Prev Juli 2014 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
29 30 01 02 03 04 05
06 07 08 09 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 31 01 02
03 04 05 06 07 08 09
Berita Kurs Dollar pada hari Selasa, 08 Juli 2014
Perolehan Suara PDI-P Bikin Rupiah Tersandung

Liputan6.com, Singapura Nilai tukar rupiah tercatat meluncur ke level terendah dalam tiga minggu terakhir. Pelemahan tajam itu dipicu hasil perhitungan cepat (quick count) yang menunjukkan perolehan suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) ternyata lebih rendah dari prediksi.

Mengutip data valuta asing (valas) Bloomberg, Kamis (10/4/2014), di pasar domestik, rupiah tercatat melemah 0,4% ke level 11.338 per dolar AS pada perdagangan pukul 8:44 waktu Jakarta. Itu merupakan penurunan terbesar sejak perdagangan pada 20 Maret.

Di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF), rupiah berhasil menguat 0,4% pada perdagangan kemarin kembali melemah dengan persentase yang sama ke level 11.398 per dolar AS. Kontrak nilai tukar teresbut tercatat melemah 0,5% lebih para dibandingkan rupiah di pasar spot.

Sementara itu, pasar-pasar keuangan domestik ditutup pada perdagangan kemarin karena perhelatan pemilihan umum legislatif.

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia, sejauh ini PDI-P hanya memperoleh 19,7% suara, disusul partai Golkar sebanyak 14,6%, dan Gerindra sebanyak 11,9%. Angka tersebut masih jauh lebih rendah dibandingkan batas minimal 25% suara yang dibutuhkan partai untuk mengajukan calon presiden tanpa perlu berkoalisi.

Sebelumnya, survei Roy Morgan bahkan memprediksi PDI-P dapat meraup 37%.

"Semua orang terkejut dengan perolehan suara PDI-P yang mengusung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi), jauh di bawah prediksi," ungkap Kepala Riset Pasar Global kawasan Asia Tenggara di Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Ltd. Leong Sook Mei.

Dia mengatakan, Jokowi sebaiknya dapat memperoleh suara yang jauh lebih banyak saat pemilihan presiden mendatang. Hal itu mengingat Jokowi masih diprediksi untuk menang.

Hasil survei Roy Morgan menunjukkan PDI-P masih bisa memperoleh dukungan untuk mencalonkan Jokowi sendiri jika memperoleh 20% kursi legislatif. Hasil surveinya juga menunjukkan, Jokowi dapat memenangkan pemilihan presiden dengan perolehan 45% suara.

Namun hasil sementara yang diperoleh pada pemilihan kemarin menunjukkan Jokowi harus mendapat dukungan dari partai lain.

Sementara itu volatilitas rupiah satu bulan ke depan, tercatat melonjak hingga 39 basis poin atau 0,39% ke level 10,9%.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia menunjukkan rupiah berada di level 11.342 pada perdagangan hari ini. Nilai tukarnya tercatat melemah 33 poin sejak perdagangan pada 8 April.

(Nurseffi Dwi Wahyuni)


Source: liputan6.com
Hatta Rajasa Tepis Hasil Pemilu Bikin IHSG & Rupiah Tak Bergairah

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menepis penilaian banyak pihak jika pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akibat kekecewaan pasar terhadap hasil pemilihan umum (pemilu).

Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, kondisi penurunan IHSG dan kurs rupiah lebih karena faktor eksternal.

"Bukan karena pemilu, tapi memang karena situasi eksternalnya. (Pasar) nggak kecewa, jangan terlalu dibesar-besarkan. Itu sifatnya eksternal saja," lanjut dia saat ditemui di Jakarta, Kamis (10/4/2014) malam.

Kata Hatta, rupiah selalu bergerak sesuai fundamentalnya. Investor, sambung dia, melihat potensi risiko pelemahan ekonomi dunia. Hal ini diperparah apabila Bank Sentral AS The Fed menaikkan suku bunganya.

