Prev Agustus 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
26 27 28 29 30 31 01
02 03 04 05 06 07 08
09 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30 31 01 02 03 04 05
Berita Kurs Dollar pada hari Kamis, 13 Agustus 2015
Rupiah Mampu Menguat, Namun Belum Stabil

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mampu menguat pada awal perdagangan Kamis (13/8/2015). Namun penguatan rupiah dinilai belum stabil karena sentimen positif optimisme para pelaku pasar atas reshuffle kabinet akan memudar dan kembali ke sentimen dari eksternal yaitu kenaikan suku bunga AS dan devaluasi China.

Menurut data Bloomberg, Kamis (13/8/2015), nilai tukar menguat pada level 13.728 pada pukul 10.08 WIB. Nilai tukar rupiah dibuka pada level 12.815 per dolar AS, turun dari penutupan kemarin yang berada di level 13.800 per dolar AS. Sejak pagi hingga siang, nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.694 per dolar AS hingga 13.818 per dolar AS.

Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat tipis 0,08 persen menjadi 13.747 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 13.758 per dolar AS.

Head of Research & Analysis PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra menjelaskan, penguatan nilai tukar rupiah saat ini karena pasar memberikan tanggapan positif terhadap pergantian kabinet. Menteri-menteri yang dipilih oleh Presiden Jokowi tidak berbeda jauh dengan perkiraan para analis dan juga pelaku pasar. 

Untuk diketahui, pada Rabu (12/8/2015) kemarin Presiden Joko Widodo mengangkat Darmin Nasution sebagai Menko Perekonomian, Luhut Binsar Pandjaitan sebagai Menko Polhukam, Rizal Ramli sebagai Menko Kemaritiman, Sofyan Djalil sebagai Menteri PPN/Kepala Bappenas, dan Thomas Lembong sebagai Menteri Perdagangan.

Namun, Ariston melanjutkan, sentimen dari dalam negeri tersebut tidak hanya sentimen sementara karena kinerja dari para menteri-menteri baru tersebut belum terlihat. Pasar akan kembali melihat sentimen dari luar yang pasti juga akan berpengaruh kepada nilai tukar rupiah

"Jadi penguatan rupiah belum stabil, masih akan dipengaruhi devaluasi Yuan China dan outlook suku bunga AS masih on the track atau tidak," kata Ariston.

Para pelaku pasar kembali menimbang situasi terikini dan tidak larut dalam optimisme reshuffle kabibet pada hari kemarin. "Orang kembali ke faktual terkini" tambah Ariston

Pada selasa (11/8/2015) People`s Bank of China (PBC) atau Bank Sentral China sengaja melemahkan mata uangnya. Pelemahan itu sekitar 1,9 persen terhadap dolar Amerika Serikat.

Hal itu bertujuan untuk mempercepat laju ekonomi negeri tirai bambu. Pemangkasan tersebut memicu Yuan anjlok hingga mengalami penurunan harian terbesar sejak Januari 1994.

Di sisi lain, Bank Sentral AS The Fed berencana menaikan suku bunga pada 2015 ini. (Ilh/Gdn)


Source: liputan6.com
Polda Bengkulu Bakal Usut Uang Nasabah Mandiri yang Raib

Liputan6.com, Bengkulu - Direktorat Reserse dan Kriminal Umum (ditreskrimsus) Polda Bengkulu bakal melakukan pengusutan terhadap kejahatan perbankan yang terjadi di PT Bank Mandiri Tbk Cabang Bengkulu terkait aliran dana Rp 100 triliun yang sempat singgah di rekening nasabah atas nama Firdaus dan menyedot uang milik korban Firdaus sebesar Rp 49 juta melalui transaksi M-Banking.

