Berita Kurs Dollar pada hari Selasa, 22 Juli 2014 |
Pengumuman Presiden Baru Ricuh, Rupiah Bisa Terbang ke 12.000 |
Liputan6.com, Jakarta - Menjelang menit-menit pengumuman presiden baru oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sore ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung bergerak menguat. Sayangnya, Analis PT Bank Mandiri Tbk Reny Eka Putri memperkirakan rupiah bisa merosot parah hingga ke level Rp 12.000 per dolar AS jika pengumuman presiden disusul aksi protes atau ricuh dari kubu yang kalah.
Mengutip data valuta asing (valas) Bloomberg, Selasa (22/7/2014), nilai tukar rupiah sempat menyentuh level Rp 11.505 per dolar AS pada perdagangan pukul 8:40 waktu Jakarta. Rupiah juga sempat berfluktuasi melemah hingga ke level Rp 11.615 per dolar AS meski akhirnya kembali bergerak menguat.
Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), juga menunjukkan rupiah berhasil menguat 46 poin ke level 11.531 per dolar AS. Pada perdagangan sebelumnya, nilai tukar rupiah bergerak di kisaran 11.577 per dolar AS.
Dalam lima hari belakangan ini nilai tukar rupiah terus menguat. Ditulis dalam Bloomberg, penguatan rupiah tersebut karena sentimen positif hasil sementara perhitungan resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU). Dalam perhitungan tersebut, pasangan nomor urut 2 yaitu Joko Widodo dan Jusuf Kalla berada di atas pasangan nomor urut satu Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.
Joko Widodo mendapat sentimen positif karena merupakan kandidat yang tidak mempunyai hubungan dekat dengan era Soeharto.
Namun, arah pergerakan rupiah bisa saja berubah pada menjelang sore nanti.
Respons masyarakat terhadap pengumuman presiden terpilih sore ini akan menjadi faktor penentu pergerakan rupiah selama beberapa hari ke depan.
Menurut Reny, rupiah tidak akan menunjukkan pergerakan signifikan jika pengumuman KPU sore ini berlangsung aman. Sebaliknya, aksi protes dan kericuhan dari masing-masing kubu dapat membuat pasar bergejolak dan berimbas pada pergerakan nilai tukar rupiah.
"Jika pengumuman KPU diikuti aksi protes dan ricuh yang membuat asing ramai-ramai menarik dananya keluar dalam jumlah besar dan cepat, rupiah dapat anjlok hingga kebali ke level 12.000 per dolar AS," terangnya saat berbincang dengan Liputan6.com.
Lebih lanjut dia menjelaskan, tanpa kerusuhan dan aksi protes rupiah dapat bertahan di kisaran Rp 11.510 per dolar AS hingga Rp 11.705 per dolar AS.
Meski demikian, dia menegaskan, pergerakan rupiah sebelum dan paska pengumuman pemilihan presiden tak akan berlangsung lama. Setelahnya, pasar diproyeksikan kembali bergerak normal.
"Itu sudah biasa setiap kali pemilu, pengaruhnya itu H-3 dan H+3," tandasnya. (Sis/Gdn)
(Arthur Gideon)
Source: liputan6.com
|
Pasar Jagokan Jokowi, Rupiah Bisa di 11.400 |
Liputan6.com, Jakarta - Menjelang detik-detik pengumuman hasil perhitungan suara pemilihan umum oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan cukup tajam.
Berdasarkan catatan kurs tengah Bank Indonesia (BI) hari ini (22/7), terjadi apresiasi pada nilai tukar rupiah sampai menyentuh level Rp 11.531 per dolar AS.
Sementara posisi sehari sebelumnya, kurs rupiah berada di level Rp 11.577 dan Rp 11.706 per dolar AS di periode tiga hari lalu.
Sedangkan IHSG dibuka menguat 0,79 persen ke 5.127,12 pada perdagangan hari ini.
Menurut Pengamat Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Tony Prasetyantono, penguatan IHSG dan kurs rupiah terjadi karena pasar melihat rilis hasil perhitungan suara sore ini akan berlangsung tertib dan aman.
"Nilai tukar rupiah bisa terus menguat di bawah Rp 11.500. Kisarannya antara Rp 11.400-Rp 11.500 per dolar AS," ucap dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Selasa (22/7).
Tony menilai, tren penguatan tersebut masih akan terus berlanjut sampai dengan usai pengumuman KPU pukul 16.00 WIB. Bahkan dia memprediksi bakal berlangsung hingga besok (23/7). "Dampak positifnya bisa berlanjut sampai besok," sambungnya.
Dia menyoroti, pelaku pasar sudah percaya diri dengan kemenangan pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden mendatang. Hal itu ditunjukkan dengan hasil perhitungan cepat dari berbagai lembaga survei kredibel di Tanah Air.
"Pasar sejak awal memang menjagokan Jokowi karena menawarkan gaya kepemiminan yang orisinal. Tidak pernah ada gaya leadership ala Jokowi di Indonesia," cetus Tony.
Sebaliknya, Analis PT Bank Mandiri Tbk Reny Eka Putri mengatakan, aksi protes dan kericuhan dari masing-masing kubu dapat membuat pasar bergejolak dan berimbas pada pergerakan nilai tukar rupiah.
"Jika pengumuman KPU diikuti aksi protes dan ricuh yang membuat asing ramai-ramai menarik dananya keluar dalam jumlah besar dan cepat, rupiah dapat anjlok hingga kebali ke level 12.000 per dolar AS," terangnya.
