. Selain itu, kelinci peliharaan jangan langsung kena matahari dan hujan angin.
Untuk makanan, cukup dengan memberikan pelet. Berbeda dengan pandangan orang kebanyakan, ternyata kelinci lebih baik diberi makanan ini.
"Kalau kita kasih sayuran mentah nanti juga akan dia injek-injek dan dijadikan temoat tidur, jadi akhirnya timbul penyakit bagi kelinci.
Ingin menjaga kualitas, makanan kelinci Nuning diproduksi sendiri. Terbuat dari limbah sayuran organik ditambah ampas tahu dan bekatul. Bahan baku diperoleh dari masyarakat sekitar.
Dia pun membentuk peternak plasma. Dengan mempercayakan beberapa keluarga memelihara kelinci di rumah dan kemudian membelinya. Jumlahnya sebanyak 15 ekor ke kepala keluarga.
Apalagi, beternak kelinci tak menyedot modal besar. Modal utama adalah membangun kandang. "Kandangnya bisa pakai bambu saja pun bisa atau pakai bambu dan besi juga bisa. Kayaknya dengan 500 ribu pun bisa," ungkap dia.
Buah Usaha
Hingga kini, 13 jenis kelinci sudah berkeliaran di peternakan Nuning. Dari kelinci ini, produk yang dihasilkan mulai dari daging mentah, bakso, sosis dan nugget. Dari sini, Nuning meraup omzet lebih dari Rp 10 jutaan.
Untuk daging mentah dan hidup, kelinci yang dijual mulai dari umur 2 sampai 6 bulan. Namun hanya kelinci yang sudah lepas menyusu dari induknya untuk yang dipelihara.
Harga daging kelinci ini bervariasi tergantung jenis mencapai Rp 20 ribu sampai Rp 1,5 juta. Harga itu mengacu pada jenis kelinci yang dicari, pedaging atau hias.
Tak hanya daging, kotoran dan urin kelinci ikut mendatangkan pendapatan. Yakni sebagai pupuk dan penyempot sayuran organik. Kulit kelinci juga dijadikan kerajinan sarung bantal dan jaket.
Dalam mengelola bisnisnya ini, Nuning dibantu 15 orang pekerja. Selain itu peternak plasma 20 orang.
Hingga kini Nuning mampu memasarkan kelinci dan produk turunannya di seputaran Jabodetabek Dia memiliki mimpi untuk bisa mendayagunakan seluruh bagian dari kelinci tersebut.
"Kelebihan usaha ini dibandingkan usaha lain adalah kelinci menjadi peluang usaha. Nggak ada yang kita buang," lanjutnya.
Kendala
Sebagai hewan peliharaan, banyak yang menilai kelinci tak layak menjadi bahan konsumsi. Pandangan ini yang menjadi kendala Nuning dalam menjalankan bisnisnya. "Padahal kan beda ya yang dipotong pedaging dan bukan hias," dia memberitahukan.
Dia menambahkan, masyarakat juga harus tahu jika kelinci memiliki protein tingg dan kolesterol paling sedikit.
Dengan usaha yang terus maju, Nuning bermimpi bisa menyebarluaskan pengetahuannya bagi mereka yang ingin belajar beternak dan berkebun. Serta, menjadikan peternakannta sebagai taman kelinci dan tempat edukasi hewan. (Fitri/Nrm)
Source: liputan6.com
|
Gemerincing Untung dari Sepatu Kayu |
Liputan6.com, Tangerang Selatan - Wanita dan sepatu, dua hal yang sulit terpisahkan. Tak heran banyak wanita yang berani mengkoleksi ribuan sepatu demi menunjang gaya berbusananya.
Apalagi saat ini, berbagai model dan jenis sepatu mudah didapat di pasaran. Pasar alas kaki ini pun terus tumbuh setiap tahunnya dengan berbagai inovasi yang mengikutinya.
Salah satu pengusaha yang sukses berbisnis alas kaki ini adalah Nurdiyanti. Dia lah perajin sepatu yang mengusung merek "Kloom Clogs" yang memiliki pabrik di Tangerang Selatan dan Yogyakarta.
