Prev Juli 2014 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
29 30 01 02 03 04 05
06 07 08 09 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 31 01 02
03 04 05 06 07 08 09
Berita Kurs Dollar pada hari Rabu, 23 Juli 2014
Rupiah Sentuh Level Tertinggi Dalam Tiga Bulan

Liputan6.com, Singapura Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat ke level tertinggi sejak November 2013 seiring dengan menguatnya sejumlah harga saham Asia. Penguatan di bursa saham Asia itu menyulut keyakinan adanya peningkatan dana masuk ke Indonesia.

Seperti dikutip dari data valuta asing (Valas) Bloomberg, Selasa (25/2/2014), di pasar bank domestik, rupiah menguat 0,1% ke level 11.640 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:18 waktu Jakarta. Sebelumnya rupiah tercatat sempat menyentuh 11.580 per dolar AS, level tertinggi sejak perdagangan pada 19 November.

Sementara nilai tukar rupiah di pasar Non Deliverable Forwards (NDF) tercatat menguat tipis di level 11.631 per dolar AS. Nilai tukarnya masih tercatat 0,1% lebih tinggi dibandingkan di pasar spot.

"Bursa saham AS menguat semalam dan berdampak positif pada pergerakan bursa Asia hari ini. Dana masuk masih tercatat meningkat karena sentimen positif tersebut, meski masih akan bergerak variatif ke depannya," ungkap Kepala Riset Valas Malaysian Banking Bhd Saktiandi Supaat.

Selain itu volatilitas rupiah satu bulan ke depan, tercatat naik empat basis poin atau 0,04% ke level 11,52% hari ini. Sementara Association of Banks di Singapura mencatat kurs rupiah di pasar NDF berada di level 11.676 pada perdagangan kemarin.

Sementara kurs refernsi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia mencatatkan penguatan sebesar 108 poin dari 11.728 per dolar AS pada perdagangan kemarin ke level 11.620 hari ini. (Sis/Ndw)

(Nurseffi Dwi Wahyuni)


Source: liputan6.com
Bisnis Berjalan Baik, Rupiah Harus Menguat Bertahap

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perdagangan (Kemendag) menilai penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan membuat produk ekspor Indonesia lebih kompetitif. Pihaknya berharap supaya penguatan kurs rupiah bisa terjadi secara bertahap.

"Kurs Rp 11.500 per dolar AS masih baik dibandingkan Rp 8.000-Rp 10.000 per dolar AS, asal jangan jatuh lagi. Penguatan rupiah harus bertahap. Kalau tidak, kasihan dunia usaha tidak bisa melakukan perencanaan dengan baik," kata Dirjen Perdagangan Luar Negeri, Bachrul Chairi di Jakarta, Selasa (4/3/2014).

Dia mengaku, pemerintah telah memprediksi penguatan dolar AS. Namun pihaknya tentu berharap nilai tukar rupiah mengalami pembaikan sehingga dapat mendukung neraca perdagangan.

"Kita tidak ingin rupiah selalu di atas Rp 12.000 per dolar AS karena sudah dilakukan perbaikan ekonomi. Tapi Menteri Keuangan bilang jangan terlalu cepat (penguatan) karena dunia usaha harus melakukan adjustment," jelas Bachrul.

Berdasarkan data Bloomberg Dollar Index, rupiah melemah 0,04% ke level Rp 11.598 per dolar AS pada sore. Sepanjang hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp 11.583 hingga Rp 11.673 per dolar AS.

Pada awal perdagangan, kurs rupiah telah melemah 0,37% ke level Rp 11.636 per dolar AS dari penutupan sebelumnya Rp 11.593 per dolar AS. Rupiah juga melemah 0,01% ke level Rp 11.594 per dolar AS pada siang ini.

(Agustina Melani)


Source: liputan6.com
Penguatan Rupiah Jadi yang Terpanjang Sejak April 2011

Liputan6.com, Singapura Nilai tukar rupiah terus bergerak menguat selama lima pekan terakhir. Pergerakan tersebut menggambarkan penguatan nilai tukar rupiah dalam kurun waktu paling lama sejak April 2011.

Penguatan tersebut dipicu peningkatan ekonomi Indonesia yang berhasil memikat para investor asing untuk meningkatkan jumlah dana yang masuk ke Tanah Air.

Seperti dikutip dari data valuta asing (valas) Bloomberg, Jumat (7/3/2014), di pasar bank domestik rupiah menguat 1,8% sejak 28 Februari ke level 11.405 per dolar AS pada perdagangan 9:21 waktu Jakarta.

Rupiah bahkan telah menguat 0,6% dan sempat menyentuh 11.364 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Angka tersebut merupakan level rupiah tertinggi sejak perdagangan pada 4 November 2013.

Sementara dalam sepekan, nilai tukar rupiah di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) berhasil menguat 1,6% dan 0,4% pada perdagangan hari ini ke level 11.442 per dolar AS. Rupiah di pasar spot diperdagangkan 0,3% lebih rendah dibandingkan di pasar NDF.

Sejauh ini, para investor asing telah membeli saham lokal sebanyak US$ 86 juta lebih tinggi dibandingkan yang dijualnya pada perdagangan kemarin.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, cadangan devisa negara mungkin meningkat hingga lebih dari US$ 102 miliar bulan lalu. Angka tersebut dapat menembus level tertinggi sejak Mei tahun lalu.

"Peningkatan cadangan devisa dapat menjadi tanda adanya peningkatan neraca eksternal. Rupiah terus bergerak menguat dan itu dipicu pembelian aset yang dilakuan para investor asing karena pemulihan ekonomi Indonesia," ungkap ekonom PT Mandiri Sekuritas, Leo Rinaldy.

Defisit transaksi berjalan Indonesia telah berkurang sejak kuartal lalu. Sementara laju inflasi mulai mereda pada Februari untuk pertama kalinya sejak September.

Sementara para investor asing telah meningkatkan kepemilikan obligasi berdenominasi rupiah sebesar Rp 21,25 triliun tahun ini.

(Nurmayanti)


Source: liputan6.com
Siapapun Presidennya, Rupiah Diprediksi Paling Kuat Rp 10.800

Liputan6.com, Jakarta Pencalonan Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden Republik Indonesia menuai euforia bagi ekonomi Indonesia. Mulai dari penguatan rupiah hingga IHSG.

Berdasarkan data RTI, rupiah mampu menguat 114 poin ke level 11.310 per dolar Amerika Serikat pada pukul 18.31 WIB, Jumat (14/3/2014), atau sesaat setelah PDI-P, mengumumkan tentang pencalonan Jokowi sebagai calon presiden (capres).

Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah naik ke level 11.421 terhadap dolar Amerika Serikat pada Jumat pekan ini dari posisi Kamis sebesar 11.387.

Namun, pengamat Eran memprediksi siapapun nantinya yang akan menjadi Presiden Indonesia hanya akan mampu mengerek mata uang ini menguat ke Rp 10.800, tidak bisa kembali ke posisi di bawah Rp 10 ribu per dolar Amerika Serikat (AS).

"Dengan melihat kondisi fundamental ekonomi Indonesia rupiah paling menguat di Rp 10.800," jelas Pengamat Ekonomi Indef Ahmad Erani Yustika saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu (15/3/2014).

Dia menilai, kondisi perekonomian juga serupa dengan politik, penuh dengan ketidakpastian. Hal ini pula yang terjadi pada kondisi nilai tukar rupiah misalnya.

Level penguatan yang hanya sampai Rp 10.800 mengacu pada fundamental ekonomi di Indonesia. Mulai dari pertumbuhan ekonomi, dan kinerja ekonomi lainnya.

