Prev Desember 2014 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
30 01 02 03 04 05 06
07 08 09 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 31 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
Berita Kurs Dollar pada hari Rabu, 17 Desember 2014
Nilai Tukar Rupiah Anjlok ke Level Terendah dalam 16 Tahun

Liputan6.com, Singapura - Nilai tukar rupiah bergerak melemah hingga nyaris menyentuh level terendah dalam 16 tahun terakhir setelah meningkatnya volatilitas di pasar keuangan di seluruh dunia. Itu lantaran dana global terus ditarik keluar dari aset negara-negara berkembang.

Sementara itu para investor asing telah menjual total Rp 12,24 triliun kepemilikan mereka akan rupiah dari obligasi berdenominasi rupiah dan US$ 336 juta saham bulan ini. Itu lantaran para investor tengah mempersiapkan kemungkinan The Fed menaikkan suku bunganya.

Sementara Federal Open Market Committee (FOMC) akan mengakhiri rapatnya hari ini. Rapat tersebut dikabarkan akan fokus membahas jadwal kenaikkan suku bunga AS.

Mengutip data Bloomberg, Rabu (17/12/2014), nilai tukar rupiah tercatat melemah 0,3 persen ke level Rp 12.723 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:30 waktu Jakarta. Angka tersebut nyaris menyentuh level terendah pada Agustus 1998.

Pada perdagangan sebelumnya, nilai tukar rupiah ambruk hingga ke level Rp 12.940 per dolar AS sebelum akhirnya Bank Indonesia melakukan intervensi guna mencegah pelemahan lebih jauh.

"Mayoritas mata uang di dunia termasuk rupiah tercatat cemas menghadapi pertemuan FOMC. Saya yakin Bank Indonesia akan ikut melibatkan diri jika volatilitas rupiah masih cukup tinggi," ungkap Ekonom PT Mandiri Sekuritas Leo Rinaldy.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, BI saat ini tengah melakukan intervensi untuk menstabilkan pergerakan rupiah dan juga membeli obligasi pemerintah di pasar sekunder.

Di pasar asing, non-deliverable forward (NDF) , nilai tukar rupiah menguat 0,3 persen ke level Rp 12.943 per dolar AS.

Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia mencatat nilai tukar rupiah menguat ke level Rp 12.720 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya di level 12.900 per dolar AS. (Sis/Gdn)


Source: liputan6.com
Ekonom: Nilai Tukar Rupiah Tersungkur ke 12.700 Sudah Kelewatan
Ekonom Standard Chartered Bank, Eric Sugandhi menyatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang saat ini menyentuh level Rp 12.700 sudah tidak wajar. Pemicu kondisi ini karena faktor fundamental dan kepanikan pasar. 
Source: liputan6.com
Dahului The Fed, BI Diperkirakan Bakal Naikkan Suku Bunga Acuan

Liputan6.com, Jakarta - Standard Chartered Bank memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 50 basis poin (Bps) pada kuartal III 2015. Langkah ini diambil sebelum The Federal Reserve (The Fed) menyesuaikan suku bunga acuan pada September 2015.

Ekonom Standard Chartered Bank, Eric Alexander Sugandhi memproyeksikan, BI Rate tetap bertahan 7,75 persen pada kuartal ini hingga kuartal II tahun depan.

"Lalu kuartal III 2015 akan naik menjadi 8,25 persen dan tetap sama di kuartal IV 2015," ungkap dia kepada wartawan saat Diskusi Indonesia The Years of Consolidation di Jakarta, Rabu (17/12/2014).

Dijelaskannya, kebijakan menaikkan suku bunga akan diambil BI sebagai antisipasi penyesuaian suku bunga Fed Fund Rate yang diprediksi pada September 2015.

"Jadi sebelum The Fed menaikkan suku bunga, BI naikkan dulu walaupun bukan saya bukan penggemar menaikkan suku bunga. Financial market senang, tapi sektor riil yang kena," papar dia.

Kata Eric, Fed Fund Rate akan mengalami penyesuaian di kuartal III 2015 dari 0,25 persen menjadi 0,50 persen dan bertahap naik lagi menjadi 0,75 persen di kuartal IV tahun depan.