Nurdiyanti sukses memasarkan produknya hingga mancanegara. Kepiawaian berbisnis dimulai pada 2009. Usaha ini awalnya lahir di Yogyakarta bukan di Tangerang Selatan.
Berbagai eksperimen dilakukan mulai dari mencari formula bahan baku kayu yang paling cocok hinga desain menjadi bukti kegigihan ibu dua anak ini. Kayu mahoni jadi pilihan terakhir bahan baku utama sepatunya. Kloom sendiri diinspirasi dari produk alas kaki asal Belanja.
Usahanya kian berkembang setelah dibantu sang anak Nadia Mutia Rahma yang pernah mengenyam ilmu desain. Di setiap sepatu buatan Kloom juga diselipkan pahatan khas untuk membedakannya dari produk sejenis lainnya.
Kini, Nurdiyanti mampu meraup omzet hingga Rp 90 juta hingga Rp 120 juta. Dengan mempekerjakan sekitar 6 orang untuk pabrik di Jakarta dan 8 orang di Yogyakarta, sekitar 100 jenis sepatu telah dihasilkan Kloom.
Gaya klasik menjadi pilihan sepatu kloom ini. "Gaya ini lebih dapat bertahan sepanjang masa," penjelasan Nurdiyanti.
Sepatu ini awalnya dikenalkan dari mulut ke mulut. Namun kini, promosi melalui jejaring sosial, paling menjadi andalan. Alhasil, sepatu Kloom juga dikenal di mancanegara.
Nurdiyanti punya mimpi, usahanya kian maju dan produknya tetap digemari. (Ami/Nrm)
Reporter: Ami Nindita
Videografer: Awan
Produser : Nurmayanti
Source: liputan6.com
|
Gemerincing Untung dari Sepatu Kayu |
Liputan6.com, Tangerang Selatan - Wanita dan sepatu, dua hal yang sulit terpisahkan. Tak heran banyak wanita yang berani mengkoleksi ribuan sepatu demi menunjang gaya berbusananya.
Apalagi saat ini, berbagai model dan jenis sepatu mudah didapat di pasaran. Pasar alas kaki ini pun terus tumbuh setiap tahunnya dengan berbagai inovasi yang mengikutinya.
Salah satu pengusaha yang sukses berbisnis alas kaki ini adalah Nurdiyanti. Dia lah perajin sepatu yang mengusung merek "Kloom Clogs" yang memiliki pabrik di Tangerang Selatan dan Yogyakarta.
Nurdiyanti sukses memasarkan produknya hingga mancanegara. Kepiawaian berbisnis dimulai pada 2009. Usaha ini awalnya lahir di Yogyakarta bukan di Tangerang Selatan.
Berbagai eksperimen dilakukan mulai dari mencari formula bahan baku kayu yang paling cocok hinga desain menjadi bukti kegigihan ibu dua anak ini. Kayu mahoni jadi pilihan terakhir bahan baku utama sepatunya. Kloom sendiri diinspirasi dari produk alas kaki asal Belanja.
Usahanya kian berkembang setelah dibantu sang anak Nadia Mutia Rahma yang pernah mengenyam ilmu desain. Di setiap sepatu buatan Kloom juga diselipkan pahatan khas untuk membedakannya dari produk sejenis lainnya.
Kini, Nurdiyanti mampu meraup omzet hingga Rp 90 juta hingga Rp 120 juta. Dengan mempekerjakan sekitar 6 orang untuk pabrik di Jakarta dan 8 orang di Yogyakarta, sekitar 100 jenis sepatu telah dihasilkan Kloom.
Gaya klasik menjadi pilihan sepatu kloom ini. "Gaya ini lebih dapat bertahan sepanjang masa," penjelasan Nurdiyanti.
Sepatu ini awalnya dikenalkan dari mulut ke mulut. Namun kini, promosi melalui jejaring sosial, paling menjadi andalan. Alhasil, sepatu Kloom juga dikenal di mancanegara.