 

 

(Nurmayanti)


Source: liputan6.com
Hati-hati! Rupiah Masih Bisa Terjun ke 12.500/US$

Liputan6.com, Jakarta Sentimen positif dari pencalonan Joko Widodo sebagai Calon Presiden (Capres) 2014 telah menjadi katalis positif bagi pasar keuangan Indonesia. Laju rupiah yang sebelumnya bergerak flat, perlahan-lahan mulai menunjukan riak menguat.

Namun di tengah tren penguatan yang terjadi pelaku pasar justru diimbau lebih waspada. Tak tertutup kemungkinan, rupiah akan kembali turun ke level di atas 12 ribu per dolar AS.

Chief Economist PT Bank Danamon, Anton Gunawan, mengakui tren positif pergerakan rupiah tersebut memang akan membuat posisi rupiah sulit untuk kembali ke level di atas Rp 12.500 per dolar AS. Paling tidak, rupiah akan bertahan di level terkuatnya dalam satu hingga dua bulan ke depan.

"Penguatan rupiah sebelum pengumuman Jokowi dikarenakan sebagian current account deficit dianggap lebih baik, inflasi back to normal, jadi untuk balik ke 12.500 dalam sebula dua bulan itu susah," katanya di Hotel Intercontinental Mid Plaza, Jakarta, Selasa (18/3/2014).

Namun, lanjutnya, tak menutup kemungkinan peluang rupiah kembali melemah ke level 12.500 per dolar AS. Setidaknya terdapat dua faktor yang bisa membuat rupiah kembali melemah dalam beberapa waktu kedepan.

Pertama, pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai neraca transaksi perdagangan Indonesia pada Februari yang akan dirilis pada awal April 2014.

"Kalau saya lihat mineral yang hilang akibat kebijakan larangan mineral mentah, mungkin tidak akan sebagus Januari. Karena kalau itu diapresiasikan negatif, itu akan sedikit banyak mempengaruhi rupiah," katanya.

Faktor kedua berasal dari musim pembagian dividen oleh beberapa perusahaan terbuka dari hasil kinerjanya pada 2013. Secara historis, aksi bagi-bagi bonus ini akan memberikan sedikit pengaruh pada pergerakan rupiah.

Meski berpeluang melemah, Anton cukup optimistis jika rupiah hingga akhir tahun akan bertengger di level 11.060 per dolar AS.

(Syahid Latif)


Source: liputan6.com
Euforia Jokowi Terkoreksi Sesaat, Rupiah Kembali Loyo

Liputan6.com, Jakarta Efek pencalonan Joko Widodo sebagai Calon Presiden 2014 benar-benar mulai mereda. Terbukti, kurs rupiah kembali melanjutkan pelemahannya.

Data kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI), Rabu (19/3/2014) mencatat rupiah berada di level 11.313 per dolar Amerika Serikat.

Pelemahan yang terjadi pada rupiah kali ini mencapai 31 poin, atau lebih dalam dibandingkan koreksi sebelumnya sebesar 10 poin.

Meski melemah di pasar lokal, pergerakan rupiah justru tercatat menguat di pasar valuta asing Bloomberg. Rupiah pagi ini naik 18 poin ke level 11.310 per dolar AS.

Pada penutupan sehari sebelumnya, rupiah bertengger di level 11.328 per dolar AS.

Reaksi yang berbeda dari kurs rupiah kali ini terjadi di tengah aksi tunggu investor terhadap pertemuan bank sentral, The Federal Reserves (FOMC).

"Rupiah mulai tergerus tren penguatannya walaupun Dollar masih lemah," kata Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta.

Aksi jual terlihat di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meski di pasar Surat Utang Negara (SUN) masih menguat.

"Rupiah berpeluang mengoreksi faktor “euforia sesaat” walaupun pembuktian terhadap Dollar akan menunggu hasil FOMC Kamis dini hari nanti," kata dia.

(Syahid Latif)


Source: liputan6.com
Rupiah Jatuh ke Level Terendah dalam Tiga Bulan Terakhir

Liputan6.com, Jakarta Sinyal bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserves, menaikkan suku bunga acuan menggelincirkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Rupiah bahkan turun ke level terendah dalam tiga bulan terakhir.

Data kurs Bloomberg, Kamis (20/3/2014) mencatat rupiah melemah 0,7% ke level 11.398 per dolar AS. Penurunan ini merupakan yang terbesar sejak 13 Desember lalu.

Di pasar luar negeri, kurs non delivered forward (NDF) bertenor satu bulan rupiah ikut terpangkan 0,9% ke level 11.476 per dolar AS. Kurs rupiah di pasar luar negeri lebih lemah 0,7% dibandingkan pasar spot.

"Kami melihat rebound dolar AS usai FOMC dan rupiah sama sekali tidak kebal terhadap hal itu," kata Analis Valas dari ANZ Banking Group yang berbasis di Singapura, Irene Cheung.

Cheung menjelaskan, kejutan terbesar kali ini bukanlah mengenai kelanjutan dari program penghentian stimulus The Fed. Pasar justru kaget dengan ekspektasi kenaikan suku bunga AS yang berlangsung lebih cepat dari perkiraan.

Aksi pembelian surat utang oleh The Fed dilaporkan sebesar US$ 55 miliar, lebih rendah US$ 10 miliar dalam tiga pertemuan terakhir.

Pimpinan Dewan Gubernur The Fed, Janet Yellen mengatakan kenaikan tingkat suku bunga AS untuk pertama kalinya diperkirakan berlangsung dalam 6 bulan usai program stimulus berakhir.

Pelemahan kurs rupiah juga tercatat dalam Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia. Rupiah bertengger di level 11.407 atau melemah cuku dalam hingga 94 poin. Rupiah sehari sebelumnya berada di level 11.313 per dolar AS.

(Syahid Latif)


Source: liputan6.com
Pelemahan Rupiah Sepekan Hapus Untung Efek Jokowi

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah sepanjang pekan ini bergerak dalam tren pelemahan. Kurs referensi rupiah akhir pekan ini berada di level 11.431 atau terkoreksi 24 poin dari penutupan sehari sebelumnya.

Mengutip data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dikeluarkan Bank Indonesia, Jumat (21/3/2014), rupiah sepekan ini sempat mencetak level terkuatnya sepanjang 2014 di level 11.272 per dolar AS.

Sentimen negatif dari pertemuan The Federal Reserves memaksa pasar menahan rencananya memasukan dana ke Indonesia.

Riset PT Samuel Sekuritas Indonesia, menilai rupiah yang kembali mendekati 11.500 seolah telah menghapus keuntungan dari euforia pencapresan Joko Widodo.

"Rupiah melemah cukup tajam bersamaan koreksi IHSG 2,54%, hampir menghapus seluruh penguatan akibat euforia pencalonan Jokowi minggu lalu," kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta.

Samuel melihat aksi jual terlihat di pasar surat utang negara dan yield tenor 10 tahun naik 10 basis poin.

"Pelemahan rupiah berpeluang berlanjut hari ini walaupun tekanan akan lebih ringan dari kemarin," ujarnya.

Dari pasar luar negeri, data kurs valas Bloomberg akhir pekan ini mencatat rupiah mengalami penguatan tipis. Rupiah naik 3,8 poin ke level 11.442,5 per dolar AS.

Meski dibuka menguat, rupiah sempat melemah ke level 11.449 per dolar AS. Beruntung, sentimen negatif yang mulai jinak membuat rupiah kembali menguat dan sempat menyentuh level 11.429 per dolar AS.

(Syahid Latif)


Source: liputan6.com
Sandiaga Uno: Gerak Rupiah Tergantung Siapa Presiden Barunya

Liputan6.com, Jakarta Meski bergerak dalam ren melemah sepekan terakhir, Rupiah di bulan ini telah menunjukkan penguatan dari sebelumnya di atas 12.000 mennjadi 11.400 per dolar AS.

