Liputan6.com, Jakarta - Beberapa hari terakhir, nilai tukar rupiah terus mengalami tekanan karena terjadi penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Tapi karena mayoritas data ekonomi Negeri Paman Sam cenderung belum mengalami perbaikan, maka nilai tukar dolar AS akhirnya tertekan sehingga rupiah menguat pada perdagangan hari ini.
Data valuta asing (valas) Bloomberg, Kamis (16/10/2014), menunjukkan nilai tukar rupiah menguat tipis 0,13 persen ke level Rp 12.210 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:01 waktu Jakarta.
Di awal sesi, nilai tukar rupiah juga tercatat menguat dan sempat menyentuh level Rp 12.200 per dolar AS. Pada perdagangan hari ini hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah tercatat berfluktuasi menguat di kisaran Rp 12.200 per dolar AS hingga Rp 12.218 per dolar AS.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), Bank Indonesia (BI) menunjukkan nilai tukar rupiah menguat tipis 22 poin ke level Rp 12.207 per dolar AS. Padahal, pada perdagangan sebelumnya rupiah sempat melemah ke level Rp 12.229 per dolar AS.
Rupiah dapat sedikit menguat setelah nilai tukar dolar AS mengalami pelemahan pada perdagangan hari ini.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta mengatakan, pernyataan Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Janet Yellen yang mengungkapkan bahwa perekonomian AS akan baik-baik saja ternyata tak mampu menahan pelemahan dolar.
Pernyataan Yellen tersebut untuk meredam gejolak setelah beberapa pejabat Bank Sentral AS lainnya menyatakan bahwa kemungkinan besar Amerika memerlukan stimulus tambahan melihat perkembangan pertumbuhan ekonomi di Amerika sendiri maupun di dunia.
"Karena pernyataan Yellen tak bisa memberikan sentimen positif kepada dolar AS, rupiah melanjutkan penguatan pada perdagangan hari ini," ujarnya.
Sepanjang tahun ini, nilai tukar rupiah telah melemah sekitar empat persen dan menjadi mata uang dengan pelemahan terparah di Asia. Sementara won Korea Selatan yang melemah 2,7 persen berada di posisi kedua terparah. (Sis/Gdn)
Credit:
Arthur Gideon
Source: liputan6.com
|