Prev Agustus 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
26 27 28 29 30 31 01
02 03 04 05 06 07 08
09 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30 31 01 02 03 04 05
Berita Kurs Dollar pada hari Selasa, 11 Agustus 2015
Rupiah Berpotensi Tembus 13.700 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia diperkirakan masih akan terus-menerus mengalami depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sampai kepastian penyesuaian suku bunga acuan The Federal Reserve berakhir. Nilai tukar rupiah berpotensi menyentuh 13.700 per dolar AS.

Demikian diramalkan Kepala Ekonom PT Bank Danamon Tbk, Anton Hendranata. "Kurs rupiah diprediksi terus melemah sampai ke level 13.700 per dolar AS sampai ada kepastian kenaikan Fed Fund Rate. Isunya kebijakan itu dimulai September atau hingga Desember, tapi cuma The Fed dan Yellen (Gubernur The Fed) yang tahu‎," tegas dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Selasa (11/8/2015).

Menurut Anton, nilai mata uang dolar AS Rp 13.700 sudah ‎dalam level hati-hati atau lampu kuning mengingat persepsi pasar semakin negatif terhadap kondisi perekonomian global.

Parahnya lagi, sambung dia, pelaku pasar makin berspekulasi menanti pelemahan rupiah lebih dalam ke level 14.000 per dolar AS.

"Kalau sampai terus melemah, bisa krisis mata yang. Bank Indonesia sudah tidak punya keleluasaan menurunkan suku bunga acuan, intervensi tidak mudah dalam situasi sekarang, karena memaksakan intervensi (menggerus cadangan devisa) berlebihan ibarat menggarami air laut," terang dia.

Lanjutnya, kebijakan BI dalam penggunaan mata uang rupiah di wilayah NKRI belum maksimal karena kesulitan penegakan hukum mengingat masih banyak hotel dan importir yang bertransaksi memakai dolar AS di Indonesia.

Kuncinya, tambah Anton, pemerintah Joko Widodo (Jokowi) harus membalikkan keadaan perekonomian Indonesia di semester II 2015. Selanjutnya, menjaga inflasi karena ada potensi risiko El Nino sehingga mengakibatkan produksi pangan terganggu.

"Lalu strategi berikutnya menggenjot investasi. Pemerintah perlu memberi contoh ke swasta bahwa penyerapan anggaran untuk investasi lewat BUMN berjalan maksimal. Bagaimana swasta mau ikut investasi, kalau belanja modal pemerintah saja masih rendah di semester I. Jadi buktikan dulu," tandas dia. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
Lapor Uang Hilang, Nasabah Mandiri Dapat Transfer Rp 100 Triliun

Liputan6.com, Jakarta - Aksi kejahatan di sektor perbankan kembali terjadi. Dua orang nasabah Bank Mandiri cabang Bengkulu mengaku kehilangan uang mereka masing-masing sebesar Rp 49 juta dari rekening tabungannya.

"Saya biasa bertransaksi melalui sms banking dan saat cek saldo, uang saya berkurang Rp 49 juta," kata Firdaus, nasabah Bank Mandiri yang sudah melaporkan kasus ini ke Polda Bengkulu, seperti mengutip Antara, Selasa (11/8/2015). 

Ia mengatakan, hilangnya uang dari rekening tabungan terjadi pada 15 Juni lalu, saat melakukan transaksi non tunai yakni mentransfer dana sebesar Rp 8 juta.

Setelah transaksi, ia justru mendapat laporan keberadaan arus transaksi dari rekeningnya ke rekening bank lain yakni BTN sebesar Rp 49 juta. Dana tersebut dikirim ke seseorang pemilik rekening BTN bernama Ristomatila yang berdomisili di Bali. "Padahal saya tidak pernah mengenal orangnya dan tidak pernah transfer dana itu," tegas dia.