Nurdiyanti punya mimpi, usahanya kian maju dan produknya tetap digemari. (Ami/Nrm)
Reporter: Ami Nindita
Videografer: Awan
Produser : Nurmayanti
Source: liputan6.com
|
Menghias Laba dari Cantiknya Pot Batik |
Liputan6.com, Depok - Pot cantik ya pot batik. Pemikiran ini yang ada dalam benak pemilik Say Gallery, Suyono. Dari rumahnya di Sukmajaya Depok, ayah dua anak ini memiliki ide kreatif untuk membuka usaha dengan memanfaatkan kain perca batik guna mempercantik barang-barang seperti pot, celengan gerabah, guci dan lainnya.
Saat disambangi Tim Liputan6.com di kediamannya, Suyono mengaku sudah memiliki hobi melukis dan tertarik dengan beragam warna serta corak batik yang merupakan warisan budaya Indonesia.
Namun, dia baru merealisasikan mimpinya dan serius membuka usaha pot batik ini sejak 2010, usai meninggalkan pekerjaan di dunia pariwisata. Pilihannya jatuh pada pot batik karena produk ini bersifat universal.
Jika mulanya hanya seputaran wilayah Depok, pesanan pot batik Say Gallery terus berkembang hingga ke daerah lain seperti Sumatera, Sulawesi dan lainnya. Bahkan, pesanan juga datang dari negara lain seperti Jerman dan Malaysia.
Suyono dapat memproduksi puluhan pot batik setiap minggu. Semua dikerjakan sendiri dan uluran tenaga tetangga sekitar baru dimanfaatkan bila ada pesanan dalam jumlah besar.
Untuk memasarkan produknya, Suyono masih mengandalkan sistem online karena keterbatasan dana dan tenaga. Kini, dari jerih payahnya membangun usaha, omzet puluhan juta rupiah dari modal awal hanya sekitar Rp 500 ribu bisa diraup.
Harga pot batik ini dibanderol mulai dari puluhan ribu rupiah hingga jutaan. Pengguna pot batik tak hanya perseorangan, tetapi juga usaha perhotelan.
Pria yang juga suka menjadi master ceremony (mc) ini ini bermimpi jika usahanya akan terus berkembang dan membuat batik makin dikenal dunia.(*)
Produser: Nurmayanti
Presenter: Vina Mulyana
Videografer: Awan Harinto
">
Source: liputan6.com
|
Menghias Laba dari Cantiknya Pot Batik |
Liputan6.com, Depok - Pot cantik ya pot batik. Pemikiran ini yang ada dalam benak pemilik Say Gallery, Suyono. Dari rumahnya di Sukmajaya Depok, ayah dua anak ini memiliki ide kreatif untuk membuka usaha dengan memanfaatkan kain perca batik guna mempercantik barang-barang seperti pot, celengan gerabah, guci dan lainnya.
Saat disambangi Tim Liputan6.com di kediamannya, Suyono mengaku sudah memiliki hobi melukis dan tertarik dengan beragam warna serta corak batik yang merupakan warisan budaya Indonesia.
Namun, dia baru merealisasikan mimpinya dan serius membuka usaha pot batik ini sejak 2010, usai meninggalkan pekerjaan di dunia pariwisata. Pilihannya jatuh pada pot batik karena produk ini bersifat universal.
Jika mulanya hanya seputaran wilayah Depok, pesanan pot batik Say Gallery terus berkembang hingga ke daerah lain seperti Sumatera, Sulawesi dan lainnya. Bahkan, pesanan juga datang dari negara lain seperti Jerman dan Malaysia.
Suyono dapat memproduksi puluhan pot batik setiap minggu. Semua dikerjakan sendiri dan uluran tenaga tetangga sekitar baru dimanfaatkan bila ada pesanan dalam jumlah besar.
Untuk memasarkan produknya, Suyono masih mengandalkan sistem online karena keterbatasan dana dan tenaga. Kini, dari jerih payahnya membangun usaha, omzet puluhan juta rupiah dari modal awal hanya sekitar Rp 500 ribu bisa diraup.
Harga pot batik ini dibanderol mulai dari puluhan ribu rupiah hingga jutaan. Pengguna pot batik tak hanya perseorangan, tetapi juga usaha perhotelan.