"Ini akan diikuti negara-negara berkembang atau mereka akan menahan jangan sampai dolar mengalir ke luar akibatnya ada risiko pelemahan pertumbuhan ekonomi. Itu yang harus kita jaga karena kita butuh lapangan kerja. Jangan terlalu berspekulasi pelemahan ini karena pemilu," harapnya.

Sekadar informasi, sepanjang perdagangan Kamis (10/4/2014) kemarin, gerak IHSG berkubang di zona merah karena aksi jual pelaku pasar seiring hasil penghitungan cepat pemilu legislatif tak sesuai harapan pelaku pasar.

Pada penutupan perdagangan saham, IHSG merosot 155,67 poin (3,16%) ke level 4.765,72. Indeks saham LQ45 turun 3,91% ke level 803,23. Sebanyak 273 saham bergerak di zona merah telah menekan indeks saham. Sementara itu, 62 saham menguat dan 90 saham diam di tempat.

(Nurseffi Dwi Wahyuni)


Source: liputan6.com
Rupiah Masih Lesu Gara-gara Ekonomi RI Melambat

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan pelemahan tipis setelah pada perdagangan sebelumnya tercatat ditutup melemah di level 11.511 per dolar AS. Mengacu pada kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah kini terkoreksi 16 poin ke level 11.527 per dolar AS akibat pengaruh perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,21% di kuartal-1 2014.

Sementara itu, data valuta asing (Valas) Bloomberg juga mencatatkan pelemahan pada nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu (7/5/2014) meski sebelumnya dibuka menguat di level 11.515 per dolar AS. Selama perdagangan hari ini, rupiah bahkan tercatat terus berfluktuasi melemah ke level 11.560 pada perdagangan pukul 10.41 waktu Jakarta.

Nilai tukar rupiah bahkan sempat menyentuh level 11.565 per dolar AS pada perdagangan pukul 10.28 waktu Jakarta.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia hingga kuartal I 2014 hanya tumbuh 5,21%. Angka tersebut melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi RI pada perioden yang sama tahun lalu sebesar 5,78%. Sementara, secara kuartal ekonomi RI hanya tumbuh 0,95%.

Meski demkian hasil riset harian PT Samuel Sekuritas Indonesia mencatat tren pelemahan rupiah tak akan bertahan lama pada perdagangan hari ini. Rupiah diprediksi dapat kembali menguat akibat lemahnya dolar di pasar global.

Sejauh ini para investor masih menanti pernyataan terbaru dari Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) Janet Yellen. selain itu, pengaruh konflik politik di Ukraina juga masih menjadi sentimen negatif bagi perdagangan dolar AS.

memang sudah terbentuk namun sentimen penguatan masih tersisa.

"Meski sempat melemah di pembukaan, penguatan rupiah diperkirakan berlanjut hari ini," pungkas Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta. (Pew/Ndw)

(Nurseffi Dwi Wahyuni)


Source: liputan6.com
Rupiah Rapuh di Tengah Gejolak Pesta Politik

Liputan6.com, Jakarta - Penguatan rupiah yang terjadi sepanjang pekan lalu ternyata tidak mampu bertahan lama. Hingga hari ini, rupiah masih mencatatkan pelemahan merespons euforia politik paska pasangan capres-cawapres mendaftarkan namanya.

Kurs Referensi Jakarta Interbannk Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, Rabu (22/5/2014), menunjukkan nilai tukar rupiah merosot cukup tajam menembus kisaran 11.500 per dolar AS. Rupiah mengalami koreksi sebesar 66 poin ke level 11.507 dari 11.441 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya.

Sementara itu, data valuta asing (valas) Bloomberg juga menunjukkan rupiah bergerak di kisaran level serupa. Rupiah dibuka melemah ke level 11.503 per dolar AS setelah pada perdagangan kemarin ditutup di level 11.490 per dolar AS.

Di awal sesi perdagangan, rupiah bahkan sempat menyentuh level 11.514 per dolar AS pada pukul 08.48 waktu Jakarta. Rupiah tercatat masih bergerak variatif hingga perdagangan menjelang siang.

Saat ini, rupiah masih berada di rentang level 11.489-11.514 per dolar AS.

