Prev Juli 2014 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
29 30 01 02 03 04 05
06 07 08 09 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 31 01 02
03 04 05 06 07 08 09
Berita Kurs Dollar pada hari Selasa, 15 Juli 2014
Neraca Transaksi Berjalan Tak Dibenahi, Rupiah Terus Tertekan

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo memperkirakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan terus merosot apabila tidak ditopang dengan penyehatan neraca transaksi berjalan.

"Nilai tukar rupiah yang tidak didukung dengan transaksi berjalan yang sehat, maka akan terus terjadi pelemahan. Makanya kami harus menyiapkan diri sampai 2018 karena ada kondisi tingkat bunga yang meningkat di tahun depan," ujarnya di Jakarta, Senin (14/7/2014) malam.

Agus mengaku, defisit transaksi berjalan pada tahun 2012 sebesar US$ 24 miliar. Jumlah ini meningkat menjadi US$ 29 miliar pada tahun lalu. Dia memperkirakan, Indonesia masih akan mengalami tekanan impor minyak yang cukup tinggi.

"Kami khawatir masih ada tekanan impor bahan bakar minyak (BBM) yang tinggi di 2014. Tapi memang ada perkembangan baik. dari sisi ekspor, di mana pertumbuhan ekspor non migas yang cukup kuat. Itu tidak akan berarti apabila tidak diimbangi dengan defisit migas," terangnya.

Indonesia, kata Agus, dapat melakukan perbaikan defisit transaksi berjalan. Ini tentu memerlukan komitmen dari semua pihak dengan memberikan perhatian lebih kepada stabilisasi ekonomi domestik yang lebih baik. Harapan ini seiring dengan membaiknya ekonomi global pada tahun depan.

"Sedangkan dalam jangka pendeknya, ekonomi Indonesia akan lebih baik ke depan dengan penyelenggaraan pemilu yang sudah bagus, kejelasan hasil pemilu pada 22 Juli mendatang, cadangan devisa meningkat dan keberlanjutan pelaksanaan reformasi struktural," cetusnya. (Fik/Gdn)

(Arthur Gideon)


Source: liputan6.com
Cerahnya Data Ekonomi AS Bikin Rupiah Murung

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah tercatat masih terus melanjutkan pelemahannya pada perdagangan hari ini. Tak hanya minimnya sentimen di dalam negeri, rupiah juga mengalami tekanan akibat menguatnya kurs dolar Amerika Serikat (AS) karena sentimen positif data ekonomi negeri Paman Sam tersebut.

Data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), Selasa (15/7/2014), menunjukkan rupiah bergerak melemah dan berada di level 11.709 per dolar AS. Angka tersebut melanjutkan pelemahan dari level Rp 11.627 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya.

Data valuta asing Bloomberg juga menunjukkan pergerakan serupa di mana nilai tukar rupiah dibuka melemah di level Rp 11.667 per dolar AS. Hingga menjelang siang rupiah masih terus berfluktuasi melemah dan berada di kisaran Rp 11.667 per dolar AS hingga Rp 11.723 per dolar AS.

Menanggapi pelemahan tersebut, Pengamat valas PT Bank Mandiri Tbk, Renny Eka Putri menilai para investor kini memang tengah melakukan aksi wait and see terhadap keputusan presiden terpilih pada 22 Juli 2014 yang akan diumumkan KPU. Meski demikian, faktor eksternal seperti penguatan data ekonomi AS juga menjadi salah satu penekan nilai tukar rupiah.

"Data-data ekonomi AS yang positif seperti berkurangnya angka pengangguran yang baru diumumkan beberapa waktu lalu dapat menguatkan nilai tukar dolar. Itu tentu saja berdampak pelemahan pada rupiah," terangnya saat dihubungi Liputan6.com.

Selain itu, Reny juga menyinggung sikap Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) terhadap pengurangan angka pengangguran yang telah bergerak ke level 6,1 persen dari 6,3 persen bulan lalu. Padahal The Fed memprediksi angka pengangguran baru akan menyentuh kisaran 5,8 persen hingga 6,1 persen pada akhir 2015.

The Fed juga berjanji akan menghentikan dana stimulusnya yang awalnya berjumlah US$ 85 miliar per bulan kala data ekonominya terus menunjukkan perbaikan. Sejak Desember tahun lalu, The Fed telah mengurangi dana stimulusnya sebesar US$ 10 miliar per bulan.

"Kalau dihentikan, artinya ekonomi AS bagus dan dolar pasti menguat. Itu bahaya untuk rupiah," tandasnya.

Prediksi Rupiah Sepekan

Reny menerangkan, rupiah dalam sepekan ke depan masih akan bergerak di kisaran Rp 11.600 per dolar AS hingga Rp 11.700 per dolar AS. Dia memperkirakan, tak akan ada faktor yang dapat membuat rupiah melemah atau menguat signifikan.

"Kami harapkan rupiah tidak akan melemah terlalu jauh hingga ke level Rp 11.900 per dolar AS dalam sepekan ini. Butuh faktor yang sangat negatif untuk menekan rupiah lebih jauh pekan ini," jelasnya.

Meski memang, terdapat pernyataan Bank Indonesia mengenai kemungkinan adanya potensi defisit transaksi berjalan yang mampu melemahkan rupiah. Tapi dia menegaskan, rupiah tak akan mengalami koreksi terlalu jauh. (Sis/Gdn)

(Arthur Gideon)


Source: liputan6.com