Mengetahui kejanggalan tersebut, Firdaus langsung menghubungi pihak bank Mandiri dan melaporkan kejadian itu.

Memang usai melaporkan kejadian tersebut, dana sebesar Rp 49 juta kembali masuk ke rekeningnya. Namun sayang, dana tersebut tak bisa ditarik.

Keganjilan terjadi saat memeriksa saldo melalui sms banking, Firdaus justru menemukan dana sebesar Rp 100 triliun terdapat dalam rekeningnya.

"Saya langsung telepon lagi pusat layanan pelanggan dan melaporkan adanya saldo mencapai Rp 100 triliun dan pihak bank langsung menonaktifkan sementara rekening saya," dia menguraikan.

Firdaus kemudian memperlihatkan selembar kertas berisi informasi saldo sebesar Rp 100 triliun dalam rekening tabungan yang sempat dicetaknya.

Hal mengejutkan selanjutnya, Firdaus justru kehilangan kembali uang yang sebesar Rp 49 juta, demikian pula dengan dana Rp 100 triliun tersebut.

Kasus ini pun sudah dilaporkan ke pihak bank, yang ternyata tidak bersedia mengganti dana yang hilang itu kembali. "Kami minta keadilan, karena kasus serupa ini bisa saja menimpa nasabah lain," ucapnya.

Firdaus mengharapkan laporan yang sudah disampaikan ke Polda Bengkulu pada 26 Juni dapat ditindaklanjuti sehingga ada kejelasan tentang pihak yang bertanggungjawab dalam kasus ini.

Kasus serupa juga dialami Seprialdi yang kehilangan dana sebesar Rp 49 juta dari rekening tabungannya pada 29 Juni 2015.

"Saya langsung menghubungi Mandiri pusat dan mereka berjanji menyelesaikan masalah ini hingga 6 Agustus, tapi sampai sekarang tidak ada kejelasan," katanya.

Saat dikonfirmasi, Senior Back Office Bank Mandiri Cabang Bengkulu Syafri mengelak memberikan keterangan. 

"Kejadiannya ada di kantor cabang Ahmad Yani, di sini memang kantor pusat Bengkulu tetapi silahkan anda menghubungi pihak kantor cabang A Yani saja," ujar Syafri saat dihubungi lewat telepon. (Ant/Nrm/Ahm)


Source: liputan6.com
Uang Rekening Nasabah Lenyap, Bank Harus Ganti Secara Penuh

Liputan6.com, Jakarta - Kasus fraud nasabah bank kembali terjadi. Kali ini menimpa nasabah Bank Mandiri di Bengkulu yang bernama Firdaus, yang kehilangan uang sebesar Rp 49 juta dari rekeningnya.

Terulangnya kembali aksi fraud untuk kesekian kalinya, membuat Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi buka suara.

Dia mengingatkan, dalam kasus seperti ini, kehilangan dana yang dialami nasabah harus ditanggung secara penuh pihak bank.

Namun syaratnya, secara meyakinkan bahwa nasabah tersebut tidak melakukan transaksi yang menyebabkan dana di dalam rekening tersedot.

"Kalau konsumen bisa meyakinkan bahwa dia tidak melakukan apapun, itu jadi tanggung jawab bank 100 persen. Jadi bank harus mengganti rugi kehilangan uang konsumen," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa (11/8/2015).

Dia menjelaskan, dalam kasus seperti ini biasanya ada dua jenis pembobolan, yaitu pembobolan yang dilakukan orang lain diluar bank yang bersangkutan, atau pembobolan yang dilakukan oleh internal bank itu sendiri.

"Kehilangan bisa karena dibobol orang luar dan itu menunjukan rapuhnya sistem pengamanan bank. Atau bisa saja dibobol oleh orang dalam. Dalam beberapa kasus dibobol oleh orang dalam bank," kata dia.