Hasil riset Samuel Sekuritas Indonesia menemukan, euforia politik pencalonan presiden dan wakil presiden kini berbalik menjadi sentimen negatif bagi pergerakan rupiah. Kejelasan peta koalisis masing-masing partai justru mengundang rasa pesimis para investor.

Sejauh ini, ekonom Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi pelemahan rupiah masih akan berlanjut.(Sis/Ndw)

(Nurseffi Dwi Wahyuni)


Source: liputan6.com
Rupiah Jadi Korban Aksi Borong Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Valas Farial Anwar menuturkan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tak hanya imbas dari defisit neraca perdagangan Indonesia pada bulan Mei.

Ambruknya rupiah, lanjut dia, juga disebabkan aksi borong dolar AS yang dilakukan para pelaku usaha. "Dunia usaha tidak percaya dengan rupiah. Mereka semua beli dolar AS. Itu tidak diimbangi dengan pasokan," katanya saat berbincang dengan Liputan6.com yang ditulis, Senin (9/6/2014).

Tak hanya itu, para pelaku usaha juga memilih bertransaksi dengan menggunakan dolar AS ketimbang rupiah. Contohnya di kontrak-kontrak proyek terutama di industri minyak dan gas (migas) semua ditetapkan dalam dolar AS. Bahkan antar sesama perusahaan dalam negeri saja transaksi pakai dolar AS.

"Misalnya di pelabuhan, ongkos angkut sudah tidak mau pakai rupiah, pakai dolar AS," tuturnya.

Permasalahan yang perlu segera direvisi pemerintah, menurut Farial ialah adanya peraturan mengenai kewajiban para investor portofolio untuk mampu menahan dananya paling tidak selama enam bulan di Indonesia.

Farial menambahkan, dengan sistem rezim devisa bebas saat ini menurutnya memang yang menjadi risiko adalah nilai mata uang lokal, yaitu rupiah.

"Memang ada Peraturan Bank Indonesia yang jika ingin bertransaksi menggunakan bank lokal, tapi sayangnya itu tidak ada hold period-nya, jadi mereka (investor) keluar masuk seenaknya. Itu risiko," papar Farial.

Sementara itu, Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Destry Damayanti menyatakan tekanan rupiah yang terjadi baru-baru ini karena permintaan dolar meningkat pada Juni 2014. Hal itu untuk mengantisipasi puasa dan Lebaran sehingga impor barang melonjak. Selain itu, perusahaan swasta juga membayar utang dan membayar dividen pada semester I 2014.

"BI juga memperhitungkan pertumbuhan ekonomi China yang sebagian melambat. Hal ini dapat menekan ekspor. Oleh karena itu, BI lebih realistis," kata Destry.

Dia memperkirakan rupiah akan kembali menguat di kisaran 11.400 pada akhir 2014. Target itu bakal tercapai dengan catatan pemilihan Presiden berjalan lancar.  Ia mengakui, memang tekanan terhadap rupiah masih cukup tinggi ke depan. Oleh karena itu diharapkan, BI tetap menjaga volatilitas rupiah untuk tetap stabil.

"BI juga harus mengembangkan instrumen-instrumen selain forex swap," ujarnya. (Yas/Ndw)

(Nurseffi Dwi Wahyuni)


Source: liputan6.com
Ditanya Rupiah Melempem, Menkeu: Saya Seperti Pedagang Valas

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini terdepresiasi hingga sempat bertengger di level Rp 11.865 per dolar AS. Namun Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri bungkam dengan kondisi tersebut.

"Kalau bertanya (rupiah) per harian, saya jadi kayak pedagang valas," cetus dia saat ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa (17/6/2014).

Chatib justru optimistis nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dapat mencapai Rp 11.600 per dolar AS di akhir tahun. Perhitungan kurs ini sudah disepakati dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2014 bersama anggota parlemen.

"Yakin tetap bisa Rp 11.600 per dolar AS," ucapnya.   

Dia mengaku, upaya menjaga stabilitas rupiah ada di tangan Bank Indonesia (BI). Sementara pemerintah bertanggung jawab menjaga ekonomi makro tetap stabil.