"Pertumbuhan ekonomi AS tahun depan menguat, sedangkan melambat di 2014. Sehingga dana yang tadinya di emerging market berbalik ke AS," tukas dia. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
JK: Nilai Tukar Rupiah Bukan Melemah, Tapi Menguat atas Yen

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) memberikan keterangan resmi didampingi Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil dan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro di Istana Kepresidenan, terkait nilai tukar rupiah belakangan ini terhadap Dolar Amerika Serikat. JK menyampaikan yang perlu dipahami adalah Rupiah menguat dibandingkan mata uang lainnya di Asia.

"Sekali lagi jangan sekali-kali menyatakan pelemahan Rupiah, tetapi penguatan Rupiah terhadap Yen. Jangan sampai masyarakat berpikir bahwa Rupiah ini melemah, tetapi juga menguat juga," kata JK, Rabu (17/12/2014).

JK mengatakan, mengenai masalah kurs ini, pemerintah berpendapat sebenarnya bukan masalah Rupiah, melainkan positifnya Dolar Amerika karena ekonomi Negeri Paman Sam yang sedang naik sehingga menyebabkan Dolar menguat.

JK menambahkan, pula hampir semua negara mata uangnya kelihatannya melemah, tidak ada hubungan dengan ekonomi Indonesia. "Berita baiknya adalah, Rupiah melemah dengan Ringgit, Yen, Australia, Korea kita lebih baik. Jadi ekonomi kita lebih kuat dari Yen, apalagi Rusia. Kita optimis ekonomi kita lebih kuat dari sebelumnya," tegasnya.

Dengan nilai tukar Rupiah saat ini, pemerintah melihat sebagai peluang untuk melakukan ekspor. Sebab, negara lain akan membayar dengan Dolar yang sedang tinggi. Nantinya hal ini akan membuat stabilitas ekonomi lebih cepat.

"Defisit lebih cepat menurun dan kebijakan subsidi akan berlanjut sekaligus rupiah dengan USD. Kita bangga Rupiah kita kuat dibanding mana uang lainnya. Ekspor naik, menyebabkan nanti beberapa bulan yang akan datang defisit perdagangan akan lebih baik. Upaya kenaikan BBM awal tahun depan akan kelihatan hasilnya karena ekonomi stabil," papar JK.

"Insentif itu, setiap 1 dolar akan mendapat rupiah lebih banyak. Insentif lainnya itu untuk investasi. Seperti beberapa jenis industri, dengan infrastruktur lebih baik. Insentif bukan hanya dalam bentuk uang tapi juga fasilitas," tambahnya.

Terkait dengan utang luar negeri milik Indonesia, JK mengatakan pembayaran utang akan dikonversi dari Dolar ke Rupiah. Ia menuturkan masyarakat tak perlu khawatir utang luar negeri akan membengkak.

"Pemerintah juga punya penghasilan dollar. Minyak, royalti dan pinjaman kita yang ada di dolar meningkat. Memang dibayar Rupiah lebih banyak tetap revenue itu juga akan lebih banyak," tegasnya. (Silvanus A/Ahm)


Source: liputan6.com
Pemerintah Usahakan Nilai Tukar Rupiah Stabil di Level Rp 12.500

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah akan berusaha menstabilkan rupiah lantaran mengalami depresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terlihat melalui lemahnya nilai tukar rupiah.

"Saya kira stabilitas ada di 12.000 atau 12.500 itu sudah baik," kata JK di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (17/12/2014).

JK yang didampingi oleh Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil dan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyampaikan stabilitas diprediksi terjadi tahun depan. Hal itu akan bersamaan dengan efek kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pula.

"Nanti efeknya itu bersamaan stabilitasnya efek BBM itu tahun depan," terangnya.

JK menyampaikan yang perlu dipahami adalah Rupiah menguat dibandingkan mata uang lainnya di Asia.

"Sekali lagi jangan sekali-kali menyatakan pelemahan Rupiah, tetapi penguatan Rupiah terhadap Yen. Jangan sampai masyarakat berfikir bahwa Rupiah ini melemah, tetapi juga menguat juga," kata JK.

JK mengatakan mengenai masalah kurs ini, pemerintah berpendapat sebenarnya bukan masalah Rupiah, melainkan positifnya Dolar AS karena ekonomi Negeri Paman Sam yang sedang naik sehingga menyebabkan Dolar menguat.