Penggantian uang nasabah ini, lanjut Tulus, harus dilakukan tanpa harus menunggu proses hukum. Pasalnya, penggantian uang masuk dalam ranah perdata. Sedangkan proses hukum dari pembobol masuk ranah pidana.

"Bank harus mengganti dulu, ini masalah perdata. Kalau proses hukum si pembobol adalah proses pidana. Ini lain soal. Itu pun kalau pembobolnya ketemu," tandas dia. (Dny/Nrm)


Source: liputan6.com
Tak Bisa Transaksi di ATM, Dana Nasabah Bank Mandiri Malah Raib

Liputan6.com, Jakarta - Pencurian uang nasabah lewat Anjungan Tunai Mandiri (ATM) kembali terjadi. Hilangnya dana tersebut menimpa salah satu nasabah PT Bank Mandiri Tbk. Neng Dara Affiah mempertanyakan raibnya dana sekitar Rp 10 juta di rekening Bank Mandiri.

Nong, adik Neng Dara menceritakan peristiwa tersebut terjadi dua minggu sebelum Lebaran tahun ini, kakaknya Neng Dara mengambil dana sekitar Rp 1 juta di salah satu minimarket di kecamatan Labuhan, Pandeglang, Banten.

Neng Dara mengambil uang di ATM bank Mandiri yang berada di minimarket. Ketika telah melakukan transaksi dan memasukkan pin ATM, dana yang diinginkan tidak keluar. Kemudian ada lelaki yang di belakang Neng berkata untuk tekan clear.

"Kakak saya spontan bilang tidak bisa ATM-nya. Telah melakukan transaksi masukkan nomor PIN, tetapi dananya tidak keluar. Lalu ada laki-laki yang ikut mengantre. Laki-laki itu bilang tekan clear saja. Kakak saya pikir laki-laki ini juga ikut antrean di ATM, dan tak bermaksud apa-apa. Lalu tekan clear, dan kartu ATM keluar," ujar Nong, saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (11/8/2015).

Ia melanjutkan, setelah mengalami gagal transaksi di ATM itu, kakaknya Neng Dara belum menyadari kalau yang dipegangnya bukan kartu ATM miliknya. Kemudian Neng Dara pergi ke bank Mandiri cabang Labuhan untuk menanyakan gagal transaksi di ATM.

"Setelah dicek oleh petugas Bank Mandiri ternyata kartu milik orang lain atas nama laki-laki kalau tidak salah Faturrahman. Saldo di rekening tabungannya disisakan Rp 130 ribu," tutur Nong.

"Kakak saya tidak terima karena tidak pernah melakukan transaksi apa pun. Lalu dilakukan pengecekan rekening koran ternyata tiga kali transfer ke BCA, dan ada transaksi tunai," tambah Nong.

Nong menuturkan, Bank Mandiri pun tidak dapat berbuat apa-apa. Menurut Nong, Bank Mandiri menilai transaksi itu karena keteledoran nasabah. "Bank Mandiri juga minta untuk melapor ke polisi. Kakak saya langsung melapor kepada pihak kepolisian Labuhan. Dari pihak polisi belum ada kejelasan," kata Nong. (Ahm/Gdn)


Source: liputan6.com
Ini Jawaban Mandiri Soal Saldo Rp 100 Triliun Nasabah Bengkulu

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk memberikan klarifikasi mengenai pengaduan yang diajukan oleh dua nasabahnya kantor Cabang Bengkulu yang kehilangan dana di rekeningnya sebesar Rp 49 juta. Bank Mandiri mengklaim, nasabah tersebut tidak memberikan informasi yang benar. 

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, Rohan Hafas menjelaskan perseroan telah menerima pengaduan dari salah satu nasabah tersebut yaitu Firdaus atas transaksi transfer sebesar Rp 49.157.889.

"Kami telah melakukan penelusuran atas pengaduan tersebut. Dari hal itu, kami mendapati Bapak Firdaus terindikasi menjadi korban penipuan yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab dengan mencuri data-data nasabah melalui virus yang disebarkan ke komputer milik yang bersangkutan," tutur Rohan kepada Liputan6.com, Selasa (11/8/2015).

