Prev Oktober 2014 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
28 29 30 01 02 03 04
05 06 07 08 09 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 01
02 03 04 05 06 07 08
Berita Kurs Dollar pada hari Kamis, 23 Oktober 2014
Harga BBM Subsidi Tak Naik, Nilai Tukar Rupiah Bisa Tembus 13.000

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) mendesak Presiden Joko-Widodo (Jokowi) segera menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi pada tahun ini. Tanpa realisasi kebijakan tersebut, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi semakin terperosok tajam.

Sekretaris Jenderal AAEI, Pardomuan Sihombing menjelaskan, kenaikan harga BBM subsidi sebesar Rp 3.000 per liter di November 2014 akan memberi penghematan anggaran pemerintah sebesar Rp 21 triliun. Angka itu diperkirakan masih rendah dibanding kebutuhan pemerintahan baru dalam melaksanakan program-programnya.

"Tapi itu satu-satunya jalan supaya pemerintah baru mendapatkan dana untuk merealisasikan programnya. Kenaikan harga BBM memang memberi shock di market, inflasi naik, suku bunga naik, tapi itu hanya sementara," ujar dia saat Diskusi Prospek IHSG Paska Pelantikan Jokowi-JK di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (23/10/2014).

Namun demikian, Pardomuan mengatakan, kenaikan harga BBM subsidi dapat mempersempit defisit transaksi berjalan Indonesia yang sudah dalam level mengkhawatirkan. Kebijakan tersebut, lanjutnya, dapat menekan impor minyak dan BBM cukup signifikan.

"Jika tidak menaikkan harga BBM subsidi, rupiah kita bisa menuju level Rp 13.000 per dolar AS dan akan menghantam inflasi. Karena konsumsi kita masih tergantung pada impor, jadi ketika inflasi naik, suku bunga acuan naik," jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Analis AAEI Hans Kwee menambahkan, kenaikan harga BBM sangat bagus untuk pelaku pasar modal. Dia menyarankan agar kebijakan tersebut dilakukan sekaligus sebesar Rp 3.000 per liter.

"Lalu penghematannya dialihkan ke sektor logistik dan transportasi, misalnya pemberian stimulus pajak, subsidi dan sebagainya," tegas dia.

Analis AAEI lain, David Sutyanto mengatakan, setelah menaikkan harga BBM, upaya pemerintah selanjutnya adalah meredam inflasi. Dengan penyesuaian harga BBM Rp 3.000 per liter di November akan menyumbang tambahan inflasi sebesar 3 persen.

"Dalam jangka pendek kenaikan harga BBM pasti tidak bagus buat pasar atau IHSG, tapi sangat baik untuk jangka panjang. Misalnya saja kenaikan harga BBM di Juni 2013, inflasinya naik 3 persen, dan IHSG turun 14 persen," pungkas dia. (Fik/Gdn)

Credit: Arthur Gideon


Source: liputan6.com
Mau Rupiah Perkasa, Ini Tugas Jokowi-JK

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan bergerak menuju level Rp 13.000.

Memperkuat mata uang rupiah merupakan salah satu pekerjaan rumah pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) dalam waktu dekat, selain mengumumkan kabinet dan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi.

Analis AAEI sekaligus Direktur Investas Saran Mandiri, Hans Kwee mengungkapkan, pekerjaan rumah terpenting pemerintah Jokowi-JK adalah menggenjot ekspor dengan memperkuat kurs rupiah.

"Ketika mata uang kita lemah, ada importir inflation. Jadi kita harus memperkuat nilai tukar rupiah dan mengurangi permintaan dolar AS sebab ketika rupiah kita melemah, masyarakat sipil menyimpan kekayaan dalam dolar AS sehingga permintaannya di dalam negeri tinggi dan akhirnya merugikan," kata dia di Jakarta, Kamis (23/10/2014).

Langkah untuk memperkuat kurs rupiah, Hans menyarankan, Jokowi perlu membangun infrastruktur dan industri berbasis ekspor. Artinya memproduksi barang bernilai tambah untuk tujuan ekspor.

"Kita butuh masuknya devisa ke dalam negeri, makanya pemerintah harus beri insentif supaya pengusaha mau bangun industri yang kurang menguntungkan. Jadi bikin pengusaha tertarik, jangan cuma melulu merakit yang bikin laba besar. Dengan begitu, Indonesia nggak perlu impor lagi," cetus dia. (Fik/Ndw)

Credit: Nurseffi Dwi Wahyuni


Source: liputan6.com