Prev Agustus 2015 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
26 27 28 29 30 31 01
02 03 04 05 06 07 08
09 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30 31 01 02 03 04 05
Berita Kurs Dollar pada hari Rabu, 05 Agustus 2015
The Fed Bikin Rupiah Terus Tertekan

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (5/8/2015). Penyebab pelemahan rupiah karena adanya ekspektasi pelaku pasar bahwa Bank Sentral AS bakal menaikkan suku bunga pada 2015 ini. Namun, pelemahan rupiah tak terlalu tinggi karena inflasi nasional  sesuai perkiraan pelaku pasar.

Mengutip Bloomberg, rupiah melemah ke level 13.501 per dolar AS pada pukul 11.21 WIB. tercatat penutupan nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin berada di level 13.472 per dolar AS. sedangkan pada pembukaan, rupiah berada di level 13.501 per dolar AS.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah berada di kisaran 13.495 per dolar AS hingga 13.527 per dolar AS.

Sedangkan dalam Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, rupiah diperdagangkan di level 13.517 per dolar AS. Melemah jika dibandingkan dengan perdagangan sehari sebelumnya yang tercatat 13.495 per dolar AS.

Kepala Divisi Riset dan Analisis PT Monex Investindo Futures (MIF), Ariston Tjendra menjelaskan, pelemahan rupiah lebih disebabkan sentimen dari regional. Kuatnya isu bahwa Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed akan menaikkan suku bunga di tahun ini membuat nilai tukar dolar menguat. Hal tersebut menjadi tekanan sendiri kepada rupiah.

Penguatan dolar AS ini juga menekan mata uang beberapa negara lainnya. Selain rupiah, ringgit Malaysia juga tertekan dengan adanya penguatan dolar AS tersebut.

"Semalam Gubernur The Fed untuk Negara Bagian Atlanta Dennis Lockhart memberikan penegasan dukungannya atas kenaikan suku bunga sehingga meningkatkan ekspketasi akan kenaikan suku bunga AS. Hal tersebut mendorong rupiah kian melemah" katanya kepada Liputan6.com.

Dalam pernyataannya, Dennis Lockhart mengungkapkan The Fed harus mempunyai alasan yang kuat jika tak ingin membuat kebijakan moneter yang melenceng dari rencana. Jika pertumbuhan ekonomi Amerika benar-benar mengalami penurunan yang dalam, barulah The Fed bisa menahan rencana kenaikan suku bunga.

Pernyataan dari Dewan Gubernur Bank Sentral AS ini membuat ekpektasi rencana kenaikan suku bunga akan dilakukan pada September 2015 ini, setelah sebelumnya rencana kenaikan pada Juni 2015 kemarin sudah tertunda.

Analis PT Panin Aset Management Rudiyanto menambahkan, selain sentimen dari regional, ada juga sentimen dari dalam negeri yang menahan pelemahan nilai tukar rupiah lebih dalam. "Tingkat inflasi yang terkendali, menjadi sentimen positif bagi rupiah” kata Rudiayanto.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Analis rupiah PT Bank Saudara Tbk Rully Nova. “Inflasi bulan juli 2015 mencapai 0,93 persen yang berarti membaiknya daya beli masyarakat” kata Rully kepada Liputan6.com.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi pada Juli 2015 mencapai 0,93 persen. Angka ini sama dengan tingkat inflasi pada Juli 2014. Berdasarkan indeks harga konsumen (IHK), 80 kota tercatat mengalami inflasi dan 2 kota deflasi.

Kepala BPS, Suryamin, mengatakan bahwa inflasi paling tinggi terjadi di Pangkal Pinang sebesar 3,18 persen dan terendah di Pematang Siantar 0,06 persen. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Merauke yaitu 0,65 persen. "Persis sama dengan Juli 2014," ujar dia.

Untuk laju inflasi year on year (Juni 2014-Juni 2015), tercatat mencapai 7,26 persen. Sedangkan berdasarkan tahun kalender sebesar 1,9 persen. Adapun inflasi komponen inti berada di posisi 0,34 persen dan inti tahun ke tahun sebesar 4,86 persen.

"Andilnya dari bahan makanan 2,02 persen, transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 1,74 persen ‎dan makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,51 persen," tutur dia.

Saat ini, para pelaku pasar fokus terhadap pengumuman kebijakan suku bunga AS.The Fed dijadwalkan akan mengumumkan kebijakan suku bunga pada Kamis 20 Agustus 2015 pukul 01.00 WIB dini hari. Apapun keputusan tersebut akan mempengaruhi nilai tukar rupiah. (Ilh/Gdn)


Source: liputan6.com
Dongkrak Transaksi kartu Kredit, Mandiri Gandeng Marina Bay Sands

Liputan6.com, Jakarta - Untuk meningkatkan transaksi kartu kredit, PT Bank Mandiri Tbk menjalin kerja sama dengan Marina Bay Sands. Kerja sama tersebut meliputi berbagai aktivitas eksklusif di resort terintegrasi tersebut termasuk hotel, ArtScience Museum, Sands SkyPark, restoran yang dimiliki oleh celebrity chef serta beberapa penawaran spesial di beberapa butik di The Shoppes.

Direktur Consumer Banking Bank Mandiri Hery Gunardi mengatakan, kerja sama yang dijalin antara kedua belah pihak akan sangat menguntungkan kedua belah pihak karena Bank Mandiri dan Marina Bay Sands merupakan dua entitas bisnis yang cukup besar di masing-masing industri.