Untuk menindaklanjuti kasus pembobolan melalui virus tersebut,  Bank Mandiri telah melaporkannya kepada OJK sebagai bentuk tanggung jawab dalam merespons keluhan nasabah atau masyarakat.

"Kami bersimpati atas musibah yang dialami Bapak Firdaus, namun kami menyayangkan nasabah memberikan informasi yang tidak benar mengenai saldo Rp 100 triliun dan hal ini dapat mengakibatkan konsekuensi hukum," jelas Rohan. 

Menurut Rohan, saldo tersebut merupakan tulisan tangan nasabah bersangkutan. Sebagai institusi yang taat asas, Bank Mandiri akan mendukung pihak berwajib untuk menyelesaikan kasus ini, sekaligus mencegah kasus tersebut tidak terulang kembali sehingga tidak mengganggu kemajuan industri perbankan nasional.

Bank Mandiri pun menyampaikan kepada masyarakat agar mewaspadai jika ada permintaan-permintaan mencurigakan seperti sinkronisasi token. Masyarakat tidak perlu mengikuti perintah tersebut.

"jika menghadapi permintaan di maksud, masyarakat dapat melaporkannya ke contact center Bank terkait. Bagi nasabah Bank Mandiri dapat melaporkannya ke Mandiri Call 14000 atau melalui akun @mandiricare," tutup Rohan. 

Untuk diketahui, dua orang nasabah Bank Mandiri cabang Bengkulu mengaku kehilangan uang mereka masing-masing sebesar Rp 49 juta dari rekening tabungannya.

"Saya biasa bertransaksi melalui sms banking dan saat cek saldo, uang saya berkurang Rp 49 juta," kata Firdaus, nasabah Bank Mandiri yang sudah melaporkan kasus ini ke Polda Bengkulu, seperti mengutip Antara.

Ia mengatakan, hilangnya uang dari rekening tabungan terjadi pada 15 Juni lalu, saat melakukan transaksi non tunai yakni mentransfer dana sebesar Rp 8 juta.

Setelah transaksi, ia justru mendapat laporan keberadaan arus transaksi dari rekeningnya ke rekening bank lain yakni BTN sebesar Rp 49 juta. Dana tersebut dikirim ke seseorang pemilik rekening BTN bernama Ristomatila yang berdomisili di Bali. "Padahal saya tidak pernah mengenal orangnya dan tidak pernah transfer dana itu," tegas dia.

Mengetahui kejanggalan tersebut, Firdaus langsung menghubungi pihak bank Mandiri dan melaporkan kejadian itu.

Memang usai melaporkan kejadian tersebut, dana sebesar Rp 49 juta kembali masuk ke rekeningnya. Namun sayang, dana tersebut tak bisa ditarik.

Keganjilan terjadi saat memeriksa saldo melalui sms banking, Firdaus justru menemukan dana sebesar Rp 100 triliun terdapat dalam rekeningnya.

"Saya langsung telepon lagi pusat layanan pelanggan dan melaporkan adanya saldo mencapai Rp 100 triliun dan pihak bank langsung menonaktifkan sementara rekening saya," dia menguraikan.

Firdaus kemudian memperlihatkan selembar kertas berisi informasi saldo sebesar Rp 100 triliun dalam rekening tabungan yang sempat dicetaknya.

Hal mengejutkan selanjutnya, Firdaus justru kehilangan kembali uang yang sebesar Rp 49 juta, demikian pula dengan dana Rp 100 triliun tersebut.

Kasus ini pun sudah dilaporkan ke pihak bank, yang ternyata tidak bersedia mengganti dana yang hilang itu kembali. "Kami minta keadilan, karena kasus serupa ini bisa saja menimpa nasabah lain," ucap Firdaus.