CEO Saratoga Recapital, Sandiaga Uno memperkirakan pergerakan rupiah ke depan akan sangat ditentukan hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) pada Juli 2014

"Intinya pergerakan rupiah akan tergantung dari pemerintah baru dalam menyelesaikan persoalan yang terpengaruhi oleh kondisi global, baik dari mikro ataupun makro ekonomi," kata Sandiaga di Jakarta, Jumat (21/3/2014).

Sandiaga memperkirakan pergerakan rupiah pada tahun politik ini akan berada di kisaran 11.000-11.500 sampai akhir tahun.

Berkaca dari pengalaman sebelumnya, perhelatan Pemilu senantiasa diikuti gerak rupiah yang menguat. Hal itu didorong pengaruh pertumbuhan konsumsi masyarakat Indonesia menjelang Pemilu yang makin tinggi.

Disisi lain, Sandiaga berharap agar sektor manufaktur Indonesia bisa lebih meningkat pada tahun ini. Indonesia diharapkan bisa mengambil peluang dari meredupnya China.

"Kami harapkan hal itu dapat mendorong rupiah terus menguat tahun ini, terutama penguatan rupiah dan penguatan indeks," kata Sandiaga.

(Syahid Latif)


Source: liputan6.com
Menguat 47 Poin, Rupiah Manfaatkan Sisa-sisa Sentimen Positif

Liputan6.com, Jakarta Mengawali awal pekan terakhir Maret 2014, rupiah kembali bergerak menguat setelah sepekan kemarin berkutat dalam pelemahan. Kurs rupiah terhadap dolar hari ini menguat 47 poin.

Mengutip data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) dari Bank Indonesia, Senin (24/3/2014) mencatat rupiah pada ini berada di level 11.384 per dolar AS.

Rupiah kembali menguat setelah akhir pekan lalu kembali melemah ke level 11.431 per dolar AS.

Mulai kembali menguatnya nilai tukar rupiah juga tercatat dalam data kurs Valas Bloomberg. Pagi ini rupiah di buka di levle 11.402,5 atau lebih kuat 22,5 poin dari penutupan sebelumnya di level 11.425 per dolar AS.

Sepanjang perdagangan pagi ini, rupiah terus bergerak dalam tren menguat. Rupiah bahkan sempat menembus level terkuatnya di posisi 11.375 per dolar AS.

Riset PT Samuel Sekuritas Indonesia mencatat tren pelemahan rupiah memang sudah terbentuk namun sentimen penguatan masih tersisa.

Secara umum, ujar Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, rupiah masih dalam tren penguatan. Namun jika dolar AS kembali melanjutkan penguatannnya, bukan tak mungkin rupiah kembali melemah.

"Hari ini rupiah bisa mendapat ruang untuk menguat walaupun tipis sebelum akhirnya kembali melemah di sepanjang minggu ini," katanya.

Sentimen yang bisa mempengaruhi pergerakan rupiah kali ini adalah neraca perdagangan dan inflasi April 2014.

(Syahid Latif)


Source: liputan6.com
Risiko Negara Maju Naik, Rupiah Menguat ke Level 11.357/US$

Liputan6.com, Jakarta Meningkatnya risiko negara maju ditambah indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang meningkat membuat kurs rupiah kembali menguat.

Hampir semua mata uang di Asia tercatat menguat terhadap dolar AS hingga kemarin sore. Penguatan berlanjut pada pembukaan perdagangan pagi ini.

Mengutip data kurs Valas Bloomberg, Selasa (25/3/2014), rupiah dibuka menguat 17,5 poin ke level 11.362,5. Pada penutupan sehari sebelumnya, rupiah bertengger di level 11.380 per dolar AS.

Meski dibuka menguat, pergerakan rupiah masih variatif. Rupiah hingga perdagangan jelang siang ini sempat menyentuh level terkuat 11.353 per dolar AS. Posisi rupiah hingga saat ini bertengger di level 11.365 per dolar AS.

Penguatan rupiah juga tercatat dalam data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) dari Bank Indonesia. Rupiah di pasar transaksi antar bank dalam negeri diperdagangkan di kisaran 11.357 per dolar AS.

Dibandingkan data kemarin, rupiah hari ini menguat 27 poin dari sebelumnya di level 11.384 per dolar AS.

Riset Samuel Sekuritas Indonesia memperkirakan rupiah berpeluang kembali menguat pada perdagangan hari ini. Semenjak sore hingga malam tadi, data zona Eropa dan AS terus menunjukan perlambatan ekonomi.

Indeks dolar AS juga tertekan di saat euro menguat tajam dan pasar saham berguguran.

"Sentimen tersebut akan menjaga rupiah hari ini walaupun risiko perlambatan China akan mencegah perubahan drastis," ujar Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta.

(Syahid Latif)


Source: liputan6.com
Melemah 51 Poin, Rupiah Tertekan Lagi oleh AS

Liputan6.com, Jakarta Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali tertekan usai data terbaru dari Negeri Paman Sam menunjukan perbaikan.

Pelemahan juga terjadi seiring penguatan indeks dolar AS yang masih mampu bertahan.

Data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) dari Bank Indonesia (BI), Rabu (26/3/2014) bertengger di level 11.408, atau melemah 51 poin dari penutupan sebelumnya di level 11.357 per dolar AS.

Dengan pelemahan ini, rupiah kembali terperosok ke level sepekan terakhir yang berada di posisi 11.407 per dolar AS pada, Kamis 20 Maret.

Sementara data kurs Valas Bloomberg sebetulnya sempat dibuka dengan meyakinkan. Rupiah dibuka ke level 11.382,5 atau menguat tipis 11 poin dari penutupan kemarin 11.393,8 per dolar AS.

Sayangnya, penguatan tersebut hanya berlangsung sementara. Investor yang mulai khawatir dengan perbaikan data AS kembali menekan rupiah.

Hingga perdagangan jelang siang ini, rupiah sempat bertengger di level terlemahnya di posisi 11.418 per dolar AS. Saat ini, rupiah masih berupaya melawan pelemahan dan menetap di level 11.405 per dolar AS.

(Syahid Latif)


Source: liputan6.com
Rupiah Kembali Perkasa, BI Justru Siapkan Kewaspadaan

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah kembali perkasa di awal bulan April 2014. Penguatan yang terjadi bukan pertama kalinya ini, dipengaruhi belum adanya data-data negatif dari sisi domestik.

Gunernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo mengungkapkan meski rupiah menunjukkan tren positif, namun BI akan terus meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi kemungkinan pelemahan.

"Kita harus antisipasi di kuartal ke-2 ini, akan biasanya terjadi permintaan dalam dolar yang cukup tinggi, dan kita harus tingkatkan pendalaman pasar sehingga pasar bisa memenuhi permintaan-permintaan itu," ungkap Agus di Gedung Bank Indonesia, Selasa (1/4/2014).

Mengenai pergerakan rupiah kedepannya seperti apa, Agus mengaku lebih menyerahkan pergerakan rupiah sesuai dengan kondisi pasar dimana hal itu akan mencerminkan fundamental Indonesia.

"Saya tidak berkomentar terkait target nilai tukar, karena kita memang tidak pernah mentargetkan nilai tukar," jelas Agus.

Seperti diketahui, menjajaki perdagangan perdana pada April 2014, nilai tukar rupiah tercatat dibuka menguat. Menurut penelusuran Bloomberg, hingga saat ini rupiah masih mencatatkan penguatan terbaik di antara 24 negara berkembang lainnya.

Data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) Selasa (1/4/2014) mencatat rupiah bertengger di level 11.271 per dolar AS.

