Berita Kurs Dollar pada hari Senin, 21 Juli 2014 | |
Rupiah Sumringah Sambut Pengumuman Presiden Baru | |
Liputan6.com, New York - Setelah terus mengalami koreksi hampir sepanjang pekan lalu, nilai tukar rupiah mulai bergerak menguat. Aksi spekulasi para investor yang tengah menanti pengumuman Komisi Pemilihan Umum (KPU) tentang presiden terpilih pada Selasa besok, (22/7/2014) tercatat menjadi sentimen positif bagi nilai tukar rupiah awal pekan ini. Mengutip data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), Senin (21/7/2014), menunjukkan rupiah menguat hingga 229 poin ke level 11.577 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Akhir pekan lalu, rupiah tercatat masih berada di kisaran 11.706 per dolar AS. Data valuta asing (Valas) Bloomberg juga menunjukkan rupiah dibuka menguat di level 11.592 per dolar AS. Rupiah bahkan sempat menyentuh level 11.561 pada perdagangan pukul 10:14 waktu Jakarta. Analis Bank Mandiri Reny Eka Putri menilai, sentimen domestik masih mendominasi pergerakan rupiah pekan ini. Faktor fundamental politik juga tercatat lebih mempengaruhi pergerakan rupiah dibandingkan sejumlah faktor ekonomi. "Faktor utama masih datang dari politik. Yang sangat ditunggu market saat ini adalah hasil pilpres yang diumumkan KPU beso. Bukan rahasia lagi, selama dua minggu terakhir, para pelaku pasar memang menyimpan ekpektasi pada calon tertentu untuk terpilih," terang Reny saat dihubungi Liputan6.com. Dia menjelaskan, para pelaku pasar cenderung berspekulasi terhadap kondisi pasar saat ini. Jika presiden yang terpilih ternyata memenuhi ekspektasi pasar, penguatan rupiah akan terus berlanjut. Menurutnya, yang kini menjadi kekhawatiran pasar adalah adanya aksi protes atau pengumuman presiden terpilih oleh KPU besok berlangsung ricuh. Kondisi rusuh akan membuat para investor mengamankan asetnya dengan melarikan dananya ke luar negeri. "Jika penarikan dana asing keluar ini terjadi secara masif dan cepat, itu yang sangat dikhawatirkan. Adanya saling tidak terima terhadap hasil pemilihan yang diumumkan dapat membuat para investor khususnya asing merasa tidak aman,"tuturnya. Sementara faktor fundamental ekonomi seperti peningkatan utang luar negeri yang diumumkan Bank Indonesia akhir pekan lalu ternyata tidak berdampak besar pada pergerakan rupiah. Market dinilai tidak terlalu merespons pengumuman utang luar negeri tersebut. Faktor eksternal juga dinilai Reny ikut berdampak positif bagi pergerakan rupiah awal pekan ini. Sejumlah rilis data ekonomi Amerika Serikat yang tidak terlalu positif mendorong Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Janet Yellen menahan keputusan untuk menghentikan penggelontoran dana stimulusnya. "Artinya, porsi dolar di market masih ada. Yellen menahannya guna membantu mendorong ekonominya. Ini akan positif bagi nilai tukar mata uang lain terhadap dolar, termasuk rupiah," terangnya.
"Jika tanpa gejolak, kami rasa rupiah masih akan bergerakan di kisaran 11.510-11.705 per dolar AS hingga kahir pekan. Sebaliknya, jika terjadi aksi protes yang membuat asing menarik dananya keluar dalam jumlah besar dan cepatm rupiah dapat anjlok hingga kembali ke kisaran 12 ribu per dolar AS," terangnya. Meski demikian, dia menegaskan, pergerakan rupiah sebelum dan paska pengumuman pilpres tak akan berlangsung lama. Setelahnya, pasar diproyeksikan kembali bergerak normal. "Itu sudah biasa setiap kali pemilu, pengaruhnya itu H-3 dan H+3," tandasnya. (Sis/Nrm) (Nurmayanti) Source: liputan6.com |