Firdaus mengharapkan laporan yang sudah disampaikan ke Polda Bengkulu pada 26 Juni dapat ditindaklanjuti sehingga ada kejelasan tentang pihak yang bertanggung jawab dalam kasus ini.

Kasus serupa juga dialami Seprialdi yang kehilangan dana sebesar Rp 49 juta dari rekening tabungannya pada 29 Juni 2015.

"Saya langsung menghubungi Mandiri pusat dan mereka berjanji menyelesaikan masalah ini hingga 6 Agustus, tapi sampai sekarang tidak ada kejelasan," katanya.

Saat dikonfirmasi, Senior Back Office Bank Mandiri Cabang Bengkulu Syafri mengelak memberikan keterangan.

"Kejadiannya ada di kantor cabang Ahmad Yani, di sini memang kantor pusat Bengkulu tetapi silakan Anda menghubungi pihak kantor cabang A Yani saja," ujar Syafri saat dihubungi lewat telepon. (Gdn/Ahm)


Source: liputan6.com
Kisah 2 Orang Kaya Mendadak, Rekening Ada Duit Ratusan Triliun

Liputan6.com, Jakarta - Aksi fraud di dunia perbankan terjadi di mana saja dan bisa menimpa siapa saja. Modus fraud pun beragam. Sebagian besar terjadi melalui aktivitas transaksi elektronik.

Hal menariknya, aksi fraud ini kerap menjadikan seseorang bisa memiliki uang tak terkira yang masuk ke dalam rekeningnya. Mereka pun bisa dikatakan pernah mencicipi menjadi orang terkaya di dunia. Meski ini hanya sesaat dan belum sempat menikmati uang tersebut. 

Ini yang terjadi pada dua orang berbeda kenegaraan, yakni Firdaus warga Bengkulu, Indonesia dan Urmila Yadav, warga India.

Seperti dirangkum Liputan6.com, Selasa (11/8/2015), kedua orang dari dua negara berbeda ini, pernah mendapatkan gelontoran uang hingga ratusan triliun rupiah dalam rekeningnya.

Firdaus, warga Bengkulu, awalnya hanya melaporkan kehilangan uang dalam rekening senilai Rp 49 juta. "Saya biasa bertransaksi melalui sms banking dan saat cek saldo, uang saya berkurang Rp 49 juta," kata Firdaus, seperti mengutip Antara.

Kehilangan uang dari rekening tabungan terjadi pada 15 Juni lalu, saat melakukan transaksi non tunai yakni mentransfer dana sebesar Rp 8 juta. Setelah transaksi, ia justru mendapat laporan keberadaan arus transaksi dari rekeningnya ke rekening bank lain yakni BTN sebesar Rp 49 juta.

Mengetahui kejanggalan tersebut, Firdaus langsung menghubungi bank Mandiri dan melaporkan kejadian itu. Memang usai melaporkan kejadian tersebut, dana sebesar Rp 49 juta kembali masuk ke rekeningnya. Namun sayang, dana tersebut tak bisa ditarik.

Keganjilan terjadi saat memeriksa saldo melalui sms banking, Firdaus justru menemukan dana sebesar Rp 100 triliun terdapat dalam rekeningnya.

"Saya langsung telepon lagi pusat layanan pelanggan dan melaporkan adanya saldo mencapai Rp 100 triliun dan pihak bank langsung menonaktifkan sementara rekening saya," dia menguraikan.

Firdaus kemudian memperlihatkan selembar kertas berisi informasi saldo sebesar Rp 100 triliun dalam rekening tabungan yang sempat dicetaknya.

Hal mengejutkan selanjutnya, Firdaus justru kehilangan kembali uang yang sebesar Rp 49 juta, demikian pula dengan dana Rp 100 triliun tersebut.

Kasus ini pun sudah dilaporkan ke pihak bank, yang ternyata tidak bersedia mengganti dana yang hilang itu kembali. Hingga akhirnya, dia melapor ke Polda Bengkulu. 