Dibandingkan perdagangan pada akhir Maret, rupiah pagi ini menguat hingga 133 poin dari level 11.404 per dolar AS.

Sementara itu, data valuta asing (valas) Bloomberg juga mencatat rupiah dibuka menguat ke level 11.270. Di awal sesi perdagangan hari ini rupiah memang sempat menyentuh level 11.320.

Namun kemudian nilai tukar rupiah kembali bergerak menguat ke level 11.282 per dolar AS pada pukul 09.43 waktu Jakarta. Perdagangan rupiah hari ini masih bergerak di kisaran 11.262 - 11.331 hingga pukul 10.51 wib.

(Nurmayanti)


Source: liputan6.com
Rupiah Melemah Tersandung Cerahnya Ekonomi AS

Liputan6.com, Jakarta Setelah sempat menguat tajam akibat negara perdagangan yang tercatat surplus, nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini kembali mengalami koreksi. Cerahnya rilis terbaru data ekonomi Amerika Serikat (AS) kembali mengganjal penguatan rupiah pada perdagangan hari ini.

Data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dikeluarkan BI, Rabu (4/2/2014), mencatat rupiah terkoreksi 32 poin ke level 11.303 per dolar AS pada perdagangan hari ini.

Padahal, data kurs JISDOR sehari sebelumnya mencatat rupiah sempat bergerak menguat di kisaran 11.271 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta menjelaskan, pelemahan rupiah yang terjadi kali ini dipicu membaiknya data ekonomi AS. Selain itu, lemahnya pertumbuhan ekonomi China juga dapat menjadi ganjalan penguatan rupiah.

Sementara itu, data valuta asing (valas) Bloomberg juga mencatat rupiah yang sempat dibuka menguat tercatat bergerak melemah ke level 11.311 per dolar AS pada perdagangan pukul 8:44 waktu Jakarta. Perdagangan rupiah hari ini masih bergerak di kisaran 11.295 - 11.312 hingga pukul 11:19.

Sejauh ini, Rangga menjelaskan, sebagian besar mata uang di kawasan Asia tercatat mengalami penguatan.

(Nurseffi Dwi Wahyuni)


Source: liputan6.com
Rupiah Kembali Percaya Diri

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) memimpin pelemahan di antara mata uang di kawasan Asia lainnya sepanjang minggu kemarin. Pelemahan rupiah dan mata uang di Asia lainnya didorong akan kekhawatiran melambatnya pertumbuhan ekonomi di Cina.

Pada minggu kemarin, rupiah terus mengalami tekanan. Pada Senin (21/4/2014), nilai tukar rupiah ditutup di level Rp 11.446 per dollar AS. Pada Jumat (25/4/2014), nilai tukar rupiah ditutup di level Rp 11.565 per dollar AS. artinya dalam sepekan rupiah mengalami pelemahan sebesar 1,04%.

Salah satu penyebab rupiah melemah karena kekhawatiran perlambatan ekonomi Cina yang bisa membuat permintaan akan barang eskpor menurun. International Monetary Fund (IMF) menurunkan estimasi pertumbuhan ekonomi Cina dari yang semula di level 7,7% menjadi 7,5%.

Vishnu Varathan, Ekonom Senior Mizuho Bank Ltd, di Singapura menjelaskan beberapa indikator penurunan perekonomian Cina tersebut telah keluar. "Dengan keluarnya rilis tersebut beberapa mata uang Asia harus berjuang untuk mempertahankan posisinya," jelasnya seperti ditulis oleh Bloomberg, (26/4/2014).

Selain itu, pelemahan rupiah juga disebabkan belum adanya kepastian siapa yang akan mendampingi Joko Widodo, Calon Presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Saktiandi Supaat, Kepala Riset Malayan Banking Bhd di Singapura menjelaskan pasar saat ini sedang menunggu kepastian tersebut. "Sebelum ada kepastian tersebut nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan terus berada di tren melemah," jelasnya.

Namun, Riset Samuel Sekuritas Indonesia memperkirakan khusus hari ini rupiah kemungkinan besar akan mengalami penguatan seiring dengan mata uang Asia lainnya. "Karena pengaruh global, beberapa data Amerika yang keluar tidak sesuai perkiraan" jelas Rangga Cipta, Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia.

(Arthur Gideon)


Source: liputan6.com
Investor Percaya Diri, Rupiah Terus Menguat

Liputan6.com, Jakarta - Seperti dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini terus menguat. Sentimen positif akan hasil rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) menjadi salah satu penyebabnya.

Mengutip data valuta asing (valas) Bloomberg, Rabu (23/7/2014), nilai tukar rupiah dibuka pada level Rp 11.526 per dolar AS. Menguat jika dibanding dengan penutupan kemarin yang berada di level Rp 11.606 per dolar AS.

Pada pukul 11.45 WIB, rupiah terus menguat ke level Rp 11.510 per dolar AS. Sampai siang ini rupiah berada di kisaran Rp 11.482 per dolar AS hingga Rp 11.532 per dolar AS.

Sedangkan pada kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah juga menunjukkan penguatan. pada 22 Juli 2014, posisi JISDOR di level Rp 11.531 sedangkan pada 23 Juli 2014 berada di level Rp 11.498.

Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Ryan Kiryanto mengatakan, penguatan rupiah kali ini merupakan dampak dari pelaksanaan pemilihan presiden yang berjalan lancar dan tanpa gangguan yang berarti.

"Meskipun ada penolakan dari pasangan nomor urut 1 Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, namun prosesnya berjalan sesuai dengan keinginan pasar," jelasnya kepada Liputan6.com.

Menurutnya, jika sampai dengan pelantikan nanti tidak ada masalah, rupiah akan terus menunjukkan penguatan yang lebih besar. Hal ini karena kepercayaan investor kepada Indonesia kembali naik sehingga investasi ke Indonesia masuk lebih besar.

Selain itu, janji dari Bank Indonesia (BI) untuk melakukan intervensi jika rupiah benar-benar terpuruk karena sentimen politik juga membuat kepercayaan investor ke Indonesia lebih tinggi lagi.

Kemarin, Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Peter Jacob mengungkapkan BI dalam hal ini siap melakukan intervensi jika pelemahan terus berlanjut.

"Kami ada di pasar kalau ada volatile yang tajam. Kalau volatile ini di luar fundamental maka kami akan intervensi," katanya.

Peter juga menjelaskan pelemahan yang terjadi di pasar saham dan pasar keuangan Indonesia akibat keputusan salah satu capres tersebut dinilai wajar. Seperti diketahui, dalam pernyataan sikap yang dibacakan di Rumah Polonia, Jakarta, capres nomor urut 1 Prabowo Subianto menyatakan menolak pelaksanaan Pilpres 2014. Sesaat kemudian setelah pernyataan sikap dibacakan rupiah melemah cukup dalam.

Ryan melanjutkan, secara jangka panjang, rupiah bisa melanjutkan penguatannya jika kinerja ekonomi memang berjalan baik atau kembali ke faktor fundamental.

Oleh sebab itu, presiden terpilih harus benar-benar memilih tim ekonomi yang profesional dan menguasai bidangnya agar pertumbuhan ekonomi sesuai dengan target.

(Arthur Gideon)


Source: liputan6.com
Indonesia Punya Sejarah Transisi Presiden yang Kurang Baik

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinasi Bidang Ekonomi Chairul Tanjung memberikan apresiasi kepada kedua pasang calon presiden sehingga proses pemilihan presiden berjalan dengan mulus.

Dengan proses yang mulus tersebut,  diharapkan proses ke depannya atau masa transisi juga berjalan baik sehingga dapat semakin memperkuat ekonomi Indonesia ke depan.

Menurut Chairul Tanjung, Indonesia mempunyai catatan sejarah peralihan atau masa transisi yang kurang baik.