Lebih lanjut, tanpa kerusuhan dan aksi protes, Reny memperkirakan rupiah dapat bertahan di kisaran Rp 11.510 per dolar AS hingga Rp 11.705 per dolar AS.
Meski demikian, dia menegaskan, pergerakan rupiah sebelum dan paska pengumuman pemilihan presiden tak akan berlangsung lama. Setelahnya, pasar diproyeksikan kembali bergerak normal.
"Itu sudah biasa setiap kali pemilu, pengaruhnya itu H-3 dan H+3," tandasnya. (Fik/Gdn)
(Arthur Gideon)
Source: liputan6.com
|
Pasca Pernyataan Prabowo, Nasib Rupiah di Tangan KPU |
Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) langsung tertekan sesaat setelah Calon Presiden Nomor Urut 1 Prabowo Subianto memberikan pernyatan sikap.
Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 15.00 WIB, rupiah berada di level Rp 11.633 per dolar AS. Satu jam sebelumnya atau sebelum Prabowo mengeluarkan pernyataan sikap rupiah masih berada di level Rp 11.530 per dolar AS.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, rupiah berada di level Rp 11.535 per dolar AS, menguat jika dibanding dengan penutupan sehari sebelumnya yang tercatat Rp 11.572 per dolar AS.
Dalam lima hari terakhir, sebenarnya nilai tukar rupiah terus mengalami penguatan. Penguatan tersebut merupakan dampak dari sentimen positif terhadap hasil perhitungan suara atau rekapitulasi yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum.
Namun setelah pernyataan sikap yang dikeluarkan oleh Prabowo, nilai tukar rupiah langsung tertekan.
Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Ryan Kiryanto mengatakan, pelemahan rupiah merupakan reaksi sesaat saja dan tidak perlu ditakutkan. Reaksi tersebut terjadi karena kenyataan tidak sesuai dengan yang diperkirakan.
"Tetapi nanti kalau situasi politik terkendali, semuanya akan baik-baik saja," jelasnya kepada Liputan6.com, Selasa (22/7/2014).
Menurut Ryan, KPU harus tetap konsisten untuk menyelesaikan kewajibannya sesuai dengan amanah Undang-Undang. "Kalau respon publik tetap baik dan tidak ada gejolak, maka rupiah tidak akan terpengaruh negatif dalam jangka panjang," tambahnya.
Ia melanjutkan, kunci utama pergerakan nilai tukar saat ini ada di komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
Hal yang sama juga terjadi dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada pukul 14.24 WIB, IHSG melemah 69,09 poin atau 1,35 persen ke level 5.056. Indeks saham LQ45 tergelincir 1,69 persen ke level 866,40. IHSG ini terus tertekan mencapai 1,5 persen atau 77,87 poin ke level 5.049,24 pada pukul 14.27 WIB. Seluruh indeks saham acuan utama melemah pada hari ini.
Pada hari ini, IHSG sempat berada di level 5.140,87 pada pukul 10.48 WIB. Menjelang penutupan sesi pertama perdagangan saham hari ini, indeks saham terus melemah hingga ke kisaran 5.103. Setelah calon presiden nomor urut satu Prabowo Subianto menyatakan sikapnya terhadap pemilihan presiden 2014, IHSG makin tertekan mulai pukul 14.24 WIB.
Untuk diketahui, Dalam pernyataan sikap yang dibacakan di Rumah Polonia, Jakarta, capres nomor urut 1 Prabowo Subianto menyatakan menolak pelaksanaan Pilpres 2014. (Gdn)
(Arthur Gideon)
Source: liputan6.com
|
BI Siap Intervensi Jika Rupiah Terus Terpuruk Akibat Pilpres |
Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memastikan akan melakukan intervensi secara total jika nilti tukar rupiah terus terpuruk terserempet sentimen hasil pemilihan presiden (Pilpres).
Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Peter Jacob mengungkapkan BI dalam hal ini siap melakukan intervensi jika pelemahan terus berlanjut.
"Kami ada di pasar kalau ada volatile yang tajam. Kalau volatile ini di luar fundamental maka kami akan intervensi," kata Peter kepada wartawan, Selasa (22/7/2014).
Peter juga menjelaskan pelemahan yang terjadi di pasar saham dan pasar keuangan Indonesia akibat keputusan salah satu capres tersebut dinilai wajar.
Dengan adanya sikap Prabowo Subianto tersebut dikatakan peter diartikan oleh para pelaku pasar akan terjadi sedikit kompleksitas dalam menuju Indonesia dengan pemimpin baru.
"Banyak yang tidak menyangka karena salah satu capres menolak hasil Komisi Pemilihan Umum (KPU). BI menilai wajar kalau volatile," tegasnya.
Terlepas dari permasalahan yang ada, dikatakan Peter, sebenarnya rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa melanjutkan tren penguatannya seperti beberapa hari terahir jika apapun hasil keputusan KPU dapat diterima oleh semua pihak termasuk pihak capres pasangan nomor urut 1.
"Kami sudah perkirakan. Kalau salah satu capres mau mengalah dan damai pasti rupiah bisa menguat lagi. Ini sesuatu yang wajar karena memang sentimennya begitu," pungkasnya.
Seperti diketahui, dalam pernyataan sikap yang dibacakan di Rumah Polonia, Jakarta, capres nomor urut 1 Prabowo Subianto menyatakan menolak pelaksanaan Pilpres 2014. Sesaat kemudian setelah pernyataan sikap dibacakan rupiah melemah cukup dalam. (Yas)
(Arthur Gideon)
Source: liputan6.com
|