 


Source: liputan6.com
YLKI: Nasabah Bank Harus Waspada Saat Lakukan Transaksi Online

Liputan6.com, Jakarta - Kasus kehilangan uang dalam rekening nasabah sebuah bank masih sering terjadi di Indonesia. Terakhir, nasabah dua nasabah Bank Mandiri cabang Bengkulu mengaku kehilangan uang sebesar Rp 49 juta pada rekeningnya.

Menanggapi hal ini, Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi mengatakan, bahwa kasus-kasus kehilangan uang dalam rekening ini harus menjadi perhatian bagi masyarakat sebagai nasabah dari sebuah bank.

Utamanya, para nasabah harus harus berhati-hati saat melakukan transaksi online. Pasalnya menurut Tulus, kelemahan transaksi online di Indonesia yaitu masih rapuhnya sistem keamanan perbankan untuk transaksi online.

"Ini pelajaran untuk konsumen lain soal transaksi online, ini bisa jadi dibobol melalui transaksi online itu," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa (11/8/2015).

Namun menurut Tulus, kasus pembobolan via transaksi online ini tidak sepenuhnya merupakan kesalahan dari bank. Nasabah juga terkadang dinilai menyepelekan soal upgrade layanan keamanan yang sebenarnya telah disediakan.

"Karena salah satu kelemahan transaksi transaksi online adalah pembobolan lewat software konsumen. Karena tidak pernah di update atau terkena virus makanya bisa bisa dibobol dengan mudah," kata dia.

Tulus mengungkapkan, untuk kasus kehilangan uang dalam rekening semacam ini memang jarang diadukan kepada pihaknya. Pasalnya kasus seperti ini juga terjadi pada individual.

"Ada beberapa, tapi sudah lama, karena seperti ini kan kasus per kasus. Ada juga yang sampai menggugat ke pengadilan karena uangnya Rp 249 juta hilang di bank lokal. Tapi yang jelas konsumen harus hati-hati saat melakukan transaksi online," tandasnya. 

Sebelumnya, dua orang nasabah Bank Mandiri cabang Bengkulu mengaku kehilangan uang mereka masing-masing sebesar Rp 49 juta dari rekening tabungannya.

"Saya biasa bertransaksi melalui sms banking dan saat cek saldo, uang saya berkurang Rp 49 juta," kata Firdaus, nasabah Bank Mandiri yang sudah melaporkan kasus ini ke Polda Bengkulu.

Ia mengatakan, hilangnya uang dari rekening tabungan terjadi pada 15 Juni lalu, saat melakukan transaksi non tunai yakni mentransfer dana sebesar Rp 8 juta.

Setelah transaksi, ia justru mendapat laporan keberadaan arus transaksi dari rekeningnya ke rekening bank lain yakni BTN sebesar Rp 49 juta. Dana tersebut dikirim ke seseorang pemilik rekening BTN bernama Ristomatila yang berdomisili di Bali. "Padahal saya tidak pernah mengenal orangnya dan tidak pernah transfer dana itu," tegas dia.

Mengetahui kejanggalan tersebut, Firdaus langsung menghubungi pihak bank Mandiri dan melaporkan kejadian itu.

Memang usai melaporkan kejadian tersebut, dana sebesar Rp 49 juta kembali masuk ke rekeningnya. Namun sayang, dana tersebut tak bisa ditarik.

Keganjilan terjadi saat memeriksa saldo melalui sms banking, Firdaus justru menemukan dana sebesar Rp 100 triliun terdapat dalam rekeningnya.

"Saya langsung telepon lagi pusat layanan pelanggan dan melaporkan adanya saldo mencapai Rp 100 triliun dan pihak bank langsung menonaktifkan sementara rekening saya," dia menguraikan.

