Prev Agustus 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
26 27 28 29 30 31 01
02 03 04 05 06 07 08
09 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30 31 01 02 03 04 05
Berita Kurs Dollar pada hari Jumat, 07 Agustus 2015
Rupiah 13.536 per Dolar AS, Dekati Level Terendah di 1998

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah. Pelemahan tersebut terjadi karena adanya ekspektasi kenaikan suku bunga yang akan dilakukan oleh Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed). 

Menurut data Bloomberg, jumat (7/8/2015) pukul 10.20 WIB, rupiah diperdagangkan pada level 13.534 per dolar AS. Pada perdagangan sebelumnya, rupiah ditutup di level 13,529 per dolar AS. Sedangkan pada pembukaan hari ini, rupiah berada di level 13.535 per dolar AS. Sepanjang pagi hingga siang ini, rupiah berada di kisaran 13.510 per dolar AS hingga 13.548 per dolar AS.

Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 7 poin menjadi 15.536 per dolar AS dari 13.529 per dolar AS pada perdagangan kemarin. 

Sejak awal tahun ini, nilai tukar rupiah terus tertekan. Di awal Januari 2015,  rupiah berada di level  12.474 per dolar AS. Jika dihitung, rupiah telah melemah 8,5 persen. 

Posisi rupiah ini memang belum terlalu buruk jika dibandingkan dengan 1998 lalu. Saat itu, rupiah sempat menyentuh level 15.000 per dolar AS. Namun dalam kurun waktu 17 tahun terakhir, nilai tukar rupiah belum pernah tertekan cukup dalam seperti saat ini. 

Ada beberapa sentimen yang mempengaruhi pelemahan rupiah ini. Pertama tentu saja penguatan dolar AS karena ada ekspentasi rencana kenaikan suku bunga The Fed. "Ekspektasi tersebut juga menekan beberapa mata uang lain seperti Ringgit Malaysia," tutur Kepala Divisi Riset dan Analisis PT Monex Investindo (MIF), Ariston Tjendra. 

Namun selain sentimen dari luar, sentimen dari dalam negeri juga mempengaruhi nilai tukar rupiah. Pengumuman pertumbuhan ekonomi yang kembali melemah juga menekan nilai tukar rupiah karena investor melakukan aksi jual rupiah.

"Dari sebelumnya hanya wait and see menjadi akhirnya mengambil posisi," jelas Ekonom PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2015 sebesar 4,67 persen atau turun dari realisasi kuartal sebelumnya 4,72 persen. Hingga semester I, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,7 persen, turun dari periode yang sama tahun lalu sekitar 5,17 persen.

Level tersebut melambat karena dipicu lesunya perekonomian global, termasuk negara mitra dagang Indonesia dan pelemahan harga komoditas.

"Pertumbuhan ekonomi di kuartal II ini sebesar 4,67 persen dibanding periode sama 2014 (Year on year) dan 3,78 persen secara Q to q. Dengan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II 2015 atas dasar harga konstan Rp 2.293,3 triliun," kata Kepala BPS Suryamin‎.


Secara kumulatif, sambungnya, ekonomi Indonesia bertumbuh 4,7 persen pada semester I 2015 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. ‎"Pertumbuhan ekonomi Indonesia memang semakin melambat sejak kuartal I 2011 yang terealisasi 6,48 persen," ucap dia.

Suryamin menjelaskan, penyebab utama pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat karena kondisi serupa yang dihadapi perekonomian global sepanjang periode April-Juni 2015. Hal ini, lanjutnya, sebagai dampak rendahnya harga berbagai komoditas di pasar internasional. Komoditas yang masih mencatatkan penurunan harga‎, yakni jagung, beras, kedelai, daging sapi, bijih timah, bijih besi, dan sebagainya. (Ilh/Gdn)


Source: liputan6.com
Ekonomi Melambat, Rupiah Menuju Titik Terendah dalam 17 Tahun

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah anjlok menuju titik terendah dalam 17 tahun terakhir yang disebabkan oleh aksi jual yang dilakukan oleh investor asing. Sebagian besar investor asing melepas kepemilikan mereka di obligasi setelah melihat realisasi pertumbuhan ekonomi di Semester I 2015 ini dimana merupakan pertumbuhan ekonomi kuartalan terendah sejak akhir 2009.