"Dari era Presiden Soekarno ke Soeharto, dari Soeharto ke Habibie, dari Habibie ke Gusdur, dari Gusdur ke Megawati dan dari Megawati ke SBY, selalu saja ada masalah. Tapi baru di era sekarang ini, sebelum pengumuman (pilpres) saja sudah bisa duduk sama-sama saat buka puasa," jelasnya di Jakarta, Rabu (23/7/2014).

Menteri Keuangan, Chatib Basri pun memberi ucapan selamat kepada pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang telah berhasil memenangkan pilpres 2014, mengalahkan pasangan lainnya Prabowo subianto dan Hatta Rajasa.

"Ini sangat penting dan akan menjadi fondasi proses transisi yang berjalan dengan damai. Kalau damai, kita tenang jadi tinggal ngurusin fundamental ekonominya saja," terangnya.

Kondisi ini, sambung dia, direspon positif oleh pelaku pasar sehingga nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mengalami penguatan di kisaran Rp 11.400-Rp 11.500.

"Penguatannya 100 basis poin lebih. Setiap apresiasi Rp 100 per dolar AS, maka defisit anggaran turun Rp 2,6 triliun. Pasar juga merespon positif penerbitan surat utang kita," jelasnya.   

Meski begitu, Chatib mengatakan, dengan pengumuman hasil perhitungan suara dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) menandakan Indonesia sudah mempunyai Presiden dan Wakil Presiden baru.

"Kita punya Presiden dan Wapres baru itu kemenangan besar, tapi nggak cukup hanya itu, mesti ada reformasi lanjutan dengan kebijakan tepat," pungkasnya. (Fik/Gdn)

(Arthur Gideon)


Source: liputan6.com
Kurs Rupiah di Pasar Spot RI Kembali Perkasa
Nilai tukar rupiah masih mampu mempertahankan tren kenaikannya di awal pekan kedua Oktober. Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (JISDOR) mencatat rupiah menguat 24 poin ke level 11.532 per dolar AS.

Dikutip dari data Bank Indonesia, Senin, 7 Oktober 2013, rupiah hari ini bergerak menguat dibandingkan posisi penutupan akhir pekan lalu di level 11.556 per dolar AS.

Penguatan rupiah juga tercatat di data kurs Bloomberg. meski sempat melemah dan menembus level 11.528 per dolar AS, rupiah jelang siang ini bertengger di level 11.299 per dolar AS.

Kurs rupiah bahkan sempat menyentuh posisi terkuatnya di level 11.197 per dolar AS. Pergerakan rupiah kali ini cukup fluktuatif karena beberapa kali sempat bergerak di teritori merah sebelum berupaya melawan pelemahan dengan kembali menguat.

Sementara data RTI hingga perdagangan pukul 11.30 WIB, rupiah juga diperdagangan menguat 69 poin ke level 11.441 per dolar AS.

Penguatan rupiah terjadi ditengah pelemahan dolar Singapura sebesar 0,12% dan Dolar Hong Kong.(Shd)

(Shd)


Source: liputan6.com
Rupiah Kembali Menguat Usai Terpuruk Selama 7 Hari
Bertambahnya cadangan devisa Indonesia menjadi katalis positif bagi nilai tukar rupiah. Setelah melemah selama tujuh hari terakhir, rupiah akhirnya kembali menguat.

"Cadangan devisa yang mulai stabil menjadi pendukung nilai tukar rupiah," kata Pialang Valas PT Bank Rakyat Indonesia, Tri Sulistianing Astuti seperti dikutip laman Bloomberg, Kamis (7/11/2013).

Kurs rupiah di pasar lokal tercatat menguat 0,1% ke level 11.395 pada perdagangan pukul 9.52 WIB. Sementara rupiah di pasar non delivered forward (NDF) untuk satu bulan ke depan juga menguat 0,3% ke level 11.349 per dolar AS.

Rupiah di pasar NDF bergerak lebih kuat 0,4% dibandingkan pasar spot.

Tri mengatakan, selain sentimen cadangan devisa, gerak rupiah juga ikut dipengaruhi oleh keputusan pemerintah membuka kesempatan investasi asing di sektor-sektor yang selama ini dilarang.

Seperti diketahui, pemerintah telah mengeluarkan Daftar Negatif Investasi baru yang membolehkan asing berinvestasi di bisnis kebandarudaraanm pelabuhan, telekomunikasi, dan farmasi.

"Kebijakan ini baru terlihat dampaknya dalam tiga bulan ke depan," ujar Tri.

Sementara itu, data Association of Bank di Siangpura menunjukan, kemarin nilai tukar rupiah di pasar kontrak berada di level 11.259 per dolar AS.(Shd)

(Shd)


Source: liputan6.com
Presiden Baru Terpilih, Rupiah Menguat

Nilai tukar rupiah terus berada pada tren melemah sepanjang tahun ini. Meski demikian, Bank Indonesia (BI) cukup yakin rupiah bisa kembali menguat setelah pesta akbar pemilihan presiden digelar tahun depan.

"Setiap menjelang pemilu atau setelah pemilu, nilai tukar kita (rupiah) akan menguat. Setelah pemimpin baru, rupiah biasanya akan mengalami perbaikan nilai tukar," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Difi Johansyah saat ditemui dalam acara pelatihan wartawan ekonomi dan perbankan mengenai pendalaman seputar nilai tukar di Hotel Trans Studio, Bandung, Sabtu (7/12/2013).

Selain itu, Difi juga menjelaskan sejumlah faktor internal dan eksternal yang menekan nilai tukar rupiah perlahan mulai teratasi. Sebut saja, tingkat inflasi yang sempat meningkat tajam tahun ini akibat kenaikan harga sejumlah barang seperti yang terjadi di sektor komoditas.

Meski begitu, BI memprediksi harga-harga barang di pasaran akan kembali stabil. Kondisi tersebut dapat membuat tingkat inflasi merosot hingga mencapai target 4,5% pada 2014.

"Mulai tahun depan inflasi akan terus mengalami penurunan hingga diperkirakan mencapai 4,5%," ujarnya.

Faktor internal lain yang menyebabkan pelemahan rupiah adalah defisit transaksi berjalan. Tetapi kebijakan BI untuk menaikkan suku bunga acuannya serta merevisi sebagian aturan impor pemerintah telah menurunkan volume impor di Tanah Air.

Sementara itu, pasar sudah mulai jenuh menghadapi isu kebijakan penarikan dana stimulus Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang tak kunjung usai. Seiring memudarnya kekhawatiran para investor dan pelaku pasar, sentimen pelemahan rupiah pun mulai berkurang. Dengan begitum rupiah dapat berangsur pulih dari keterpurukannya.

"Seterusnya untuk isu tapering off itu sudah tidak ada lagi, market sudah price in dengan isu ini. Sehingga tidak ada alasan lagi rupiah melemah," tandas Difi.

Sementara menjawab pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini hingga sempat menembus level 12 ribu per dolar AS, Difi menyatakan hal tersebut sangat wajar terjadi menjelang akhir tahun, mengingat beberapa perusahaan perlu membayar utang dan memerlukan dolar dalam jumlah besar. (Dis/Ndw)

(Ndw)


Source: liputan6.com
Hatta Yakin Amblasnya Rupiah Hanya Sementara
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa memperkirakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hanya bersifat sementara meski kurs rupiah terus terpuruk hingga tak ingin beranjak dari Rp 12.100 per dolar AS.

"Pengaruh biasanya karena kebutuhan perusahaan terhadap dolar AS meningkat di akhir tahun untuk membayar utang. Tapi saya yakin ini hanya bersifat sementara dan akan menguat seiring dengan upaya kita dalam mengurangi defisit transaksi berjalan," ujar dia di Jakarta, Selasa (17/12/2013).