"Upayanya tanya BI, tapi dari pemerintah yang penting makro stabil. Jangan setiap hari tanya rupiah ke saya, kesannya saya kerja di (perusahaan) valas," tandas Chatib.

Pagi ini, nilai tukar rupiah dibuka melemah di posisi Rp 11.840 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan kemarin di Rp 11.815 per dolar AS. Namun kurs rupiah terhadap dolar AS sempat menyentuh level Rp 11.865 per dolar AS. (Fik/Ndw)

(Nurseffi Dwi Wahyuni)


Source: liputan6.com
Rupiah Anjlok, Harga Kedelai Dijamin Tak Naik Sampai Lebaran

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menyentuh level Rp 12 ribu. Namun pemerintah memastikan pelemahan kurs rupiah tak akan berpengaruh terhadap harga kedelai di pasaran.

Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi mengungkapkan, stok kedelai Indonesia cukup untuk memenuhi kebutuhan domestik 3,9 bulan. Dia juga memastikan harga kedelai sampai saat ini masih sesuai harga referensi.

"Ada lebih dari 450 ribu ton kedelai dan paling tidak dalam waktu tiga bulan ini, pelemahan rupiah tidak akan berimbas ke harga kedelai. Tapi setelah itu, kita lihat lagi," ungkap dia usai Rakor Stabilisasi Harga Pangan Jelang Puasa dan Lebaran di kantornya, Jakarta, Selasa (24/6/2014).

Senada, Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Khrisnamurti mengaku telah membuat kesepakatan dengan pedagang kedelai, termasuk pedagang tempe supaya menjaga stabilitas harga sampai dengan lebaran.

"Sampai lebaran nanti, penyesuaian harga akibat pengaruh kurs tidak akan dilakukan. Dan mereka menyetujuinya. Karena ini nggak perlu disikapi dengan terburu-buru dalam hitungan hari," terang dia.

Lebih jauh katanya, Kemendag terus memantau dan menghitung pergerakan kurs rupiah terhadap dolar AS. Dia berharap, nilai tukar membaik usai pemilihan umum presiden pada 9 Juli mendatang.

"Setelah Indonesia melewati pemilu presiden dengan tenang, aman, terib, dan berjalan baik sebagai negara demokrasi yang dewasa. Ditambah membaiknya pandangan dan ekonomi Indonesia di mata negara lain, maka rupiah mudah-mudahan terkoreksi  terkoreksi jadi lebih baik," papar Bayu. (Fik/Ndw)

(Nurseffi Dwi Wahyuni)


Source: liputan6.com
Ini Biang Kerok Rupiah Anjlok hingga Rp 12 Ribu
Nilai tukar rupiah akhirnya kembali anjlok ke level Rp 12 ribu per dolar Amerika Serikat (AS). Kondisi tersebut dipicu beberapa faktor musiman. 
 
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Chairul Tanjung atau CT menyebut sejumlah pemicu pelemahan nilai tukar rupiah meskipun dinilai hanya bersifat sementara. 
 
"Rupiah itu faktornya suplai dan demand. Demand-nya lagi tinggi, tapi suplai berkurang karena faktor musiman yang kerap terjadi di pertengahan tahun," ujar dia di Jakarta, Selasa (24/6/2014). 
 
Beberapa penyebabnya, kata CT, antara lain karena ada fenomena pembagian dividen (keuntungan) dari perusahaan kepada pemilik modal di luar negeri. Sehingga terjadi aliran dana ke luar. 
 
"Selain itu ada pembayaran utang dan bunga, serta terkait dengan kebutuhan dolar untuk keperluan impor dalam menghadapi lebaran. Itu faktor musiman, jadi jangan khawatir," jelasnya. 
 
Sementara soal persiapan pemilihan umum (pemilu) presiden, menurut CT tak terlalu berpengaruh terhadap pergerakan nilai tukar rupiah. "Kalau pemilu berhasil dengan baik, nggak ada keributan, (rupiah) nggak ada masalah," tukas dia. (Fik/Nrm)

(Nurmayanti)


Source: liputan6.com