Pria yang juga suka menjadi master ceremony (mc) ini ini bermimpi jika usahanya akan terus berkembang dan membuat batik makin dikenal dunia.(*)
Produser: Nurmayanti
Presenter: Vina Mulyana
Videografer: Awan Harinto
">
Source: liputan6.com
|
Neraca Perdagangan Surplus, Rupiah Sentuh 13.831 per Dolar AS |
Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bervariasi dengan kecenderungan melemah di awal pekan ini. Antisipasi kenaikan suku bunga AS ditambah rilis data neraca perdagangan mempengaruhi laju nilai tukar rupiah.
Menurut data Bloomberg, Selasa (18/8/2015), nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS menjadi 13.840 pada pukul 11.49 waktu Jakarta. Gerak rupiah sempat menguat sentuh level 13.815 per dolar AS pada pukul 08.45 waktu Jakarta. Rupiah dibuka naik tipis 2 poin pada level 13.819 dari penutupan perdagangan Jumat 14 Agustus 2015 di kisaran 13.821. Rupiah pun bergerak di kisaran 13.813-13.856 per dolar AS.
Berdasarkan kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah melemah 68 poin menjadi 13.831 per dolar AS pada Selasa pekan ini dari periode Jumat 14 Agustus di kisaran 13.763 per dolar AS.
Analis PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova menuturkan antisipasi pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) mempengaruhi nilai tukar rupiah. Sedangkan rilis data neraca perdagangan mempengaruhi laju nilai tukar rupiah di awal pekan ini.
Ekspor pada Juli turun diikuti impor, Rully menilai hal itu ada indikasi perlambatan ekonomi. Kalau pendapatan masyarakat tinggi maka mendorong impor lebih besar.
"Ini menandakan ada perlambatan. Pelaku pasar merespons negatif karena pertumbuhan ekonomi kuartal III 2015 juga belum terlalu baik. Jadi memang rupiah dipengaruhi data ekspor impor pada hari ini," ujar Rully saat dihubungi Liputan6.com.
Rully menambahkan, Bank Indonesia (BI) akan tetap di pasar. BI akan intervensi di pasar dengan kisaran 13.800-13.840 per dolar AS. (Ahm/Gdn)
Source: liputan6.com
|
Pengusaha Prediksi BI Rate Tetap 7,5% |
Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan (BI rate) di level 7,5 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari ini.
"BI rate tetap ya rasanya. Harus hati-hati artinya dalam situasi konservatif saja nggak bisa prediksi. Kalau nggak naik pun, pokoknya pertahankan jangan naik dari 7,5 persen," ujarnya di kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa (18/8/2015).
Meski demikian, dia berharap BI mau menurunkan tingkat suku bunga acuannya. Menurut dia, level [BI rate](2287079 "") saat ini yang bertahan pada angka 7,5 persen terlalu tinggi sehingga sulit mendorong sektor usaha.
"Kita berharap ya diturunkan karena itu kan tinggi. Tapi kita juga menyadari kalau itu turun nanti sinyalnya ditangkap pasar akan beda. Begitu dia turun rupiah akan semakin nggak karuan karena sekarang saja sudah begini," lanjut dia.
Di samping itu, dia juga berharap kondisi ekonomi kembali normal ditengah buruknya kondisi makro saat ini. Terlebih lagi kondisi regional juga sedang memburuk lantaran ekonomi Jepang tengah mengalami kontraksi, ada insiden bom di Thailand serta kondisi perpolitikan Malaysia.
"Ini kan di regionalnya sendiri aja ada banyak masalah. Perlu perkuatan fundamental di dalam negeri yang bisa kita lakukan. Bagaimana mengendalikan impor lalu bagaimana mendorong upaya ekspor terutama dalam kaitan perjanjian multilateral dan bilateral," tandasnya. (Dny/Ndw)
Source: liputan6.com
|
BI Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan 7,5% |
Liputan6.com, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan BI Rate di level 7,5 persen, dengan suku bunga Deposit Facility 5,5 persen dan Lending Facility pada level 8 persen.