Namun Hatta mengaku, kebutuhan tersebut sudah tersedia dengan total nilai sebesar US$ 7,3 miliar pada Desember atau lebih tinggi dibanding kebutuhan dolar AS di November sebesar US$ 6,3 miliar.

"Kebutuhan itu semuanya sudah tersedia, tidak ada masalah. Bank Indonesia (BI) juga ada di pasar. Jangan khawatir, gerak kurs rupiah mencerminkan fundamentalnya dan kita perlu menanggulangi defisit transaksi berjalan," jelasnya.

Di samping itu, Hatta juga mengimbau kepada seluruh eksportir untuk menyimpan dananya di bank-bank dalam negeri. Sebab total nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 15 miliar-US$ 17 miliar per bulan. "Kami minta mereka (eksportir) untuk masuk ke sini. Kalau hasil ekspor ada di sini kan sangat baik," tandasnya. (Fik/Ndw)

(Ndw)


Source: liputan6.com
Rupiah Amblas, Pemerintah Tak Kehilangan Akal Sehatkan Anggaran

Pemerintah telah memprediksi pelemahan rupiah terhadap melebarnya defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014. Namun pemerintah berjanji tidak akan tinggal diam untuk bisa menyehatkan fiskal meskipun masih ada depresiasi rupiah.

Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Askolani mengakui depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi masih akan terjadi di tahun depan. Hal ini akan berdampak terhadap postur APBN.

"Potensi ada, tapi pasti ada jalannya karena setiap tahun mengalami hal yang sama," ungkap dia di Jakarta, Rabu (18/12/2013) malam.

Pemerintah, lanjutnya, akan membuka seluruh opsi supaya dapat menyehatkan anggaran negara di tengah gejolak nilai tukar rupiah. Upaya tersebut dilakukan agar patokan defisit anggaran tahun depan bisa terealisasi.

"Ya opsinya apakan defisit harus disesuaikan, penghematan belanja, atau mengoptimalkan pendapatan. Pokoknya semua opsi dibuka, karena kami tidak pernah kehilangan akal," ujarnya.

Askloni memperkirakan, patokan nilai tukar rupiah bisa saja berubah dari target Rp 10.500 per dolar AS dalam APBN 2014. Sehingga pemerintah harus bergerak cepat mempercepat pembahasan APBN Perubahan.

"Bisa saja di atas itu (Rp 10.500 per dolar AS) tapi soal berapanya lihat waktu nanti. Nanti akan dihitung kalau ada proyeksi baru, lakukan evaluasi di Januari 2014. Kami tidak pernah diam, makanya kalau ada perubahan akan cepat membahas APBN-P seperti tahun lalu," tandas dia.

Sementara Menteri Keuangan Chatib Basri menambahkan, pihaknya memproyeksikan pelemahan rupiah Rp 1.000 per dolar AS akan menyumbang defisit anggaran bersih sebesar Rp 5 triliun.

"Kalau pelemahannya Rp 2.000 per dolar AS, ada tambahan defisit jadi Rp 10 triliun. Tapi sekarang sudah ada tanda-tanda perbaikan angka ekspor di mana November ini untu pertama kalinya tumbuh positif karena AS mengalami peningkatan," jelasnya.

Di samping itu, kata Chatib, konsumsi rumah tangga masih cukup tinggi terutama menjelang pemilihan umum. (Fik/Ndw)

 Baca juga:

Rupiah Tertekan Menahan Laju IHSG pada 2013

Indonesia Tak Mampu Manfaatkan Penguatan Yuan

Rupiah Melemah, Produsen Jamu Naikkan Harga Jual

(Ndw)


Source: liputan6.com
Rupiah Kian Amblas Jika Pasar Terus Panik
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) memprediksi nilai tukar rupiah bisa menembus Rp 13 ribu per dolar Amerika Serikat (AS) pada tahun depan. Hal iitu terjadi jika pemerintah gagal untuk menenangkan pasar sehingga memberikan efek pada depresiasi rupiah.

"Kalau sampai akhir tahun nilai tukar rupiah diperkirakan mencapai Rp 12.500. Untuk 2014, bisa mencapai Rp 13 ribu, kalau kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tidak pasti, makanya jangan bikin orang panik," ujar Ketua Umum APINDO  Sofjan Wanandi  saat konferensi pers di Gedung Permata Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (19/12/2013).

Dia menilai, pemerintah harus dapat belajar dari pada krisis sekitar tahun 1997-1998, di mana banyak modal yang lari ke luar negeri. Untuk itu jelang tahun politik 2014, pemerintah justru jangan mengambil langkah yang bisa membuat pelaku pasar resah.

"Ketika tahun 1997-1998 lalu, semua orang mau memegang dolar AS, mereka tidak ada yang mau pegang rupiah. Makanya kita harus menjaga itu, jangan sampai kejadian seperti itu terulang lagi," lanjutnya.

Sementara itu, Sofjan juga menilai tingkat suku bungan acuan Bank Indonesia atau BI Rate saat ini sudah sangat bersahabat dengan pengusaha sehingga diharapkan BI tidak lagi menaikan BI Rate pada tahun depan.

Menurut dia, untuk memperbaiki perekonomian tidak bisa hanya dilakukan oleh BI, melainkan upaya pemerintah secara nyata dianggap paling penting untuk menurunkan nilai tukar rupiah terhadap dolar dan memperbaiki defisit neraca perdagangan.

"Untuk sekarang, pengusaha sudah sangat susah sekali. Monetary policy tidah bisa menyelesaikan ini, harus ada real policy dari pemeritah. Tidak hanya BI yang harus selesaikan ini, karena itu saya tidak percaya kebijakan moneter bisa selesaikan ini," tandasnya. (Dny/Ndw)

Baca juga:

Stimulus AS Dipangkas, Rupiah Jatuh ke 12.200/US$


Rupiah Tertekan Menahan Laju IHSG pada 2013

Indonesia Tak Mampu Manfaatkan Penguatan Yuan

Rupiah Melemah, Produsen Jamu Naikkan Harga Jual

(Ndw)


Source: liputan6.com
Chatib Basri: Pelemahan Rupiah Masih Terkendali
Pemerintah menilai pelemahan nilai tukar rupiah yang sempat menembus Rp 12.246 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pagi tadi masih sangat terkendali. Sebab pasar sudah lebih dulu mengantisipasinya sejak enam bulan lalu ketika The Fed mengumumkan rencana pengurangan stimulus (tapering off).

Menteri Keuangan Chatib Basri mengungkapkan, pihaknya selalu memonitor situasi pasar keuangan. Menurut dia, kondisi pasar keuangan hari ini masih sama dengan situasi sepekan terakhir.

"Pelemahan nilai tukar rupiah masih dalam kadar relatif terkendali karena Bank Indonesia (BI) ada di pasar. Sehingga kurs rupiah turun di bawah Rp 12.200. Kalau NDF tidak bisa diintervensi artinya dari sisi exchange rate, market bergerak sesuai dengan gerakan dari pasarnya," ujarnya di kantornya, Jumat (20/12/2013).

Di sisi lain, Chatib mengaku, indeks harga saham gabungan (IHSG) berhasil terangkat 40 poin. Kondisi ini berbeda saat pengumuman tapering off kali pertama yang merontokkan indeks pasar modal sampai 200 poin, menghempas nilai tukar rupiah dan yield Surat Utang Negara (SUN).

Tak hanya rupiah, kata dia, nilai tukar mata uang negara lain seperi Jepang, Malaysia dan India mengalami depresiasi cukup parah akibat pengumuman tapering off.