Firdaus kemudian memperlihatkan selembar kertas berisi informasi saldo sebesar Rp 100 triliun dalam rekening tabungan yang sempat dicetaknya.

Hal mengejutkan selanjutnya, Firdaus justru kehilangan kembali uang yang sebesar Rp 49 juta, demikian pula dengan dana Rp 100 triliun tersebut.

Kasus ini pun sudah dilaporkan ke pihak bank, yang ternyata tidak bersedia mengganti dana yang hilang itu kembali. "Kami minta keadilan, karena kasus serupa ini bisa saja menimpa nasabah lain," ucapnya.

Firdaus mengharapkan laporan yang sudah disampaikan ke Polda Bengkulu pada 26 Juni dapat ditindaklanjuti sehingga ada kejelasan tentang pihak yang bertanggung jawab dalam kasus ini.

Kasus serupa juga dialami Seprialdi yang kehilangan dana sebesar Rp 49 juta dari rekening tabungannya pada 29 Juni 2015.

"Saya langsung menghubungi Mandiri pusat dan mereka berjanji menyelesaikan masalah ini hingga 6 Agustus, tapi sampai sekarang tidak ada kejelasan," katanya.

Saat dikonfirmasi, Senior Back Office Bank Mandiri cabang Bengkulu Syafri mengelak memberikan keterangan.

"Kejadiannya ada di kantor cabang Ahmad Yani, di sini memang kantor pusat Bengkulu tetapi silakan Anda menghubungi pihak kantor cabang A Yani saja," ujar Syafri saat dihubungi lewat telepon. (Dny/Gdn)


Source: liputan6.com
Rupiah Semakin Terkapar ke Level 13.597 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah menyentuh level terendah sejak 1998 pada perdagangan Selasa (11/8/2015). Komentar dari wakil ketua The Fed tak bisa belum bisa mendorong rupiah. Sentimen perlambatan ekonomi nasional dan rendahnya harga komoditas lebih mendominasi pergerakan nilai tukar rupiah.

Menurut data Bloomberg, Selasa (11/8/2015) rupiah sempat menyentuh level 13.597 pada pukul 10.45 WIB. Level tersebut merupakan level terendah dalam 17 tahun terakhir setelah sempat menyentuh level 15.000 pada 1998 lalu.

Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah menjadi 13.541 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 13.536 per dolar AS. 

Ekonom PT Bank Saudara Tbk Rully Nova menjelaskan, sebenarnya ada sentimen positif yang bisa mengangkat nilai tukar rupiah. Sentimen tersebut adalah memudarnya keyakinan bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS) bakal menaikkan suku bunga pada September 2015 nanti. Namun karena sentimen dari dalam negeri cukup besar, maka rupiah enggan untuk bergerak menguat. 

Faktor internal yang menekan nilai tukar rupiah adalah melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2015. Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2015 kemarin di level 4,67 persen, yang mana merupakan laju paling lambat sejak 2010. "Pertumbuhan ekonomi nasional tidak bagus-bagus amat hanya 4,6 persen," jelasnya. 

Selain itu, rendahnya harga komoditas di pasar international memukul negera negara exportir komoditas. "Negara-negara yang tergantung pada ekspor komoditas terpukul" tambah Rully.

Mengutip marketwatch.com, ekspektasi kenaikan suku bunga AS pada september sedikit memudar dikarenakan komentar Dovish dari Wakil ketua Federal Reserve Stanley Fischer. 

"Situasi yang menarik, dimana pekerjaan telah meningkat cukup cepat dibandingkan dengan kinerja sebelumnya, dan inflasi sangat rendah," kata Fischer. 

