Prev Desember 2014 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
30 01 02 03 04 05 06
07 08 09 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 31 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
Berita Kurs Dollar pada hari Kamis, 18 Desember 2014
Ekonom: Rupiah Dimainkan Bandar

Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi sejak awal minggu ini tidak bisa dielakkan. Hal tersebut terjadi karena selama ini perekonomian di Indonesia lebih dikendalikan oleh asing.

Pengamat ekonomi Aspirasi Indonesia Reseach Institute, Yanuar Rizky menjelaskan, pelemahan yang terjadi pada rupiah saat ini merupakan hal yang wajar karena Amerika menarik seluruh dananya.

"Saat program quantitative easing, dolar digelontorkan. Kebalikannya, saat tapering off dolar ditarik. Jadi itu penyebab sebagian besar mata uang di dunia mengalami pelemahan," tuturnya kepada Liputan6.com, Rabu (17/12/2014).

Yanuar pun melanjutkan, ada informasi yang tidak pernah diungkapkan oleh pemerintah selama ini. Menurutnya, penguatan nilai tukar rupiah yang terjadi beberapa tahun belakangan ini sebenarnya bukan disebabkan kondisi ekonomi di Tanah Air membaik, tetapi lebih karena gelontoran dolar AS yang cukup banyak akibat program stimulus yang dijalankan oleh The Fed.

Gelontoran dolar tersebut masuk ke negara-negara berkembang dan bermain terus-menerus sehingga membuat nilai tukar negara-negara berkembang menguat.

Sejak tahun 2008 bisa dilihat bahwa rupiah terus berada di level Rp 10.000 per dolar AS. kestabilan tersebut terjadi setelah The Fed melakukan aksi quantitative easing. Sebelumnya aksi tersebut dilakukan, nilai tukar rupiah berada di level Rp 12.000 per dolar AS.

Pelemahan nilai tukar rupiah mulai terlihat sejak 2013 lalu. "Saat itu isu tapering off sudah mulai dikemukakan oleh The Fed dan kemudian dilanjutkan dengan aksi nyata," lanjut Yanuar.

Akibat aksi tersebut, nilai tukar rupiah pun terus menerus tertekan hingga saat ini. "Jadi rupiah memang selama ini dimainkan oleh bandar, dan bandarnya itu bukan kita melainkan asing," tutupnya. (Gdn)


Source: liputan6.com
Rupiah Terpuruk, RI Stop Sementara Impor Ponsel

Liputan6.com, Jakarta - Anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari terakhir ikut mempengaruhi impor barang-barang elektronik yang masuk ke Indonesia seperti ponsel.

Ketua Asosiasi Pedagang dan Importir Telepon Genggam (ASPITEG) Alie Cendrawan mengatakan, anjloknya nilai tukar rupiah ini membuat para importir ponsel menahan impornya sambil menunggu rupiah kembali menguat.

"Pada umumnya saat dolar naik impornya di-stop. Jadi untuk impor baru, orang akan menahan karena terlalu beresiko. Tetapi bagi sebagian yang impornya masih utang maka tetap harus bayar," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Kamis (18/12/2014).

Namun, penghentian sementara impor ini tidak berlaku bagi importir yang sudah terlanjur melakukan kerjasama dengan provider layanan seluler dalam pengadaan ponsel untuk program-program promosi Natal dan tahun baru. Ini dinilai memang akan memberatkan bagi importir yang bersangkutan.

"Kecuali paket yang bekerjasama dengan operator untuk program Natal dan akhir tahun, tetapi itu pun sudah disiapkan sejak jauh hari. Biasanya 1-2 bulan lalu sudah mulai memesan. Tetapi kalau pembayarannya dilakukan sekarang ya babak belur juga," lanjutnya.

Menurut Alie, selain berdampak pada importir, pelemahan rupiah ini juga memberikan efek kepada para produsen handphone di dalam negeri. Pasalnya banyak komponen ponsel yang masih harus diimpor. Untuk itu dia berharap pelemahan ini tidak berlangsung lama.

"Untuk pabrik-pabrik, mereka juga harus membayar utang impor-nya. Ini memang sulit. Makanya mudah-mudahan tidak berlangsung lama," tandas dia. (Dny/Ndw)


Source: liputan6.com
Rupiah Ambruk, SBY Tak Mau Jadi Kambing Hitam

Liputan6.com, Jakarta - Lewat akun Twitter-nya, mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono angkat bicara soal ambruknya mata uang rupiah akhir-akhir ini. Pria yang diakrab disapa SBY ini merasa dirinya dikambinghitamkan oleh pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) atas melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Dalam rangkaian kicauan SBY di laman twitter-nya yang diposting pada tengah malam tadi, SBY mengaku terus mengikuti perkembangan situasi di Tanah Air, termasuk terjadinya gejolak ekonomi akibat jatuhnya nilai rupiah akhir-akhir ini.

Ayah dua anak ini juga mencermati perbincangan masyarakat terhadap persoalan ekonomi terkini, termasuk sejumlah pernyataan pemerintah yang dipimpin Joko Widodo (Jokowi) yang cenderung menuding pemerintahan SBY sebagai biang kerok atas jatuhnya rupiah.




Atas tudingan ini, Ketua Umum Partai Demokrat itu minta kepada siapapun yang pernah bersamanya di pemerintahan selama 10 tahun untuk bersabar dan tak perlu ikut menuding. Jika ada yang salah dengan kebijakan pemerintahan yang dipimpinnya, SBY mengaku siap bertanggung jawab.
 