Wakil Direktorat Reskrimsus Polda Bengkulu, AKBP Roh Hadi mengatakan, korban Firdaus yang melaporkan kehilangan uang sudah diperiksa dan dilakukan pemberkasan oleh penyidik Cyber Crime Polda Bengkulu terkait peristiwa hukum melonjaknya angka di rekening tabungan korban dan tersedotnya uang milik korban sesaat setelah uang Rp 100 triliun itu menghilang.

"Kita memeriksa terkait tindakan apa saja yang dilakukan korban, termasuk memeriksa seluruh data transaksi yang disimpan dalam laptop milik korban," kata Roh Hadi seperti ditulis Kamis (13/8/2015).

Penyidik Cyber Crime juga akan memanggil 4 orang dari pihak Bank Mandiri Bengkulu pada Senin mendatang. Mereka adalah Kepala Cabang Bank Mandiri S Parman, Customer Service, Kepala Bagian Kredit dan Petugas IT bank.

Saat ini tim penyidik sedang menelusuri pelanggaran yang dilakukan oleh pihak Bank Mandiri terkait pelanggaran Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik nomor 11 tahun 2008 dan Undang Undang Perlindungan Konsumen nomor 8 tahun 1999.

"Kami dalami terlebih dahulu kesalahan ada di pihak mana, apakah transaksi yang dilakukan pelapor atau kesalahan transaksi internal Bank secara kelembagaan, setelah kita periksa para saksi, baru kita simpulkan dan akan mengarah kemana kasus ini," tegas AKBP Roh Hadi.

Tanggapan Mandiri 

Sebelumnya, Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, Bank Mandiri telah melakukan penelusuran terhadap kasus yang menimpa dua orang nasabah di Bengkulu tersebut. Hasilnya, fraud yang terjadi dilakukan oleh sindikat.

"Kerja sindikat itu menyebar virus ke personal computer nasabah. Jadi sistem perbankan tidak terkena," tutur dia kepada Liputan6.com seperti ditulis, Rabu (12/8/2015).

Sindikat tersebut memang menyasar ke bank-bank yang mempunyai volume transaksi internet banking tinggi. Melalui virus tersebut, nasabah diarahkan sindikat tersebut untuk melakukan transaksi yang bisa membuat sindikat membobol rekening nasabah.

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, Rohan Hafas menambahkan, perseroan telah menerima pengaduan dari salah satu nasabah tersebut yaitu Firdaus atas transaksi transfer sebesar Rp 49.157.889.

"Kami telah melakukan penelusuran atas pengaduan tersebut. Dari hal itu, kami mendapati Bapak Firdaus terindikasi menjadi korban penipuan yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab dengan mencuri data-data nasabah melalui virus yang disebarkan ke komputer milik yang bersangkutan," tutur Rohan kepada Liputan6.com, Selasa (11/8/2015).

Untuk menindaklanjuti kasus pembobolan melalui virus tersebut, Bank Mandiri telah melaporkannya kepada OJK sebagai bentuk tanggung jawab dalam merespons keluhan nasabah atau masyarakat.

"Kami bersimpati atas musibah yang dialami Bapak Firdaus, namun kami menyayangkan nasabah memberikan informasi yang tidak benar mengenai saldo Rp 100 triliun dan hal ini dapat mengakibatkan konsekuensi hukum," jelas Rohan.

Menurut Rohan, saldo tersebut merupakan tulisan tangan nasabah bersangkutan. Sebagai institusi yang taat asas, Bank Mandiri akan mendukung pihak berwajib untuk menyelesaikan kasus ini, sekaligus mencegah kasus tersebut tidak terulang kembali sehingga tidak mengganggu kemajuan industri perbankan nasional.

Bank Mandiri pun menyampaikan kepada masyarakat agar mewaspadai jika ada permintaan-permintaan mencurigakan seperti sinkronisasi token. Masyarakat tidak perlu mengikuti perintah tersebut.

"Jika menghadapi permintaan dimaksud, masyarakat dapat melaporkannya ke contact center Bank terkait. Bagi nasabah Bank Mandiri dapat melaporkannya ke Mandiri Call 14000 atau melalui akun @mandiricare," tutup Rohan.

