Prev September 2014 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
31 01 02 03 04 05 06
07 08 09 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 01 02 03 04
05 06 07 08 09 10 11
Berita Kurs Dollar pada hari Senin, 22 September 2014
The Fed Jadi Biang Kerok Pelemahan Rupiah Dalam 5 Pekan

Liputan6.com, Jakarta Pada minggu ini, nilai tukar rupiah tampak kembali terus tertekan setelah lima pekan berturut-turut ditutup melemah. Menurut Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan Firmanzah, pelemahan nilai tukar rupiah merupakan gejala global sebagai imbas keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed mengurangi likuiditas global melalui pengurangan stimulus sampai pada akhirnya tercapainya program penghentian stimulus moneter atau yang disebut sebagai Quantitative Easing (QE) III.

Data valuta asing (valas) Bloomberg, Senin (22/9/2014), menunjukkan nilai tukar rupiah melemah 0,1 persen ke level 11.980 per dolar AS pada perdagangan pukul 11:16 waktu Jakarta. Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah masih berkutat di kisaran 11.958-11.993 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah telah melemah 4,6 persen dalam enam bulan terakhir. Angka tersebut membuat rupiah menjadi mata uang berkinerja paling buruk dibandingkan 11 mata uang Asia lainnya.

Nilai tukar dolar AS memang terdorong naik seiring mendekatnya putusan Bank Sentral Amerika untuk meningkatkan suku bunganya pertama kali sejak 2006. Sementara itu, nilai tukar rupiah telah merosot lima pekan berturut-turut di tengah aksi penarikan dana asing dari bursa saham domestik.

Penarikan dana asing tersebut merupakan bentuk antisipasi akan biaya pinjaman AS yang lebih mahal.

"Dalam jangka pendek, beberapa negara berkembang harus lebih memprioritaskan stabilitasi dibandingkan pertumbuhan ekonomi. Anda tak bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi saat tengah bergelut dengan isu ini (kenaikan suku bunga The Fed)," ungkap Menteri Keuangan Chatib Basri ketika menghadiri pertemuan negara-negara G20 di Cairns, Australia.

Dia menjelaskan, di tengah aksi penyesuaian negara-negara berkembang terhadap perubahan kebijakan Bank Sentral Amerika, kontribusinya pada ekspansi global pasti melemah.

Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) justru menunjukkan nilai tukar rupiah menguat tipis ke level 11.972 per dolar AS dibandingkan perdagagan sebelumnya. (Sis/Gdn)

Credit: Arthur Gideon


Source: liputan6.com
Pemerintah Tak Tegas soal Harga BBM Bikin Rupiah Ciut

Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar bukan hanya disebabkan faktor dari luar negeri, tetapi dikatakan ikut dipengaruhi faktor dalam negeri dan kebijakan pemeirntah.

Pengamat Ekonomi Faisal Basri mengatakan, memburuknya rupiah terjadi sejak September 2011 dan tidak menunjukan kenaikan yang stabil sampai saat ini.

"Biasanya rupiah memburuk terus cepet naik. Penyebab utama bukan karena asing karena asing yang masuk ke Indonesia lebih banyak dari keluar," kata Faisal, di Jakarta, Senin (22/9/2014).

Menurut Faisal, penyebab melemahnya rupiah yang sebenarnya adalah didalam negeri, karena ekspor barang dan jasa Indonesia tetap loyo, sementara  pertumbuhan minus.

Selain itu, importasi Bahan Bakar Minyak (BBM) Indonesia  tidak terkendali. Jika dilihat  current account defisit semster pertama tahun ini  sebesar US$ 13 miliar, US$ 12 miliar US$ berasal dari neraca minyak.

"Jadi defisit minyak US$ 12 miliar ini terjadi karena nggak ada pengendalian dan pengaturan harga," tegas dia.

Faisal menambahkan, jika dilihat dari neraca pembayaran, rupiah tidak melemah. Namun karena neraca pembayaran  defisit terus, ini tercermin dari cadangan devisa yang naik terus.

" Jadi ada proses pembiaran yang dilakukan oleh BI yang tujuannya untuk meningkatkan ekspor tapi gagal," pungkasnya. (Pew/Nrm)

Credit: Nurmayanti


Source: liputan6.com