"Tapi sekarang yield SUN sampai siang ini sudah turun karena pasar sudah price in sejak enam bulan lalu. Mereka sudah mempersiapkan dampaknya (tapering off). Pelemahan rupiah saat ini lebih kepada permintaan valuta asing yang tinggi," paparnya.

Meski begitu, Chatib bilang, bukan berarti pemerintah akan lepas tangan begitu saja mengingat tapering off akan memberikan imbas kepada pasar keuangan negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Pemerintah, sambungnya, tetap akan memonitor perkembangan tapering off.

(Ndw)


Source: liputan6.com
Penurunan Rupiah Tahun Ini Terparah Sejak 2000
Rupiah menunjukkan kemorosotan tahunan terbesarnya sejak 2000 akibat angka defisit transaksi berjalan nasional yang menembus level tertingginya. Sepanjang 2013, rupiah tercatat merosot hingga 21%.

Selain itu, rupiah juga menerima hantaman dari persiapan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk mengurangi dana stimulusnya tahun depan yang mendorong aliran dana masuk ke negara-negara berkembang.

Seperti dikutip dari data valuta asing (Valas) Bloomberg, Senin (30/12/2013), di pasar bank domestik, rupiah menguat tipis di level 12.264 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:24 waktu Jakarta. Pada perdagangan pekan lalu, rupiah tercatat ditutup di level 12.263.

Para investor global menjual surat utang berdenominasi lokal sebesar US$ 1,9 miliar lebih banyak dari yang dibelinya hingga 27 Desember tahun ini. Kondisi tersebut membuat IHSG terjerembab 1,8% dan menjadi penurunan terbesarnya dalam lima thaun terakhir.

Sementara itu melihat pasar tenaga kerja AS yang membaik, The Fed berencana akan mengurangi pembelian obligasinya menjadi US$ 75 miliar dari US$ 85 miliar per bulan saat ini. Akibatnya, rupiah menjadi mata uang terburuk di Asia sepanjang tahun karena jumlah pelemahannya merupakan yang terbesar.

Data Kementerian Keuangan RI mencatat investor asing memborong surat utang berdenominasi lokal sebesar Rp 1 triliun pada 2 Desember. Dengan begitu, totalnya menjadi Rp 323,9 triliun sejak 21 November.

"Pemerintah perlu melakukan upaya-upaya terbaiknya untuk mengatasi masalah-masalah tersebut yang salah satu diantaranya adalah defisit. Semua itu agar rupiah dapat menguat tahun depan," ungkap salah satu pelaku jual beli mata uang di PT Bank Artha Graha, Gusti Kahari.

Menurutnya, rupiah sangat bergantung pada aliran dana asing ke dalam negeri. Dia memprediksi, kuartal pertama tahun depan, rupiah masih akan mengalami tekanan dari isu-isu The Fed.

Sementara itu, volatilitas rupiah satu bulan ke depan, tercatat merosot 16 basis point ke level 14,7% dan sempat menyentuh 14,3% atau level terendah sejak 29 November. (Sis/Ndw)

Baca juga:

Rupiah dan Rupee Masih Bergejolak pada 2014

Rupiah Terpuruk, Pengusaha Kain Tenun Putar Otak Tak Naikan Harga

Rupiah Bakal Jinak pada Tahun Politik

(Ndw)


Source: liputan6.com
Hatta Rajasa: Era Dolar Murah Sudah Tamat
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa mengungkapkan, nilai tukar rupiah terus bergerak dalam pusaran fundamentalnya. Kondisi ini seiring dengan penguatan dolar AS sejak pertengahan tahun lalu.

"Rupiah tetap mencerminkan fundamentalnya, karena era dolar murah sudah berakhir dari situasi tidak normal ke kondisi normal," tegas dia di Jakarta, Kamis (2/1/2013).

Lebih jauh Hatta menilai kondisi beberapa tahun lalu masuk dalam situasi tidak normal karena banyak negara maju dan berkembang menikmati suntikan modal (quantitative easing/QE) dari AS.

"Yang dulu tidak normal karena ada QE senilai US$ 90 miliar dari The Fed masuk kemana-mana. Tapi tapering off membuat dana itu balik lagi ke AS sehingga rupiah tertekan namun sesuai kondisi fundamentalnya dan akan mencapai keseimbangan baru," jelasnya.

Hatta mengaku, depresiasi rupiah semakin parah karena kebutuhan dolar AS melejit pada akhir tahun lalu karena ada kewajiban perusahaan swasta sebesar US$ 7,3 miliar untuk membayar cicilan utang.

"Saya yakin nilai tukar rupiah akan lebih baik di tahun ini karena melihat sudah ada penguatan meski rupiah masih di level Rp 12 ribu per dolar AS," tandasnya.

Sebelumnya, mengawali aktivitas 2014, rupiah masih bergerak fluktuatif. Mengutip data kurs Reuters, rupiah pagi tadi sempat dibuka stagnan di level 12.150 per dolar AS.

Pelaku pasar yang masih menunggu keluarnya data terbaru perekonomian, khususnya neraca perdagangan Indonesia , membuat tekanan pada nilai tukar rupiah.

Kurs rupiah pun mulai bergerak melemah dan mencapai level terendahnya di level 12.250 per dolar AS. Beruntung rupiah masih bisa melawan dan kembali bergerak menguat. HIngga perdagangan pukul 10.45 WIB, rupiah masih bisa bertahan di level 12.215 per dolar AS.  (Fik/Ndw)

(Ndw)


Source: liputan6.com
Rupiah Jeblok, RI Bakar Duit Rp 210 Triliun buat Subsidi BBM
Pemerintah melaporkan realisasi anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM ) sepanjang tahun lalu membengkak atau melampaui pagu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun Buku 2013 hingga 105,1%.

Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Askolani mencatat anggaran subsidi BBM sampai dengan 31 Desember 2013 mencapai sebesar Rp 210 triliun.

"Anggaran subsidi BBM per akhir tahun lalu sebesar Rp 210 triliun atau melonjak 105,1% melampaui pagu APBN-P 2013 ditargetkan sebesar Rp 199 triliun," terang dia saat Konferensi Pers Evaluasi Kinerja Realisasi APBN-P 2013 di kantornya, Jakarta, Senin (6/1/2014).

Lebih jauh Askolani menambahkan, penyebab peningkatan anggaran subsidi BBM pada tahun lalu karena depresiasi nilai tukar rupiah dan harga pembelian BBM.

"Sebenarnya ada potensi tagihan subsidi BBM mencapai Rp 240 triliun-Rp 250 triliun karena depresiasi rupiah dan harga pembelian BBM yang lebih tinggi dari perkiraan APBN-P 2013," tuturnya.

Dia mengaku, pemerintah telah menganggarkan cadangan pembayaran tagihan subsidi BBM sebesar Rp 20 triliun pada APBN 2014 untuk mengantisipasi potensi tagihan ini.

"Tapi nanti akan diitung kembali oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengenai kepastian tagihan pembayaran subsidi BBM," ucapnya.

Meski begitu, Askolani menuturkan, realisasi volume BBM subsidi kurang dari target karena masih di bawah 47 juta kiloliter (Kl) pada 31 Desember 2013. Sementara pemerintah mematok kuota BBM subsidi sepanjang tahun lalu sebanyak 48 juta kl.

Menurut data Kementerian Keuangan, realisasi anggaran subsidi BBM tersebut masuk dalam belanja subsidi energi yang mencapai Rp 355 triliun atau 102% dari pagi.

"Sedangkan anggaran subsidi listrik bisa dikendalikan dengan besaran Rp 100 triliun atau 100% dari pagu. Dan subsidi non energi terealisasi sebesar Rp 45 triliun atau 93,2% dari target," tandas Askolani. (Fik/Ndw)

(Ndw)


Source: liputan6.com
Larangan Ekspor Bijih Mineral Bikin Rupiah Anjlok?