Kronologi Kasus

Untuk diketahui, dua orang nasabah Bank Mandiri cabang Bengkulu mengaku kehilangan uang mereka masing-masing sebesar Rp 49 juta dari rekening tabungannya.

"Saya biasa bertransaksi melalui sms banking dan saat cek saldo, uang saya berkurang Rp 49 juta," kata Firdaus, nasabah Bank Mandiri yang sudah melaporkan kasus ini ke Polda Bengkulu, seperti mengutip Antara.

Ia mengatakan, hilangnya uang dari rekening tabungan terjadi pada 15 Juni lalu, saat melakukan transaksi non tunai yakni mentransfer dana sebesar Rp 8 juta.

Setelah transaksi, ia justru mendapat laporan keberadaan arus transaksi dari rekeningnya ke rekening bank lain yakni BTN sebesar Rp 49 juta. Dana tersebut dikirim ke seseorang pemilik rekening BTN bernama Ristomatila yang berdomisili di Bali. "Padahal saya tidak pernah mengenal orangnya dan tidak pernah transfer dana itu," tegas dia.

Mengetahui kejanggalan tersebut, Firdaus langsung menghubungi pihak bank Mandiri dan melaporkan kejadian itu.

Memang usai melaporkan kejadian tersebut, dana sebesar Rp 49 juta kembali masuk ke rekeningnya. Namun sayang, dana tersebut tak bisa ditarik.

Keganjilan terjadi saat memeriksa saldo melalui sms banking, Firdaus justru menemukan dana sebesar Rp 100 triliun terdapat dalam rekeningnya.

"Saya langsung telepon lagi pusat layanan pelanggan dan melaporkan adanya saldo mencapai Rp 100 triliun dan pihak bank langsung menonaktifkan sementara rekening saya," dia menguraikan.

Firdaus kemudian memperlihatkan selembar kertas berisi informasi saldo sebesar Rp 100 triliun dalam rekening tabungan yang sempat dicetaknya.

Hal mengejutkan selanjutnya, Firdaus justru kehilangan kembali uang yang sebesar Rp 49 juta, demikian pula dengan dana Rp 100 triliun tersebut.

Kasus ini pun sudah dilaporkan ke pihak bank, yang ternyata tidak bersedia mengganti dana yang hilang itu kembali. "Kami minta keadilan, karena kasus serupa ini bisa saja menimpa nasabah lain," ucap Firdaus.

Firdaus mengharapkan laporan yang sudah disampaikan ke Polda Bengkulu pada 26 Juni dapat ditindaklanjuti sehingga ada kejelasan tentang pihak yang bertanggung jawab dalam kasus ini.

Kasus serupa juga dialami Seprialdi yang kehilangan dana sebesar Rp 49 juta dari rekening tabungannya pada 29 Juni 2015.

"Saya langsung menghubungi Mandiri pusat dan mereka berjanji menyelesaikan masalah ini hingga 6 Agustus, tapi sampai sekarang tidak ada kejelasan," katanya

(Yuliardi Hardjo Putra/Gdn)


Source: liputan6.com
Pemerintah Waspadai Pelemahan Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Empat lembaga keuangan negara kembali menggelar Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) paska pemerintah China sengaja melemahkan nilai tukar mata uang Yuan 1,9 persen dan 1,6 persen. Kebijakan tersebut memicu depresiasi kurs rupiah hingga menembus level di kisaran Rp 13.800 per dolar ‎Amerika Serikat (AS).

Rapat tersebut dihadiri pimpinan empat lembaga keuangan tersebut, antara lain, Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo‎, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) C Heru Budiargo.

FKSSK hari ini (13/8/2015) yang berlangsung di Gedung Kementerian Keuangan, semakin spesial dengan kehadiran Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution. Eks Gubernur BI itu ‎menghadiri rapat penting tersebut di hari pertamanya bekerja.