Jika ada yg salah dgn kebijakan pemerintahan SBY, semua itu tanggung jawab saya. Saya tak akan pernah menyalahkan yg lain. *SBY*

— S. B. Yudhoyono (@SBYudhoyono) December 17, 2014 " target="_blank">

 

SBY juga berpesan pemerintah dan rakyat tidak boleh saling menyalahkan apalagi cari kambing hitam. Selain tak etis, yang terpenting adalah mencari solusi agar rupiah kembali menguat. 

 

 


Source: liputan6.com
SBY Sudah Perkirakan Rupiah Bakal Tembus 12.000

Liputan6.com, Jakarta - Presiden ke-6 Repubik Indonesia (2004-2014) Susilo Bambang Yudhoyono mengaku sudah memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bakal tembus Rp 12.000 per dolar AS.

Dalam akun twitter resmi SBY yang diposting pada tengah malam tadi, Dirinya melihat bahwa tantangan yang dihadapi oleh Indonesia pada 2014 cukup berat.

Tantangan tersebut antara lain perlambatan pertumbuhan ekonomi, menurunan nilai tukar dan jatuhnya harga komoditas.

"Bahkan saya sampaikan era dolar murah sudah usai. Saya perkriakan nilai tukar rupiah kita th 2014 tembus RP 12.000 per 1 dolar AS." tulis SBY.

Oleh sebab itu, selama kepemimpinannya, SBY tidak pernah menjanjikan rupiah bakal menguat di bawah Rp 10.000 per dolar.

Dalam pandangan ekonomi SBY atau yang ia sebut dengan SBYnomics, rupiah sulit menguat karena adanya kebijakan moneter dari Bank Sentral Amerika Serikat.

Selain itu, sulitnya rupiah menguat karena ada spekulasi di pasar keuangan yang dilakukan oleh beberapa pihak. (Gdn)


Source: liputan6.com
The Fed Tunda Kenaikan Suku Bunga, Rupiah Menguat

Liputan6.com, Jakarta - Hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) menunjukkan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) tidak akan segera menaikkan suku bunganya dalam waktu dekat. Keputusan tersebut berhasil meredakan tekanan terhadap rupiah.

Data valuta asing Bloomberg, Kamis (18/12/2014) menunjukkan nilai tukar rupiah menguat 0,68 persen ke level 12.581 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:16 waktu Jakarta. Rupiah memang dibuka menguat sebanyak 40 poin di level 12.627 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya.

Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi dan berkutat di kisaran 12.539-12.680 per dolar AS.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah menguat ke level 12.565 per dolar AS. Angka tersebut melanjutkan penguatan dari level 12.720 pada perdagangan sebelumnya.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta mengatakan, tekanan rupiah yang sempat memuncak pada perdagangan Selasa akhirnya mereda setelah BI tampak secara intensif melakukan intervensi. Keputusan The Fed untuk menunda menaikkan suku bunganya dalam waktu dekat.

"Dolar AS juga tampak tertekan saat menghadapi hasil pertemuan FOMC," ungkap Rangga.

Pernyataan Gubernur The Fed Janet Yellen yang tampak pesimistis penguatan ekonomi AS akan bertahan lama juga telah membuat rupiah menguat lebih baik.

Sementara itu, hingga akhir tahun Ekonom Standard Chartered Eric Alexander Sugandi awalnya memprediksi rupiah dapat bergerak di kisaran 12.200 per dolar AS. Namun dengan kondisi perekonomian saat ini, target tersebut rasanya tidak mungkin tercapai.

Eric menilai, rupiah masih berpotensi melanjutkan pelemahannya pekan ini. "Pekan ini rupiah sepertinya masih akan berada di kisaran 12.500-12.2700 per dolar AS," tandasnya. (Sis/Ahm)


Source: liputan6.com
Rupiah Sumringah, Menkeu Sebut Ada Permainan Sentimen

Liputan6.com, Jakarta - Rapat Federal Open Market Committee (FOMC) memberi angin segar bagi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kurs rupiah terangkat 0,68 persen ke level Rp 12.581 per dolar AS.

Menurut Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, pelemahan nilai tukar rupiah merupakan fenomena global temporer akibat tren penguatan mata uang dolar AS terhadap seluruh mata uang dunia.

"Ada histeria FOMC karena statement Bank Sentral AS netral, tidak menunjukkan adanya percepatan atau agresivitas dalam kebijakan moneter di AS sehingga market kembali normal," papar dia di Jakarta, Kamis (18/12/2014).

Di sisi lain, lanjut Bambang, ada histeria Rusia dari keterpurukan ekonomi Negeri Beruang Merah itu yang terpaksa menaikkan suku bunga acuan hingga 650 basis poin menjadi 17 persen belum lama ini.

"Apa yang terjadi di Rusia tidak akan langsung berdampak ke Indonesia, sehingga otomatis rupiah mendapat sentimen positif. Jadi ini permainan sentimen di pasar. Makanya kalau saya bilang ini fenomena temporer, percaya deh," ucap dia.

Data valuta asing Bloomberg, Kamis (18/12/2014) menunjukkan nilai tukar rupiah menguat 0,68 persen ke level 12.581 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:16 waktu Jakarta. Rupiah memang dibuka menguat sebanyak 40 poin di level 12.627 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya.

Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi dan berkutat di kisaran 12.539-12.680 per dolar AS.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah menguat ke level 12.565 per dolar AS. Angka tersebut melanjutkan penguatan dari level 12.720 pada perdagangan sebelumnya. (Fik/Ahm)


Source: liputan6.com