"Keputusan tersebut sejalan dengan upaya untuk menjaga agar inflasi berada pada kisaran sasaran inflasi plus minus 4 persen di 2015 dan 2016, " Jelas Gubernur Bank Indonesia, Agus DW Martowardojo, di Jakarta, Selasa (18/8/2015).
Bauran kebijakan Bank Indonesia secara konsisten tetap diarahkan pada upaya menjaga stabilitas makroekonomi, di tengah berlanjutnya ketidakpastian ekonomi global, serta menjaga pertumbuhan ekonomi melalui implementasi kebijakan makroprudensial yang akomodatif.
"Fokus kebijakan BI dalam jangka pendek akan diarahkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidaksabilan ekonomi Global," lanjut Mantan Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk tersebut.
Keputusan BI tersebut sesuai dengan prediksi dari Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani yang memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan (BI rate) di level 7,5 persen.
"BI rate tetap ya rasanya. Harus hati-hati artinya dalam situasi konservatif saja nggak bisa prediksi. Kalau nggak naik pun, pokoknya pertahankan jangan naik dari 7,5 persen," ujarnya.
Meski demikian, dia berharap BI mau menurunkan tingkat suku bunga acuannya. Menurut dia, level BI rate saat ini yang bertahan pada angka 7,5 persen terlalu tinggi sehingga sulit mendorong sektor usaha.
"Kita berharap ya diturunkan karena itu kan tinggi. Tapi kita juga menyadari kalau itu turun nanti sinyalnya ditangkap pasar akan beda. Begitu dia turun rupiah akan semakin nggak karuan karena sekarang saja sudah begini," lanjut dia.
Di samping itu, dia juga berharap kondisi ekonomi kembali normal ditengah buruknya kondisi makro saat ini. Terlebih lagi kondisi regional juga sedang memburuk lantaran ekonomi Jepang tengah mengalami kontraksi, ada insiden bom di Thailand serta kondisi perpolitikan Malaysia.
"Ini kan di regionalnya sendiri aja ada banyak masalah. Perlu perkuatan fundamental di dalam negeri yang bisa kita lakukan. Bagaimana mengendalikan impor lalu bagaimana mendorong upaya ekspor terutama dalam kaitan perjanjian multilateral dan bilateral," tandasnya. (Yas/Gdn)
Source: liputan6.com
|
BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 7,5% |
Liputan6.com, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan BI Rate di level 7,5 persen, dengan suku bunga Deposit Facility 5,5 persen dan Lending Facility pada level 8 persen.
"Keputusan tersebut sejalan dengan upaya untuk menjaga agar inflasi berada pada kisaran sasaran inflasi plus minus 4 persen di 2015 dan 2016, " Jelas Gubernur Bank Indonesia, Agus DW Martowardojo, di Jakarta, Selasa (18/8/2015).
Bauran kebijakan Bank Indonesia secara konsisten tetap diarahkan pada upaya menjaga stabilitas makroekonomi, di tengah berlanjutnya ketidakpastian ekonomi global, serta menjaga pertumbuhan ekonomi melalui implementasi kebijakan makroprudensial yang akomodatif.
"Fokus kebijakan BI dalam jangka pendek akan diarahkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidaksabilan ekonomi Global," lanjut Mantan Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk tersebut.
Keputusan BI tersebut sesuai dengan prediksi dari Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani yang memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan (BI rate) di level 7,5 persen.
"BI rate tetap ya rasanya. Harus hati-hati artinya dalam situasi konservatif saja nggak bisa prediksi. Kalau nggak naik pun, pokoknya pertahankan jangan naik dari 7,5 persen," ujarnya.
Meski demikian, dia berharap BI mau menurunkan tingkat suku bunga acuannya. Menurut dia, level BI rate saat ini yang bertahan pada angka 7,5 persen terlalu tinggi sehingga sulit mendorong sektor usaha.
"Kita berharap ya diturunkan karena itu kan tinggi. Tapi kita juga menyadari kalau itu turun nanti sinyalnya ditangkap pasar akan beda. Begitu dia turun rupiah akan semakin nggak karuan karena sekarang saja sudah begini," lanjut dia.