Menkeu Bambang mengakui hal itu. "Rapat FKSSK kali ini lebih spesial karena ada Pak Menko Perekonomian karena baru dilantik. Ini menunjukkan komitmen beliau untuk bersama menjaga stabilitas sistem keuangan di Indonesia," ujar dia saat Konferensi Pers FKSSK.

Menurut Bambang, kondisi makro ekonomi Indonesia terkendali meski ada tantangan besar dari eksternal maupun domestik. Demikian kesimpulan rapat FKKSK. "Memang ada tekanan rupiah, pasar saham dan pasar surat berharga negara, jadi kami siap memperkuat koordinasi dan mengambil kebijakan sesuai kewenangan masing-masing pasar," terang Bambang.

Dia menegaskan stabilitas keuangan Indonesia masih terjaga dan terkendali, namun FKSSK akan terus meningkatkan kewaspadaan terkait pasar uang dan kurs rupiah.

‎Dalam kesempatan yang sama, Menko Perekonomian Darmin Nasution mengapresiasi undangan empat lembaga keuangan FKSSK. "Ini langkah yang bagus untuk mempererat koordinasi dan kerjasama diantara instansi pemerintahan dengan beberapa otoritas yang menyangkut sektor," ujar Darmin.

Sementara itu, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, depresiasi kurs rupiah semakin dalam karena kebijakan devaluasi Yuan beberapa hari ini. Penyebabnya, tambah dia, karena China sengaja mendevaluasi mata uangnya 1,9 persen terhadap dolar AS per 11 Agustus 2015 dan 1,6 persen pada 12 Agustus ini.

"Karena di China terjadi pelemahan kinerja ekspor, capital outflow, sehingga kebijakan ini berdampak negatif terhadap mayoritas mata uang negara lain, termasuk Indonesia," tutur dia.

‎Dinamika pasar tersebut, dinilai Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad, menimbulkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi. "Tapi secara umum sistem stabilitas sistem keuangan kita cukup terkendali. Buktinya IHSG naik 1,6 persen. Jadi memang dinamika pasar terus berjalan," kata Muliaman. (Fik/Ahm)


Source: liputan6.com
Penjelasan Gubernur BI Soal Rupiah Terpuruk Akibat Yuan

Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus berlanjut. Depresiasi rupiah mencapai 10,16 persen pada Rabu (12/8/2015) kemarin.

Biang kerok keterpurukan kurs rupiah dan sejumlah mata uang negara lain adalah kebijakan China yang sengaja melemahkan (devaluasi) mata uang Yuan.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo mengungkapkan, fenomena penguatan dolar AS terus memberi tekanan pada rupiah dengan depresiasi 2,47 persen per kuartal, terutama dipicu kekhawatiran kenaikan suku bunga acuan The Fed dan penyelesaian krisis Yunani.

"Apalagi pertumbuhan ekonomi Indonesia belum menggembirakan di kuartal II 2015, tapi indikator ekonomi seperti inflasi, defisit neraca transaksi berjalan, neraca perdagangan dalam kondisi lebih baik," terangnya saat Konferensi Pers FKSSK di kantor Kemenkeu, Jakarta, Kamis (13/8/2015).

Sentimen spekulasi penyesuaian Fed Fund Rate belum usai, kini devaluasi mata uang Yuan yang dilakukan pemerintah China justru semakin menekan rupiah lebih dalam.

Negeri Tirai Bambu ini, sengaja mendepresiasi Yuan sebesar 1,9 persen terhadap dolar AS pada 11 Agustus 2015. Kemudian kembali melemahkan mata uangnya 1,6 persen di 12 Agustus 2015.

"Kebijakan ini dilakukan China karena melihat terjadi pelemahan kinerja ekspor dari ‎tumbuh positif menjadi negatif, banyaknya capital outflow, sehingga kebijakan tersebut berdampak negatif terhadap mayoritas hampir seluruh mata uang di dunia, termasuk Indonesia," papar dia.

