Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali terpeleset pada perdagangan Jumat (14/8/2015). Hal itu dikarenakan data ritel AS positif meningkatkan harapan kenaikan suku bunga AS.
Menurut data Bloomberg, Jumat (14/8/2015), nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat pada level 13.811 pada pukul 10.50 WIB. Namun, gerak rupiah berbalik arah sehingga menguat di kisaran 13.760 per dolar AS pada pukul 12.21 WIB.
Nilai tukar rupiah dibuka naik tipis pada level 13.766 per dolar AS dari penutupan perdagangan Kamis 13 Agustus 2015 di kisaran 13.767 per dolar AS. Rupiah bergerak di kisaran 13.740-13.829 per dolar AS hingga Jumat siang.
Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 16 poin menjadi 13.763 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 13.747 per dolar AS.
"Rupiah diperkirakan melanjutkan normalisasinya atas respons kepanikan terhadap devaluasi Yuan di awal minggu. Adapun sedikit sentimen positif dinilai berhasil muncul menyusul perombakan menteri atau reshuffle kabinet kerja serta respons cepat para pengambil kebijakan terhadap pelemahan rupiah," ujar Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta.
Meski demikian, penurunan harga komoditas tetap akan memberikan alasan untuk pelemahan rupiah ke depan. Rangga menambahkan, pelaku pasar juga menunggu kejutan dari bank sentral Amerika Serikat (AS) ke depan terkait suku bunga. Pelaku pasar juga menanti pengumuman defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal II 2015 yang diperkirakan lebih tinggi dari kuartal I 2015. "Neraca transaksi berjalan di kisaran 2,4 persen-2,5 persen terhadap pertumbuhan ekonomi," kata Rangga.
Sementara itu, pengamat pasar modal Ellen May mengatakan, penguatan dolar AS karena data penjualan ritel AS lebih baik dari harapan.
Ia menilai, nilai tukar rupiah yang tergerus ke level 13.800 per dolar AS berpotensi memicu pelemahan rupiah lebih lanjut dengan level 14000 sebagai targetnya. "Potensi merangkak menuju 14.000 per dolar AS untuk target jangka pendeknya," kata Ellen.
Seperti diketahui, data penjualan ritel AS menguat 0,6 persen di atas harapan para analis sebesar 0,5 persen. Sebelumnya, jika data-data ekonomi mendukung, bank sentral AS/The Federal Reserve akan menaikkan suku bunga pada pertengahan tahun ini. Namun langkah tersebut urung dilakukan karena masih ada data yang tidak mendukung. Akan tetapi, The Fed diperkirakan tetap menaikkan suku bunga pada akhir 2015. (Ilh/Ahm)
Source: liputan6.com