Kebijakan pemerintah melarang ekspor mineral mentah dinilai bisa menimbulkan dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) secara jangka pendek.

Kepala Ekonomi Bank Mandiri Destri Damayanti menilai dampak pelemahan rupiah itu terjadi secara tidak langsung, mengingat penerapan Undang-undang (UU) tentang Mineral dan Batubara (Minerba) tersebut akan berdampak langsung terhadap kinerja ekspor Indonesia.

"Secara tidak langsung bisa (mempengaruhi rupiah) karena ekspor akan turun sehingga pasokan dolar AS berkurang," kata Destri saat berbincang dengan Liputan6.com seperti ditulis Senin (20/1/2014).

Dengan berkurangnya pasokan dolar di pasar keuangan Indonesia, maka akan melemahkan nilai tukar rupiah. Hal ini bakal memaksa Bank Indonesia untuk kembali melakukan intervensi jika pelemahan itu terus berlanjut.

Meski begitu Destri menilai secara jangka panjang hal itu akan membantu meningkatkan nilai tambah produk ekspor mineral Indonesia mengingat kini Indonesia masih menjadi salah satu negara produsen mineral terbesar di dunia.

"Jika panjang mestinya akan berkurang tekanannya karena nilai ekspor mineral akan lebih tinggi karena adanya pertambahan nilai tambah hasil ekspor mineral kita," katanya.

Untuk itu Destri menilai apa yang sudah diputuskan pemerintah tersebut untuk terus dijaga konsistensinya dan diimbangi dengan kebijakan netralitas untuk mengatasi dampak secara jangka pendeknya.

Kebijakan itu diperlukan karena dikhawatirkan kedepan akan justru semakin menimbulkan penambahan jumlah angka pengangguran di Indonesia.

"Tapi pemerintah harus konsisten dengan kebijakan ini dan medorong perkembangan industri hulu sektor mineral ini," pesannya. (Yas/Ndw)

(Ndw)


Source: liputan6.com
Rupiah Masih Rp 12.000 Karena Suplai Dolar Kurang?
Bank Indonesia (BI) menilai pelemahan nilai tukar rupiah yang masih betah di level Rp 12.000 per dolar Amerika Serikat (AS) karena dua faktor. Salah satunya adalah terkait suplai dolar yang tidak seimbang dengan jumlah permintaan.

Hal ini menunjukkan bahwa ada penyebab lain yang memberi tekanan pada pergerakan nilai tukar meskipun Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan tiga bulan berturut-turut sejak Oktober-Desember 2013. Totalnya mencapai US$ 2,3 miliar.

Gubernur BI, Agus Martowardojo mengungkapkan, penyebab pertama karena investor ataupun orang masih khawatir terhadap perekonomian global, termasuk negara-negara berkembang.

"Gejolak ekonomi dari pasar negara berkembang masih memberikan sentimen tersendiri walaupun kita sudah lebih baik dalam menangani gejolak ini dibandingkan negara lain. Jadi rupiah pasti berpengaruh," ujarnya di Jakarta, seperti ditulis Jumat (7/2/2014).

Penyebab kedua, dia mempertanyakan ketersediaan dolar AS di perbankan Tanah Air. Pasalnya permintaan terhadap mata uang negara Adidaya itu sejak akhir tahun lalu cukup tinggi untuk pembayaran utang luar negeri, dan sebagainya.

"Meski ekspor surplus, tapi apakah dolar di dalam sistem perbankan kita cukup untuk memenuhi permintaan dolar AS? Inilah yang membuat rupiah terus bergejolak, dan masih berada di angka Rp 12.000," jelasnya.

Saat ini BI, kata Agus, masih akan memberlakukan pengetatan moneter untuk mengimbangi tekanan global dari sisi domestik. Kebijakan ini fokus pada mempersempit defisit neraca transaksi berjalan supaya bisa berada di bawah 3% pada kuartal IV 2014.

"Kita juga akan fokus pada capital account yaitu mendorong investasi dengan menjaga portofolio supaya tetap masuk, sehingga kita bisa menjaga stabilitas sistem keuangan kita. Aliran investasi asing tetap masuk walaupun pertumbuhannya cukup lambat dan bisa menutupi defisit transaksi berjalan," tegasnya.

Dari data Bloomberg Dollar Index, rupiah dibuka 0,28% ke Rp 12.160 per dolar AS kemarin (6/2/2014) atau menguat dibanding saat penutupan Rabu (5/2/2014) yang bertengger di Rp 12.194 per dolar AS. (Fik/Ndw)

(Ndw)


Source: liputan6.com
Sandiaga Uno: Nasib Rupiah Tergantung Siapa Presiden Baru

Liputan6.com, Jakarta Pergerakan rupiah dalam pekan kedua Maret sempat menunjukkan penguatan dari sebelumnya di atas 12.000 per dolar AS kini berada di 11.400 per dolar AS. Meski diakui, rupiah kini kembali tertekan bahkan bergerak dalam tren melemah dalam sepekan terakhir.

CEO Saratoga Recapital, Sandiaga Uno memperkirakan nasib naik turunnya kurs rupiah terhadap dolar AS akan ditentukan oleh hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) pada Juli 2014

"Intinya pergerakan rupiah akan tergantung dari pemerintah baru dalam menyelesaikan persoalan yang terpengaruhi oleh kondisi global, baik dari mikro ataupun makro ekonomi," kata Sandiaga di Jakarta, Jumat (21/3/2014).

Sandiaga sendiri memperkirakan pergerakan rupiah pada tahun politik ini akan bertengger di kisaran 11.000-11.500 sampai akhir tahun.

Berdasarkan beberapa pengalaman sebelumnya, gelaran Pemilu dan Pilpres justru membuat gerak rupiah menunjukkan penguatan. Hal itu didorong karena pengaruh pertumbuhan konsumsi masyarakat Indonesia menjelang pemilu.

"Seperti sektor manufaktur, kami harapkan akan lebih meningkat, kita bisa ambil peluang dari China, yang saat ini mulai redup. Kita harapkan hal itu dapat mendorong rupiah terus menguat tahun ini, terutama penguatan rupiah dan penguatan indeks," kata Sandiaga.

(Syahid Latif)


Source: liputan6.com
Sandiaga Uno: Nasib Rupiah Tergantung Siapa Presiden Baru

Liputan6.com, Jakarta Meski melemah dalam sepekan terakhir, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa pekan terakhir telah menunjukkan penguatan dari sebelumnya di atas level 12.000 menjadi di kisaran 11.400 per dolar AS.

CEO Saratoga Recapital, Sandiaga Uno memperkirakan gerak rupiah dalam beberapa waktu ke depan akan ditentukan oleh hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) pada Juli 2014.

"Intinya pergerakan rupiah akan tergantung dari pemerintah baru dalam menyelesaikan persoalan yang terpengaruhi oleh kondisi global, baik dari mikro ataupun makro ekonomi," kata Sandiaga di Jakarta, Jumat (21/3/2014).

Sandiaga sendiri memperkirakan rupiah pada tahun politik ini akan bergerak di kisaran 11.000-11.500 sampai akhir tahun.

Dari pengalaman sebelumnya, gerak rupiah selama tahun Pemilu memang selalu menunjukan tren penguatan. Hal itu didorong pengaruh pertumbuhan konsumsi masyarakat Indonesia menjelang Pemilu.

Salah satu sektor yang akan meningkat signifikan adalah manufaktur. Indonesia dianggap bisa mengambil peluang meredupnya bisnis manufaktur di China.

"Kita harapkan hal itu dapat mendorong rupiah terus menguat tahun ini, terutama penguatan rupiah dan penguatan indeks," kata Sandiaga.

(Syahid Latif)


Source: liputan6.com