Parahnya lagi, dikatakan Agus, data terkini AS di sektor ketenagakerjaan mengindikasikan pertumbuhan positif sehingga diperkirakan penyesuaian suku bunga acuan AS akan lebih cepat.

"Rupiah sampai 12 Agustus 2015, terdepresiasi 10,16 persen atau lebih besar dari pelemahan mata uang Korea 8,35 persen, Thailand 6,62 persen dan Yen Jepang 3,96 persen. Tapi pelemahan rupiah lebih rendah dibanding depresiasi mata uang Malaysia 13,16 persen, Turki 16 persen lebih, Brazil 29,4 persen, dan Australia 10,16 persen," terang dia.

‎BI, dia memastikan akan terus menjaga stabilitas makro ekonomi dan stabilitas sistem keuangan melalui bauran kebijakan. "BI menempuh kebijakan pruden dalam mencapai target inflasi, menjaga likuiditas perekonomian di tingkat pusat dan daerah, melakukan stabilisasi di pasar valas, aturan penggunaan rupiah di NKRI dan sebagainya," cetus Agus.

‎Sementara menurut Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro, kondisi makro ekonomi Indonesia terkendali meski ada tantangan besar dari eksternal maupun domestik.

"Memang ada tekanan rupiah, pasar saham dan pasar surat berharga negara, jadi kami siap memperkuat koordinasi dan mengambil kebijakan sesuai kewenangan masing-masing pasar. FKSSK akan terus meningkatkan kewaspadaan terkait pasar uang dan kurs rupiah," pungkas dia. (Fik/Nrm)


Source: liputan6.com
Bank Mandiri, Bank Pertama di Dunia yang Punya Aplikasi TKI

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk bersama PT Sebangsa Bersama (Sebangsa) menghadirkan aplikasi `Sahabat BMI`, yang merupakan sosial media di atas platform Sebangsa.

Dengan peluncuran aplikasi khusus untuk BMI tersebut, menjadikan bank BUMN ini sebagai bank pertama di dunia yang memiliki aplikasi untuk buruh migran.

Aplikasi ini dapat digunakan untuk mengakses informasi dan berita terupdate dari Indonesia serta berbagai hal yang terkait dengan BMI.

Direktur Utama PT Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan, aplikasi ini didesain untuk menghubungkan BMI di seluruh dunia sehingga terbentuk satu komunitas global yang memiliki rasa kebersamaan dan semangat nasionalisme kuat untuk bersama-sama maju dan meraih kehidupan yang lebih baik.

“Dalam menyambut HUT kemerdekaan Indonesia ke-70, kami ingin mendedikasikan aplikasi ini kepada para pahlawan devisa Indonesia agar mereka dapat selalu terkoneksi dengan sesama BMI di berbagai penjuru dunia dan keluarga di Indonesia, termasuk kalangan pemerintah yang terkait serta pelaku usaha yang menjadi mentor dan Bapak Asuh,” tutur dia di Jakarta, Kamis (13/8/2015).

Aplikasi ini dilengkapi dengan konten-konten sesuai kebutuhan para BMI seperti kanal Fokus BMI (informasi tentang BMI), cerita kampung halaman, hotline call center BMI, serta pembukaan grup yang dapat didesain secara personal (customized) sesuai dengan ketertarikan dan kebutuhan BMI.

Di samping itu, pada aplikasi ini juga tersedia kanal Bapak Asuh yang akan memberikan mentoring dan pelatihan untuk pengembangan usaha dalam program Mandiri Sahabatku yang diikuti BMI.

Budi menambahkan, aplikasi ini juga dimaksudkan untuk membantu BMI yang mengikuti program Mandiri Sahabatku untuk dapat terus berinteraksi dengan sesama peserta Mandiri Sahabatku ataupun dengan mentor.