JK menambahkan pula hampir semua negara nilai tukar mata uangnya kelihatanmelemah, tidak ada hubungan dengan ekonomi Indonesia. "Berita baiknya adalah, Rupiah melemah dengan Ringgit, Yen, Australia, Korea kita lebih baik. Jadi ekonomi kita lebih kuat dari Yen, apalagi Rusia. Kita optimis ekonomi kita lebih kuat dari sebelumnya," tegasnya. (Silvanus A/Ahm)


Source: liputan6.com
JK Ingin Manfaatkan Pelemahan Rupiah Buat Picu Ekspor

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengaku tetap terus mewaspadai pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Bersamaan dengan itu, JK bakal menggenjot sektor industri di Indonesia untuk bisa meningkatkan ekspor semaksimal mungkin.

"Ini peluang kita, dengan Rupiah yang melemah maka impor kita dari negara-negara yang pakai dolar turun dan ekspor kita naik," kata JK di Istana Kepresidenan, Rabu (17/12/2014).

JK menilai saat ini pelemahan rupiah paling minim jika dibandingkan dengan mata uang negara lain seperti Malaysia, Jepang, Rusia ataupun Argentina.

Maka dari itu, diharapkan dengan meningkatkan ekspor tersebut kedepan akan berdampak posisif bagi defisit neraca perdagangan Indonesia.

"Upaya kenaikan BBM yang dilakukan pada tahun ini, akan terlihat hasilnya pada awal tahun depan karena ekonomi stabil‎," tegasnya.

Dengan kondisi neraca transaksi perdagangan yang lebih sehat, maka kedepans ecara otomatis juga akan meningkatkan investasi di Indonesia. (Yas/Nrm)


Source: liputan6.com
Harga Minyak Dunia Jatuh, Pemerintah Sempat Tak Subsidi Premium

Liputan6.com, Jakarta - Harga  minyak dunia yang menurun sempat membuat harga beli Bahan Bakar Minyak (BBM) di bawah harga BBM bersubsidi, sehingga harga BBM bersubsidi di atas harga keekonomian.

Pelaksana tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Naryanto Wagimin mengakui harga Premium bersubsidi pernah menyentuh harga keekonomian, artinya negara tidak mensubsidi. Namun hal tersebut hanya sementara.

"Pernah ada. Tetapi kalau rata-rata Desember belum," kata Naryanto, di Kantor Kementerian ESDM,Jakarta, Rabu (17/12/2014).
Menurut Naryanto, saat ini kurs rupiah mengalami pelemahan, sehingga meski harga minyak turun, harga beli BBM tetap berada di atas harga BBM bersubsidi.

"Sekarang Rupiah 12.800. Itu yang jadi problem.  Kita sedang kaji subsidi tetap tapi dolarnya naik. Itu yang jadi masalah," ungkapnya.

Kepala Badan Pengatur Kegiatan Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), Andy Noorasamman Sommeng juga mengakui hal sama. Namun karena kurs rupiah melemah harga BBM bersubsidi masih dibawah harga keekonomian.

"Minggu lalu 8000an, di bawah 8500. Ron 88 di bawah harga premium subsidi. Nilai tukar naik lagi. Harganya jadi masih tetap," ujar Bayu. (Pew/Ahm)


Source: liputan6.com
Redenominasi Jadi Solusi Jinakkan Nilai Tukar Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Standard Chartered Bank, Eric Sugandhi menilai redenominasi atau penyederhanaan nominal mata uang merupakan langkah tepat agar pasar kembali percaya dan menggenggam rupiah. Namun penerapan redenominasi untuk jinakkan nilai tukar rupiah ini membutuhkan kesiapan ekonomi Indonesia yang cukup matang.

"Kan ada ide untuk redenominasi, dari yang tadinya harus bawa uang segepok, tidak usah lagi. Tapi implementasinya butuh kesiapan ekonomi kita," ujar dia di Jakarta, Rabu (17/12/2014).

Saat paling tepat untuk menjalankan kebijakan ini, tambah Eric, ketika ekonomi Indonesia jauh lebih stabil dengan pergerakan inflasi terkendali.