“Kami akan terus bersinergi dengan para merchant yang telah memiliki basis pelanggan yang kuat, untuk mengembangkan berbagai program promosi yang dapat memberikan nilai tambah bagi nasabah. Kerja sama ini juga sangat potensial bagi Bank Mandiri untuk meningkatkan transaksi kartu kredit Mandiri sejalan dengan program-program loyalitas yang terus dikembangkan perseroan,” jelasnya seperti dikutip dalam keterangan tertulis, Rabu (5/8/2015).

Hery menambahkan, sejauh ini, Bank Mandiri telah menjalin kerjasama promosi dengan puluhan merchant terkemuka di Tanah Air, seperti Garuda Indonesia, Sushi Tei, Hypermart dan Kawan Lama Retail, serta merchant international seperti Accor Group dan Resort World Sentosa.

Sinergi dengan Marina Bay Sands, menurut Hery, juga didasarkan pada semakin meningkatnya tingkat pemanfaatan kartu kredit oleh nasabah melakukan perjalanan. Pada tahun lalu, sekitar 5 persen dari total sales volume transaksi kartu kredit Mandiri atau sekitar Rp 1,35 triliun dibukukan untuk transaksi travel, hotel dan airlines.

Bagi pemegang mandiri kartu kredit, Singapura merupakan negara dengan destinasi terbesar baik dari segi jumlah transaksi maupun nilai transaksi. Dengan share jumlah transaksi sebesar 15 persen dan nilai transaksi 23 persen dari total transaksi face to face cross border.

Bank Mandiri sendiri mencatat kinerja yang cukup baik pada bisnis kartu kredit. Hal ini tercermin pada frekuensi transaksi dalam periode Januari 2015 hingga Juni 2015 yang mencapai 17 juta transaksi dengan nilai Rp 15 triliun. Nilai transaksi tersebut meningkat 22 persen dibandingkan Januari 2015 hingga Juni 2014 yang sebesar Rp 12 triliun.

Saat ini Bank Mandiri memiliki 3,8 juta pemegang kartu kredit dan lebih dari 12 juta pemegang kartu debit serta jumlah EDC terpasang sebanyak 282.422 unit. Pada tahun 2014 terdapat sekitar 350 ribu card holder atau sekitar 9 persen dari total pemegang mandiri kartu kredit yang melakukan transaksi face to face cross border. Jumlah ini meningkat sebesar 7,5 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

“Dengan strategi fokus pada loyalitas nasabah ini, kami optimis dapat mencapai target pertumbuhan transaksi saat ini yaitu pada kisaran hingga 23%,” kata Hery.

Maunik Thacker menambahkan, Marina Bay Sands telah mengubah wajah pariwisata semenjak dibuka lima tahun lalu. Konsep resor terintegrasi memberikan berbagai peluang bagi kami agar menjadi yang terbaik di kelasnya di dalam setiap sektor bisnis, baik itu ritel, hiburan, kuliner atau sebagai hotel mewah, maupun pusat konvensi.

"Semua pengalaman tersebut ditawarkan di bawah satu atap, memberikan pengunjung alasan untuk terus kembali ke Marina Bay Sands. Kami akan terus fokus dalam memberikan pengalaman yang tak terlupakan, yang memberikan para tamu kami menemukan hal baru di Marina Bay Sands setiap mereka berkunjung.” tuturnya. (Gdn/Ahm)


Source: liputan6.com
BI Jangan Buru-buru Turunkan Suku Bunga Acuan

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengapresiasi upaya Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 7,5 persen. Salah satu obat perlambatan pertumbuhan ekonomi diyakini bukan hanya penurunan BI Rate.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Suhariyanto mengakui penurunan BI Rate memang akan memacu pertumbuhan ekonomi. Namun mempertahankan BI Rate merupakan langkah tepat untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

"Jangan terlalu tergesa-gesa menurunkan suku bunga, perlu evaluasi mendalam meskipun pertumbuhan ekonomi melambat dan inflasi rendah," ujar Suhariyanto saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (5/8/2015).

Menurut dia, kebijakan BI tidak menurunkan BI Rate demi menjaga fluktuasi kurs rupiah agar tidak terlalu signifikan, mengingat sedang terjadi fenomena penguatan dolar AS terhadap hampir semua mata uang di dunia.

"Penurunan BI Rate memang akan mendorong pertumbuhan, tapi langkah mempertahankan suku bunga sudah tepat untuk menjaga rupiah dan lainnya," kata Suhariyanto.

Sebelumnya, Bank Sentral China kembali memangkas suku bunga acuan untuk pinjaman sebesar 25 basis poin. Dengan pemangkasan tersebut suku bunga acuan pinjaman yang ditetapkan oleh Bank Sentral China di level 5,1 persen.

Dengan pemangkasan pada Mei 2015 ini, maka Bank Sentral China telah melakukan pemangkasan suku bunga acuan 3 kali terhitung sejak November 2014.
Pemangkasan suku bunga acuan ini untuk mengantisipasi penurunan pertumbuhan ekonomi di negara tersebut yang terkontraksi akibat perlambatan ekonomi global.  

Selama ini, pertumbuhan ekonomi China selalu berada di level 10 persen. Namun akibat krisis global pertumbuhan ekonomi negara tirai bambu tersebut turun ke level 7 persen. (Fik/Ahm)


Source: liputan6.com