Prev Juli 2014 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
29 30 01 02 03 04 05
06 07 08 09 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 31 01 02
03 04 05 06 07 08 09
Berita Kurs Dollar pada hari Kamis, 24 Juli 2014
Punya Presiden Baru, Rupiah Masih Tertahan

Liputan6.com, Jakarta - Kemenangan Joko Widodo (Jokowi) diprediksi dapat memperkuat nilai tukar rupiah. Kenyataannya, sejak Jokowi terpilih sesuai penetapan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dua hari lalu, nilai tukar rupiah belum menunjukkan penguatan signifikan.

Bahkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), Kamis (24/7/2014), menunjukkan rupiah bergerak melemah ke level 11.531 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Nilai tukar rupiah tercatat mengalami koreksi sebesar 33 poin dari perdagangan sebelumnya.

Data valuta asing (valas) Bloomberg, juga menunjukkan rupiah dibuka melemah di level 11.562 per dolar AS hari ini. Meski kemudian rupiah berfluktuasi melemah dan masih bergerak di kisaran 11.512 - 11.563 per dolar AS.

Ekonom Dian Ayu menilai, dugaan pasar yang kuat mengenai kemenangan Jokowi telah mengantarkan rupiah menguat secara perlahan sejak beberapa hari sebelum pengumuman KPU.

Kondisi tersebut membuat rupiah tidak mengalami penguatan signifikan meski Jokowi menjadi presiden terpilih dan memenuhi ekspektasi pasar.

"Pasar sudah menduga Jokowi akan menang sebelumnya. Lalu kubu calon presiden nomor satu Prabowo juga tidak mau menerima hasil perhitungan KPU karena dianggap penuh kecurangan. Jadi status politik juga masih belum jelas," terangnya saat berbincang dengan Liputan6.com.

Tak hanya faktor politik, Dian juga menjelaskan faktor fundamental ekonomi yang masih belum membaik. Bahkan defisit transaksi berjalan Indonesia yang akan diumumkan pada Agustus.

"Nanti setelah lebaran kan ada rilis produk domestik bruto dan defisit transaksi berjalan. Prediksi agak jelek ya sekitar 4 persen dari PDB," kata dia.

Menurut Dian, pembengkakan defisit tersebut lebih banyak dipicu faktor seasonal seperti pembayaran dividen, liburan siswa dan lebaran yang membuat impor cenderung tinggi.

Ke depan, dia memprediksi hingga akhir tahun rupiah tidak akan menguat tertalu besar. Pasalnya, pemerintah memerlukan pelemahan tersebut untuk mengendalikan impor dan mengecilkan angka defisit transaksi berjalan. (Sis/Nrm)

 

 

(Nurmayanti)


Source: liputan6.com