Pada tahap awal, aplikasi ini diharapkan dapat menyatukan sedikitnya 50 ribu BMI untuk kemudian menjadi pengguna aktif.

Atas hal itu, Bank Mandiri akan bekerja sama dengan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Kementerian Luar Negeri serta instansi-instansi terkait yang mengayomi pekerja migran di luar negeri untuk mensosialisasikan aplikasi ini.

Untuk mengakses aplikasi ini, BMI dapat mengunduh aplikasi “Sebangsa” dan mendaftar sebagai anggota BMI di Apple Store (IOS) & Google Play (Android). Sementara, untuk informasi lebih lanjut terdapat pada http://bmi.sebangsa.com.

“Kedepan, platform ini akan kami kembangkan dengan penambahan fitur-fitur yang diharapkan dapat semakin memudahkan BMI dalam melakukan aktivitas rutin, serta mengembangkan diri melalui program Mandiri Sahabatku,” tambah Budi.

Program Mandiri Sahabatku sendiri merupakan program entrepreneurship Bank Mandiri yang memiliki tujuan untuk mensejahterakan para BMI.

Program ini memberikan ilmu kewirausahaan bagi para BMI agar di masa depan mereka tidak kembali menjadi BMI, melainkan membuka usaha dengan memanfaatkan peluang bisnis yang ada di kampung halaman mereka.

Pada kesempatan ini pula di launching program Bapak Asuh (Program Dadi Majikan) dimana para BMI purna (BMI yang sudah kembali ke Indonesia) diberikan pelatihan dari para pengusaha nasional dan berpengalaman untuk memulai usaha di Indonesia.

Bank Mandiri bekerja sama dengan Johnny Andrean salon untuk memberikan pelatihan tentang keterampilan salon dan kecantikan kepada BMI purna di 5 kota di Indonesia. (Yas/Nrm)


Source: liputan6.com
Bankir Ini Akui Kondisi Ekonomi 2015 Lebih Berat dari 2013

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi ekonomi global yang tidak menentu ikut melemahkan beberapa mata uang negara berkembang. Hal itu ditambah dengan kebijakan China yang melemahkan mata uangnya, Yuan.

Akibatnya, beberapa perbankan memperketat likuiditas mereka. Perbankan pun terus memutar otak untuk bisa menumbuhkan laba perusahaan demi kelangsungan bisnis.

Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Budi Gunadi Sadikin mengaku apa yang terjadi saat ini di luar dugaan.‎ Kondisi yang diperkirakan akan lebih baik dari 2013, justru lebih berat pada  tahun ini.

"‎Terus terang saja, sekarang lebih sulit dari 2013, yang saya pikir tidak lebih sulit dari 2013, semakin kesini kok loh..kesini kok makin pusing juga," kata dia di kantornya, Kamis (13/8/2015).

Budi menilai kondisi likuiditas yang semakin ketat belum tentu beres hingga akhir tahun ini. Untuk itu,dari Bank Mandiri memutuskan untuk m‎emangkas beberapa biaya.

Tidak hanya itu, untuk memperkuat perekonomian domestik, dia juga‎mengusulkan kepada pemerintah untuk lebih gencar meningkatkan kualitas industri dalam negeri sehingga dapat memberikan nilai tambah dari hasil produksinya.

Dia mencontohkan untuk meningkatkan konsumsi dan produksi dalam negeri, pihaknya berencana mengeluarkan kebijakan kepada karyawan Bank Mandiri untuk menggunakan batik setidaknya tiga kali dalam satu minggu.

"Jadi harus ada kegiatan yang bisa meningkatkan konsumsi dalam negeri, itu short term yang harus dilakukan," tegas dia.

Menurut Budi, untuk tetap survive kedepannya hal terpenting yang perlu dijaga adalah kualitas kredit. Dengan kata lain, perbankan yang mampu menjaga Nett Performing Loan (NPL) akan terus bertahan kedepannya. (Yas/Nrm)


Source: liputan6.com