"Kita kan sudah menaikkan harga BBM subsidi, lalu rencananya ada caping. Jika ekonomi sudah stabil, fundamental membaik, kita bisa memikirkan lagi redenominasi," terangnya.

Dia meminta kepada seluruh pihak agar tidak terjebak pada isu rupiah yang dianggap sebagai mata uang sampah di dunia. Pasalnya Eric berpendapat, nilai tukar rupiah tidak seburuk yang dibayangkan banyak orang.

"Memang nilai tukar rupiah kita agak melemah, tapi tidak sejelek yang digambarkan. Pendapat mata uang sampah tentu ada pertimbangannya, karena mereka berpatokan pada mata uang yang dipakai orang-orang kaya," tegas Eric. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
Wapres: Nilai Tukar Rupiah Ideal di Level 12.500 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengakui pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar saat ini masih harus diwaspadai. Pergerakan nilai tukar rupiah tersebut dinilai masih belum stabil karena faktor global.

Namun demikian, dengan kondisi fundamental Indonesia saat ini JK menyebut ada level yang dianggap sudah pantas bagi  Indonesia, terutama bagi para industri.

"Saya kira stabilitas rupiah ada di 12.000-12.500 per dolar AS lah, itu sudah baik," kata JK di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (17/12/2014).

Tidak mau terus mempusingkan diri memikirkan pelemahan rupiah, JK justru juga akan berfikir bagaimana memanfaatkan peluang pelemahan rupiah ini.

Dijelaskannya, dengan faktor global dimana ekonomi Amerika terus mengalami perkembangan, hal itu juga menjadi peluang Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke negara adidaya tersebut.

"Ini peluang kita, dengan nilai tukar rupiah yang melemah maka impor kita dari negara-negara yang pakai dolar turun dan ekspor kita naik, ini akan menyebabkan stabilitas ekonomi kita lebih cepat‎," pungkas JK. (Yas/Nrm)


Source: liputan6.com
5 Mata Uang Asia yang Ikut Tumbang Bareng Rupiah

Liputan6.com, New York - Nilai tukar rupiah tampak terus melemah dengan laju yang sangat cepat dalam sepekan terakhir hingga pada perdagangan kemarin sempat menyentuh level 12.937 per dolar AS. Rupiah ternyata bukan satu-satunya mata uang yang menjadi korban keperkasaan dolar mengingat beberapa mata uang lain di Asia juga ikut mengalami pelemahan cukup parah.

Dikutip dari laman Bloomberg, Rabu (17/12/2014), hingga perdagangan pada 5 Desember lalu, mata uang di seluruh kawasan Asia tercatat anjlok selama enam pekan berturut-turut. Kurun waktu tersebut juga menunjukkan pelemahan mata uang terlama sejak 2008.

Data-data ekonomi AS yang baik sejak November lalu memang telah mendorong permintaan dolar dan menyebabkan munculnya spekulasi bahwa The Fed akan segera meningkatkan suku bunganya dalam waktu depan.

Tak hanya rupiah, nilai tukar ringgit Malaysia juga sempat ambruk hingga ke level terendah dalam lima tahun terakhir di awal Desember. Penurunan harga minyak mentah dunia memang mengganggu proyeksi pertumbuhan eksportir minyak di wilayahnya. Tak ketinggalan, yen juga mencatatkan namanya sebagai salah satu mata uang dengan pelemahan terparah di Asia. 

Lengkapnya berikut daftar lima mata uang negara Asia yang juga mengalami pelemahan tahun ini:

 

1. Ringgit Malaysia

Bersama rupiah, ringgit Malaysia menyentuh level terendah sejak krisis finansial global 2008-2009. Pada perdagangan 8 Desember 2014, ringgit melemah 0,9 persen ke level 3,5040 per dolar AS.

Angka tersebut merupakan level terendah ringgit terhadap dolar sejak September 2009. Pelemahan terjadi lantaran munculnya kekhawatiran bahwa harga minyak yang lebih rendah akan memperparah defisit transaksi berjalan dan defisit fiskal.

Sebelumnya, hanya dalam sepekan sejak perdagangan pada 28 November, nilai tukar ringgit Malaysia melemah sebesar 2,5 persen dan ditutup di level 3,4713 per dolar AS. Itu merupakan pelemahan terparah sejak Juni 2013.