Mengutip Bloomberg, Jumat (7/8/2015), investor asing melepas Rp 6,9 triliun kepemilikan mereka di obligasi pemerintah. Sedangkan rupiah diperdagangkan pada level 13.534 per dolar AS pada Jumat (7/8/2015), pukul 10.20 WIB .

Pada perdagangan sebelumnya, rupiah ditutup di level 13,529 per dolar AS. Sedangkan pada pembukaan hari ini, rupiah berada di level 13.535 per dolar AS. Sepanjang pagi hingga siang ini, rupiah berada di kisaran 13.510 per dolar AS hingga 13.548 per dolar AS.

Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 7 poin menjadi 15.536 per dolar AS dari 13.529 per dolar AS pada perdagangan kemarin. 

"Para pelaku pasar khawatir meskipun ada pembicaraan tentang reformasi dan investasi, kami belum melihat eksekusi di lapangan," kata Analis Obligasi PT BNI Securities, I Made Adi Saputra, di Jakarta, Jumat (7/8/2015).

"Pasar bisa pulih jika investor menilai pertumbuhan ekonomi dan rupiah telah membaik, tapi itu tidak mungkin terjadi, terutama untuk rupiah." tambahnya. 

BNI Securities memperkirakan rupiah akan berada di kisaran 13.800 per dolar AS pada akhir tahun ini dan memprediksi pertumbuhan ekonomi sepanjang 2015 akan berada di kisaran 4,78 persen.

Ekonom Capital Economics Ltd, London, Inggris, Gareth Kulit menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia mungkin tidak akan lebih lambat lagi dari realisasi kuartal II 2015 ini.

Menurutnya tidak ada banyak kesempatan pertumbuhan ekonomi RI bisa kembali naik. Ia memperkirakan sepanjang tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 4,7 persen. Perkiraan tersebut turun dari perkiraan sebelumnya yang ada di level 5 persen.

Prediksi dari Gareth tersebut berkebalikan dengan Gubernur Bank Indonesia Martowardojo pada Selasa (4/8/2015) lalu, yang memperkirakan bisa melebihi 5 persen. Agus juga mengungkapkan bahwa defisit current account menyempit kurang dari 2,3 persen dari PDB pada tahun 2015, dibandingkan 2,8 persen pada tahun lalu.

"Kabar baiknya adalah, transaksi berjalan menyempit dan membuka kesempatan bagi bank sentral untuk memangkas suku bunga pada akhir tahun ini," kata Edward Teather, ekonom senior UBS AG, Singapura.

"Bank Indonesia sebenarnya ingin meringankan, hanya perlu kondisi ekonomi makro yang tepat untuk melakukannya." tambahnya. (Ilh/Gdn)


Source: liputan6.com
Kekecewaan Investor Jadi Penyebab Pelemahan Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin terpuruk pada pertengahan tahun ini. Pelemahan tersebut disebabkan karena spekulasi dari kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserves. Depresiasi tersebut kian dalam karena investor kecewa dengan realisasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Kepala Ekonom PT Bank Danamon Tbk, Anton Hendranata mengungkapkan, saat ini dunia tengah dihadapkan pada fenomena super dolar AS, di mana mata uang Negeri Hollywood ini menguat terhadap hampir seluruh mata uang di dunia.

"Akibatnya rupiah kita melemah seperti ini. Juga karena ada sentimen negatif di pasar yang agak kecewa dengan pertumbuhan ekonomi kita di kuartal II atau semester I 2015," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Jumat (7/8/2015).

Lebih jauh dijelaskannya, Indonesia sangat kesulitan memacu pertumbuhan ekonomi karena ada perlambatan ekonomi di China. Anton menghitung, apabila pertumbuhan ekonomi China terkontraksi atau turun 1 persen, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia terkena imbas dengan penurunan sekira 0,3 persen hingga 0,45 persen.

"Itu jauh lebih tinggi ketika ekonomi AS turun 1 persen, Jepang 1 persen. Sampaknya sangat besar ke kita ketika ekonomi China turun," paparnya.