Di samping itu, dia juga berharap kondisi ekonomi kembali normal ditengah buruknya kondisi makro saat ini. Terlebih lagi kondisi regional juga sedang memburuk lantaran ekonomi Jepang tengah mengalami kontraksi, ada insiden bom di Thailand serta kondisi perpolitikan Malaysia.
"Ini kan di regionalnya sendiri aja ada banyak masalah. Perlu perkuatan fundamental di dalam negeri yang bisa kita lakukan. Bagaimana mengendalikan impor lalu bagaimana mendorong upaya ekspor terutama dalam kaitan perjanjian multilateral dan bilateral," tandasnya. (Yas/Gdn)
Source: liputan6.com
|
BI: Kami Sudah Mati-matian Menjaga Rupiah |
Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menilai posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang saat ini bergerak di atas level 13.800 per dolar AS tersebut sudah terlalu dalam (overshot).
Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo menegaskan, dengan pelemahan rupiah tersebut, Bank Indonesia terus berusaha maksimal untuk menjaga stabilitas rupiah sesuai dengan level fundamentalnya.
"Bank Indonesia itu tidak hanya khawatir, Bank Indonesia sudah mati-matian menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," kata Perry di Gedung Bank Indonesia, Selasa (18/8/2015).
Dikatakan Perry, kalau selama ini bank sentral selalu mengatakan ada di pasar dan melakukan langkah-langkah stabilitas lainnya seperti halnya intervensi, itu beberapa hal yang terus dilakukannya. Kalaupun nilai tukar saat ini bisa menyentuh level 13.800 per dolar AS, ini di luar perkiraan BI juga.
Untuk mengembalikan rupiah ke level fundamentalnya, ada beberapa hal yang akan lebih dioptimalkan oleh Bank Indonesia, diantaranya memaksimalkan instrumen Surat Berharga Indonesia (SBI) dan FX Swap.
Sementara di kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia agus DW Martowardojo mengatakan instrumen lain yang juga telah diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia kali ini untuk menjaga nilai tukar rupiah adalah ketentuan pembelian valuta asing (valas) yang harus menyertakan underlying.
"Kami selama ini mengatur yang sampai di atas US$100 ribu dalam sebulan baru pakai underlying, itu kita ubah di atas US$ 25 ribu dolar, itu harus menyampaikan underlying transaksi dan NPWP, itu nanti akan dikeluarkan dalam bentuk penyesuaian PBI," papar Agus.
Mengomentari pergerakan nilai tukar rupiah, Agus menganggap beberapa angka yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik mengenai neraca perdangan yang surplus, menunjukkan kinerja reformasi pemerintah yang positif. Sementara angka inflasi saat ini juga masih terkendali.
"Jadi tidak seharusnya nilai tukar rupiah itu melemah seperti sekarang ini atau kita sebut sudah tidak sesuai dengan fundamentalnya atau undervalued," tutup Agus. (Yas/Gdn)
Source: liputan6.com
|
Dalam 3 Bulan, Rupiah Melemah 2,4% |
Liputan6.com, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur yang diadakan oleh Bank Indonesia pada Selasa (18/8/2015) memutuskan bahwa BI Rate tetap di level 7,5 persen. Salah satu pertimbangan menahan suku bunga tersebut adalah pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS selama tiga bulan terahir, atau selama kuartal II 2015 dan juga ekpektasi nilai tukar rupiah untuk 3 bulan ke depan.
Dalam catatan BI, selama 3 bulan terakhir rupiah telah melemah 2,47 persen (quarter to quarter). "Tekanan terhadap rupiah pada triwulan II tersebut dipengaruhi antisipasi investor atas rencana kenaikkan suku bunga AS (FFR), dan Quantitative Easing ECB, serta dinamika negosiasi fiskal Yunani," kata Gubernur Bank Indonesai Agus DW Martowardojo di Gedung Bank Indonesia, Selasa (18/8/2015).
Dijelaskan Agus, dari sisi domestik, penyebab pelemahan rupiah juga berasal dari meningkatnya permintaan valuta asing (valas) untuk pembayaran utang dan dividen sesuai pola musiman pada triwulan II 2015. Namun, tekanan tersebut tertahan oleh sentimen positif terkait kenaikan outlook rating Indonesia oleh S&P dari stabil menjadi positif dan meningkatnya surplus neraca perdagangan.
Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa, sejalan dengan reaksi pasar global terhadap keputusan China yang melakukan depresiasi mata uang Yuan, hampir seluruh mata uang dunia, termasuk Rupiah, mengalami tekanan depresiasi.
"Rupiah mencatat pelemahan cukup dalam (overshoot) dan telah berada di bawah nilai fundamentalnya (undervalued)," tegas Agus.
Menyikapi perkembangan tersebut, Bank Indonesia telah dan akan terus berada di pasar untuk melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya, sehingga dapat mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Salah satu yang diputuskan BI dalam RDG hari ini untuk meminimalisir pelemahan rupiah terhadap dolar adalah pengetatan transaksi dengan menggunakan valuta asing.
"Kami selama ini mengatur yang sampai di atas US$ 100 ribu dalam sebulan baru pakai underlying, itu kita ubah di atas US$ 25 ribu, itu harus menyampaikan underlying transaksi dan NPWP, itu nanti akan dikeluarkan dalam bentuk penyesuaian PBI," tutup Agus. (Yas/Gdn)
Source: liputan6.com
|
Ekspor Lesu, Menkeu Salahkan Ekonomi Global |
Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan lesunya kinerja ekspor dan impor periode Juli 2015. Realisasi ekspor dan impor pada bulan ketujuh ini terkoreksi cukup dalam akibat perlambatan ekonomi global. Demikian pula yang dikatakan Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro.
Bambang menyalahkan kondisi perekonomian global dan pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sebagai pemicu tertekannya kinerja ekspor serta impor di Juli 2015. "Berarti globalnya memang lagi lesu. Sedangkan kalau impornya pengaruh dari kurs," ujar dia saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (18/8/2015).
Menurutnya, pemerintah belum dapat memproyeksikan kinerja ekspor impor sampai akhir tahun. Sebab hal itu akan tercermin dalam realisasi pertumbuhan ekonomi. "Tapi kita kan sekarang tidak mengandalkan ekspor impor lagi. Kita berharap industri manufaktur tetap jalan dengan meningkatkan produksi dalam negeri," terang Bambang.
Dari data BPS, realisasi ekspor Juli tahun ini mencapai US$ 11,41 miliar atau anjlok 15,53 persen dibanding Juni 2015. Sementara dibandingkan Juli 2014 yang sebesar US$ 14,12 miliar, raihan ekspor bulan ketujuh ini merosot signifikan sebesar 19,23 persen.
"Penurunan ekspor biasa terjadi menjelang dan saat Lebaran, jadi ini musiman saja. Ini juga terjadi pada tahun-tahun sebelumnya," kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, Adi Lumaksono.
Sepanjang Januari-Juli 2015, total ekspor susut 12,81 persen menjadi US$ 89,76 miliar secara year on year. Ekspor non migas mengalami pelemahan 7,55 persen sebesar US$ 78,37 miliar.
"Untuk kinerja ekspor sampai tahun ini, kita masih harap-harap cemas. Karena prospek ke depan melihat situasi global mengingat ada dampak dari kebijakan penyesuaian suku bunga acuan AS, dan depresiasi Yuan yang dikhawatirkan membuat barang China murah dan semakin banyak masuk ke Indonesia," terang Adi.
Dari sisi impor, kinerja impor Indonesia bulan ketujuh 2015 sebesar US$ 10,08 miliar atau anjlok 28,44 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Sedangkan dibanding Juni 2015, impor Juli 2015 turun signifikan 22,36 persen. Berasal dari penurunan migas 10,99 persen dan impor non migas turun 25,18 persen. Total impor Januari-Juli 2015 mencapai US$ 84,03 miliar atau turun 19,23 persen.
"Faktor global mempengaruhi volume, terjadi penurunan harga jenis komoditas untuk ekspor seperti crude palm oil (CPO). Tapi kita masih bersyukur penurunan ekspor lebih lambat dari impor sehingga surplus neraca perdagangan meningkat," ujar Adi. (Fik/Gdn)
Source: liputan6.com
|