Source: liputan6.com

BI Sebut Nilai Tukar Rupiah Ideal pada 11.900-12.300 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyebut level nilai tukar rupiah yang ideal bagi Indonesia di kisaran Rp 11.900-Rp 12.300 per dolar Amerika Serikat (AS). Namun kurs rupiah saat ini yang menyentuh Rp 12.700 masih dianggap aman sehingga tak perlu terjadi kepanikan di pasar.

Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara mengungkapkan, keinginan regulator untuk nilai tukar rupiah adalah yang berada di level undervalue. Saat ini Real Exchange Rate (RER) atau nominal nyata rupiah 96,1 atau masih di bawah 100.

"Kalau RER di bawah 100, kurs rupiah idealnya Rp 11.900, Rp 12.100, Rp 12.200 sampai Rp 12.300 per dolar AS masih nggak apa buat kita. Nggak perlu khawatir. Kalau undervalue, kita bisa mendorong ekspor dan menurunkan impor," kata dia kepada wartawan di Gedung BI, Jakarta, Rabu (17/12/2014).

Menurut Mirza, sejak nilai tukar rupiah terdepresiasi lewat dari Rp 12.300, BI melakukan intervensi. Pihaknya intervensi di pasar valuta asing (valas), pembelian SBN dari pasar sekunder.

"Sampai sekarang ini kita intervensi meskipun tidak sebanyak kemarin. Pokoknya kita akan melakukan peran untuk menstabilisasi nilai tukar rupiah," tutur dia.

Pelemahan nilai tukar rupiah diyakini dia bersifat temporer. Terpenting tetap menjaga fundamental ekonomi Indonesia, melakukan langkah dan kebijakan yang mempersempit defisit transaksi berjalan, meningkatkan ekspor, jumlah kunjungan turis asing, dan sebagainya. (Fik/Ahm)


Source: liputan6.com
Mata Uang Dunia Jatuh, BI Bantah Terjadi Krisis Kecil

Liputan6.com, Jakarta - Perekonomian dunia sedang terombang ambing akibat nilai tukar mata uang di sejumlah negara yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Dari berbagai faktor eksternal yang memicu gejolak tersebut, Rusia menjadi salah satu biang kerok karena kebijakan penyesuaian suku bunga acuan sebesar 17%.

Bank Indonesia (BI) membantah jika kondisi ini sebagai krisis kecil yang melanda dunia meskipun Bank Sentral harus turun tangan melakukan intervensi di pasar valas.   

"Nggak lah (krisis). Kondisinya pun jauh dengan 1998 dan 2008. Sekarang memang ada gejolak, tapi nggak usah khawatir," ujar Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Rabu (17/12/2014).

Menurut Mirza, posisi cadangan devisa (cadev) saat ini mendekati US$ 111 miliar dan dianggap masih aman untuk perekonomian Indonesia. Jumlah cadev tersebut cukup membiayai 6 bulan impor.

"Memang cadev negara tetangga lebih baik dari kita, seperti Thailand US$ 153 miliar dan Malaysia US$ 124 miliar. Rasio cadev terhadap PDB, Indonesia 13,5 persen, Thailand 41,1 persen dan Malaysia 38 persen," jelas dia.

Lebih jauh Mirza mengatakan, untuk meningkatkan cadev, pemerintah harus menggenjot ekspor dan mengurangi impor, termasuk ekspor tenaga kerja dan meningkatkan basis wisatawan mancanegara (wisman).

"Presiden Joko Widodo menargetkan kunjungan wisman naik menjadi 25 juta orang, dan ini adalah langkah benar untuk menaikkan cadev," cetusnya.

Kata dia, depresiasi rupiah secara year to date sebesar 4,15 persen, jauh dibandingkan mata uang Rubel Rusia yang terpental jauh 48,8 persen. Namun masih kalah dibanding mata uang Filiphina yang melemah 0,64 persen, Thailand 0,72 persen.

"Filipina punya neraca transaksi berjalan surplus. Jadi kalau mau rupiah stabil, tingkatkan ekspor dan kurangi impor karena kurs mencerminkan fundamental kita," pungkas Mirza. (Fik/Ahm)


Source: liputan6.com