Anton menilai, kekecewaan pasar atau investor sangat besar terhadap pemerintah Jokowi lantaran terlalu optimistis memasang target indikator makro ekonomi cukup tinggi di awal tahun. Target tersebut, sambungnya, membuat ekspektasi atau harapan investor besar terhadap pemerintahan baru.

"Tapi begitu target tidak tercapai, orang jadi kecewa. Buktinya pertumbuhan ekonomi di kuartal II lebih jelek dari kuartal I. Ini pun sudah mulai kelihatan. Jadi target tinggi berujung negatif," terang dia.

Dia mengatakan, salah satu cara untuk bisa mengurangi tekanan pelemahan rupiah dengan membalikkan keadaan ekonomi Indonesia di semester II. "Kuncinya, menggenjot pengeluaran pemerintah membangun infrastruktur dan menjaga inflasi karena ada ancaman El Nino," pungkas Anton. 

Menurut data Bloomberg, jumat (7/8/2015) pukul 10.20 WIB, rupiah diperdagangkan pada level 13.534 per dolar AS. Pada perdagangan sebelumnya, rupiah ditutup di level 13,529 per dolar AS. Sedangkan pada pembukaan hari ini, rupiah berada di level 13.535 per dolar AS. Sepanjang pagi hingga siang ini, rupiah berada di kisaran 13.510 per dolar AS hingga 13.548 per dolar AS.

Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 7 poin menjadi 15.536 per dolar AS dari 13.529 per dolar AS pada perdagangan kemarin. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
Pelemahan Rupiah Karena Banyak Transaksi Pakai Dolar AS di RI

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah hingga saat ini masih bergerak di kisaran 13.500 per dolar AS. Ini menjadi pelemahan rupiah terendah sejak 17 tahun belakangan. Salah satu penyebab pelemahan rupiah tersebut adalah masih banyaknya transaksi di dalam negeri yang menggunakan dolar AS. 

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara menjelaskan, bank sentral terus mensosialisasikan aturan Bank Indonesia (PBI) yang mewajibkan seluruh transaksi di Indonesia menggunakan rupiah. 

"Indonesia ini adalah negara yang unik, kita pengusaha di Indonesia sudah 30 tahun hingga 40 tahun melakukan transaksi jual beli di dalam negeri antar korporasi pakai dolar AS," kata Mirza, di kompleks Bank Indonesia, Jumat (7/8/2015).

Dijabarkan Mirza, perusahaan-perusahaan yang masih menggunakan dolar AS dalam bertransaksi diantaranya di sektor properti, bahan baku kimia dan beberapa perusahaan jasa lainnya.

Menurut Mirza, apa yang terjadi di Indonesia ini tidak terjadi di negara lain. "Di negeri lain tidak ada yang seperti itu, Singapura ya pakai dolar Singapura, India ya pakai Rupee, Thailand ya pakai Bath," tegas Mirza.

Untuk mengikuti apa yang sudah dilakukan oleh beberapa negara tersebut tidaklah mudah. Untuk mengubah budaya para pebisnis tersebut paling tidak diperlukan waktu mencapai 30 tahun hingga 40 tahun ke depan.

Mirza mengungkapkan apa yang dilakukan di Indonesia saat ini adalah masih dalam tahapan transisi agas bisa seperti negara yang telah disebutkan.

"Pasti pengusaha yang protes banyak kalau langsung sekejap, pengusaha agak bingung, makanya kami jelaskan seperti negara lain, kalau negara lain bisa transaksi dalam negeri pakai mata uangnya, kita harus transaksi pake rupiah, jadi di dalam masa transisi," tutup Mirza.

Untuk diketahui, menurut data Bloomberg, jumat (7/8/2015) pukul 10.20 WIB, rupiah diperdagangkan pada level 13.534 per dolar AS. Pada perdagangan sebelumnya, rupiah ditutup di level 13,529 per dolar AS. Sedangkan pada pembukaan hari ini, rupiah berada di level 13.535 per dolar AS. Sepanjang pagi hingga siang ini, rupiah berada di kisaran 13.510 per dolar AS hingga 13.548 per dolar AS.

Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 7 poin menjadi 15.536 per dolar AS dari 13.529 per dolar AS pada perdagangan kemarin.