Selama ini Fischer dipandang sebagai orang kuat nomor dua di belakang ketua Fed Janet Yellen. Fischer juga mengatakan, jika The Fed hanya berfokus pada inflasi, itu terus mencoba lebih akomodatif, jika itu mungkin. (Ilh/Gdn)


Source: liputan6.com
Kronologi Nasabah Mandiri Dapat Uang Rp 100 Triliun Sesaat

Liputan6.com, Bengkulu - Dua orang nasabah pemilik rekening tabungan Bank Mandiri Cabang Bengkulu kehilangan uang sebesar Rp 49 juta. Belakangan diketahui uang mereka lari ke pemilik rekening yang terdaftar di kota Denpasar, Bali. 

Mereka adalah Firdaus pemilik rekening nomor 113.00.0980037.0 kehilangan uang sebesar Rp 49 juta, setelah dilacak, uang miliknya lari ke rekening Bank Tabungan Negara cabang Bali nomor 49.157.889, pemilik rekening itu tercatat atas nama Risto Mattila, warga negara Finlandia.

Pemilik rekening kedua adalah Seprinaldi Syukron dibobol, uang tabungan miliknya berkurang sebesar Rp 49.657.432. Belakangan diketahui, uang miliknya lari ke rekening salah seorang nasabah Bank Sinar Mas juga terdaftar di Cabang Bali.

Namun anehnya, rekening milik Firdaus, sempat membengkak menjadi lebih dari Rp 100 triliun, hanya berselang 5 menit, dia melaporkan peristiwa ini melalui call centre Bank Mandiri, rekeningnya langsung terblokir, bahkan uang miliknya lebih dari Rp 49 juta juga ikut hilang.

"Kami komplain ke pihak Bank, tetapi jawabannya kami terima surat yang mengatakan bahwa terjadi Phising dengan modus Malware, kami tidak mengerti apa itu, yang jelas, kami mau uang kami kembali," ujar Firdaus di Bengkulu seperti ditulis Selasa (11/8/2015).

Lengkapnya berikut kronologi hilangnya uang nasabah Bank Mandiri:


Source: liputan6.com
BI: Pelemahan Rupiah Karena Pengaruh dari China

Liputan6.com, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara menjelaskan, pelemahan rupiah yang terjadi pada Selasa (11/8/2015), lebih disebabkan karena reaksi pelaku pasar terhadap keputusan pemerintah China yang melakukan depresiasi dengan melebarkan rentang mata uangnya (currency band).

Pelebaran rentang mata uang tersebut dilakukan oleh pemerintah China untuk mengurangi pelarian modal, meningkatkan daya saing Yuan agar mendorong ekspor  dan melindungi investor dalam negeri.

"Saat ini mata uang Jepang, Korea dan Eropa, yang merupakan pesaing dagang utama China sudah mengalami depresiasi yang cukup besar," jelas Mirza. 

Di sisi lain, kebijakan di China tersebut berpengaruh terhadap seluruh mata uang regional termasuk rupiah. Hampir seluruh mata uang global melemah terhadap dolar AS.

Pengaruh kebijakan di China terhadap rupiah, tidak sebesar pengaruh yang terjadi pada dolar singapura, won Korea, dolar Taiwan, dan bath Thailand.

"Kami meyakini bahwa hal ini akan bersifat sementara. Kami melihat bahwa saat ini rupiah undervalued dan dari dalam negeri sendiri, saat ini kami memandang rupiah sudah cukup kompetitif terhadap ekspor manufaktur, dan mampu mendorong turis masuk ke Indonesia,"

Sementara itu, perkembangan rupiah juga dipengaruhi oleh pembayaran utang dan deviden secara musiman, khususnya di triwulan II 2015. Bank Indonesia akan selalu memonitor perkembangan Rupiah dan terus menerus di pasar untuk menjaga volatilitas rupiah.

Untuk diketahui, menurut data Bloomberg, Selasa (11/8/2015) rupiah sempat menyentuh level 13.597 pada pukul 10.45 WIB. Level tersebut merupakan level terendah dalam 17 tahun terakhir setelah sempat menyentuh level 15.000 pada 1998 lalu.

Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah menjadi 13.541 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 13.536 per dolar AS. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com