(Yas/Gdn)


Source: liputan6.com
Menko Sofyan: Kami Ingin Rupiah Tidak Mahal dan Tidak Murah

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah meyakini bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang tidak terlepas dari faktor eksternal. Kunci untuk mengurangi tekanan atau sentimen negatif dari luar tersebut adalah memperbaiki pertumbuhan ekonomi dengan kebijakan yang tepat.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengungkapkan, pelemahan rupiah karena ada dua faktor, yakni terpengaruh fundamental ekonomi dan spekulasi yang digerakkan pelaku pasar. Investor seperti ini mampu menggerakkan mata uang setiap ada isu negatif.

"Kalau kenaikan Fed Fund Rate naik, ada kesempatan gerakan itu dan kita tidak bisa lakukan apapun. Pemerintah menjaga jangan sampai swing, yang pasti kita ingin rupiah tidak mahal dan tidak murah," jelas dia di kantornya, Jakarta, Jumat (7/8/2015).

Kata Sofyan, pemerintah perlu memperbaiki perekonomian meski Indonesia masih tumbuh 4,7 persen. Level pertumbuhan ini dinilai masih baik dibandingkan negara lain yang mengandalkan komoditas, seperti Amerika Latin dan lainnya.

"Begitu harga komoditas jatuh, sumber pertumbuhan mereka hilang, ini juga yang kita alami. Makanya kita harus cari sumber pertumbuhan baru, misalnya investasi pemerintah, swasta," ujarnya.

Untuk itu, sambung dia, pemerintah akan memberikan insentif, memangkas biaya logistik dalam rangka menciptakan ekonomi yang kompetitif. "Paling penting jangan berikan kebijakan yang keliru dan dianggap pasar, ekonomi kita rentan. Tapi sejauh ini kebijakan kita oke," klaim Sofyan.

Mengutip Bloomberg, Jumat (7/8/2015), investor asing melepas Rp 6,9 triliun kepemilikan mereka di obligasi pemerintah. Sedangkan rupiah diperdagangkan pada level 13.534 per dolar AS pada Jumat (7/8/2015), pukul 10.20 WIB .

Pada perdagangan sebelumnya, rupiah ditutup di level 13,529 per dolar AS. Sedangkan pada pembukaan hari ini, rupiah berada di level 13.535 per dolar AS. Sepanjang pagi hingga siang ini, rupiah berada di kisaran 13.510 per dolar AS hingga 13.548 per dolar AS.

Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 7 poin menjadi 15.536 per dolar AS dari 13.529 per dolar AS pada perdagangan kemarin. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
Kelola Rupiah, Cadangan Devisa Akhir Juli Turun Rp 5,4 triliun

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia akhir Juli 2015 tercatat sebesar US$ 107,6 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir Juni 2015 sebesar US$ 108,0 miliar. Dengan kata lain, cadangan devisa Indonesia mengalami penurunan sekitar US$ 400 juta atau setara dengan Rp 5,4 triliun (estimasi kurs Rp 13.500 per dolar AS).

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara mengungkapkan, penurunan cadangan devisa tersebut disebabkan oleh peningkatan pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri Pemerintah serta penggunaan devisa dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya, guna mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

"Di sisi lain, kenaikan penerimaan devisa yang bersumber dari penerbitan Euro Bond Pemerintah mampu menahan penurunan lebih lanjut," tegas dia, Jumat (7/8/2015).

Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa per akhir Juli 2015 masih cukup membiayai 7,0 bulan impor atau 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

Untuk diketahui, Mengutip Bloomberg, Jumat (7/8/2015), investor asing melepas Rp 6,9 triliun kepemilikan mereka di obligasi pemerintah. Sedangkan rupiah diperdagangkan pada level 13.534 per dolar AS pada Jumat (7/8/2015), pukul 10.20 WIB.

Pada perdagangan sebelumnya, rupiah ditutup di level 13,529 per dolar AS. Sedangkan pada pembukaan hari ini, rupiah berada di level 13.535 per dolar AS. Sepanjang pagi hingga siang ini, rupiah berada di kisaran 13.510 per dolar AS hingga 13.548 per dolar AS.

Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 7 poin menjadi 15.536 per dolar AS dari 13.529 per dolar AS pada perdagangan kemarin. (Yas/Gdn)


Source: liputan6.com