Prev Desember 2014 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
30 01 02 03 04 05 06
07 08 09 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 31 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
Berita Kurs Dollar pada hari Selasa, 16 Desember 2014
Harga Minyak dan Rupiah Pengaruhi Laju IHSG

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi masih terus melemah pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Nilai tukar rupiah terhadap dolar menjadi sentimennya.

Analis PT MNC Securities, Reza Nugraha mengatakan, terdapat sejumlah sentimen yang menjadi penekan indeks saham. Salah satu adalah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

"Rupiah terhadap dolar (kemarin) menyentuh psikologis Rp 12.600 hampir Rp 12.700 indikasinya berisiko, kurang menguntungkan bagi pemerintah," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa (16/12/2014).

Faktor utama lain yang menjadi penekan indeks saham adalah jatuhnya harga minyak. Dia bilang, harga minyak diprediksi terus melemah mengikuti perlambatan ekonomi China.

"China pertumbuhan ekonominya tak terlalu tinggi sehingga kebutuhan minyak tidak besar," lanjutnya.

Pelemahan harga minyak seharusnya menjadi keuntungan bagi Indonesia. Namun, hal itu tidak terjadi karena pemerintah telanjur menaikan harga bahan bakar minyak (BBM).Dengan kondisi tersebut, yang terjadi daya beli masyarakat kemudian turun.

"Minyak terus turun, di negara lain menguntungkan masyarakat buat daya beli sektor konsumsi, namun tidak terjadi di kita. Akhirnya saat ini kondisi meningkat, daya beli menurun, mengkhawatirkan tepatnya di situ. Kalau kita lihat pemerintah harus lebih lugas menaikKan dan menurunkan," ujar Reza.

Dia mengatakan, IHSG akan bergerak pada level support 5.060 sedangkan level resistance pada level 5.150.

Untuk rekomendasi saham, dia memilih beli saat melemah atau buy on weakness pada PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Dalam riset PT Sinarmas Sekuritas menyebutkan, IHSG akan melemah di kisaran level 5.084-5.124. Rilis data ekonomi global terutama dari Amerika Serikat dan Eropa akan pengaruhi laju IHSG.

"Data industri production Amerika Serikat yang diperkirakan ke 0,56 persen MoM dari sebelumnya -0,1 persen MoM. Sedangkan dari Eropa akan merilis data markit manufacturing PMI-flash yang diperkirakan ke level 49,69 dari sebelumnya 50,1" tulis riset PT Sinarmas Sekuritas. (Amd/Ahm)


Source: liputan6.com
Rupiah Merosot, Ini Emiten yang Kena Imbasnya

Liputan6.com, Jakarta - Dolar menguat terhadap sejumlah mata uang termasuk rupiah. Bahkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menembus level 12.599 pada 15 Desember 2014 dari periode akhir pekan lalu di kisaran 12.432.

Nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar ini akan berdampak terhadap kinerja emiten di pasar modal Indonesia. Sejumlah analis menyatakan, pelemahan rupiah berdampak terhadap emiten yang memiliki banyak utang dalam dolar AS dan menggunakan bahan impor besar.

Analis PT Woori Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada menuturkan, pelemahan rupiah dalam jangka panjang bisa berdampak negatif terutama biaya operasional emiten terutama menggunakan dolar. Selain itu, emiten memiliki utang berdenominasi dolar AS yang besar juga terbebani karena nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar.

"Sektor transportasi seperti Garuda Indonesia Tbk kena dampaknya. Ada juga Samudera Indonesia," ujar Reza, saat dihubungi Liputan6.com, yang ditulis Selasa (16/5/2014).

Reza menambahkan, saat ini sektor tambang dan perkebunan juga kena imbas karena rupiah melemah. Padahal menurut Reza, bila rupiah melemah akan untungkan sektor saham tambang dan perkebunan. Namun lonjakan dolar Amerika Serikat, Reza menuturkan, hal itu berpengaruh ke pasar komoditas karena pelaku pasar cenderung memilih mata uang. "Pasar komoditas juga ikut pelemahan," kata Reza.

Hal senada dikatakan Kepala Riset PT Universal Broker Securites, Satrio Utomo. Menurut dia, pelemahan rupiah akan menambah beban utang emiten yang banyak berdenominasi dolar.

VP Corporate Communication PT Garuda Indonesia Tbk, Pudjobroto menuturkan, biaya operasional di industri penerbangan sekitar 70 persen dalam dolar. Dengan nilai tukar rupiah merosot terhadap dolar maka menjadi tantangan bagi perseroan.

"Setiap pelemahan Rp 100 maka biaya operasional bisa naik sekitar US$ 12,8 juta," kata Pudjobroto.

Menurut Pudjobroto, saat ini perseroan telah melakukan hedging atau lindung nilai tetapi masih terbatas. Oleh karena itu, pihaknya mengharapkan gerak rupiah lebih stabil. "Kami harap rupiah stabil jangan fluktuaktif. Rupiah stabil maka kami dapat melakukan perencanaan," tutur Pudjobroto.  (Ahm/)


Source: liputan6.com
Dolar AS Pulang Kampung Bikin Rupiah Terkapar

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menganggap nilai tukar rupiah merosot terhadap dolar Amerika Serikat (AS) merupakan sebuah mega tren yang ikut dialami mata uang seluruh negara dunia. Penyebabnya karena ekonomi AS semakin membaik.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengungkapkan, mata uang rupiah lebih beruntung dibanding negara lain yang mengalami depresiasi sangat dalam sepanjang periode Desember 2013 ke Desember 2014.

"Depresiasi rupiah terhadap dolar AS cuma 2,5 persen atau masih cukup bagus. Sedangkan Yen Jepang 15 persen, Ringgit Malaysia dan Bath Thailand masing-masing 6 persen. Mata uang Turki dan Brazil lebih parah pelemahannya," ucap dia di kantornya, Jakarta, Selasa (16/12/2014).

Kata Sofyan, kondisi tersebut merupakan gejala sangat umum akibat pemulihan ekonomi AS yang pesat. Sentimen lainnya datang dari rencana rapat The Fed pada 19 Desember ini untuk menentukan arah suku bunga acuan Bank Sentral AS.

"Jadi orang berspekulasi atas pertemuan ini, sehingga jadi mega tren kecenderungan dolar menguat di semua mata uang. Ekspektasi ekonomi AS bagus, diistilahkan dolar AS pulang kampung," tegasnya.

Selain itu, Sofyan menjelaskan, Indonesia menghadapi permasalahan internal terkait keranjingan ekspor komoditas mentah. Lantaranharga komoditas yang tengah merosot tajam, lanjut dia, berpengaruh terhadap mata uang rupiah.

"Pokoknya kita akan terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia (BI). Karena koordinasi selama ini sangat bagus," imbuh Sofyan.


Source: liputan6.com

Pemerintah Bocorkan Opsi Kebijakan Harga BBM Baru

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia sedang dihadapkan situasi yang sulit untuk menentukan kebijakan harga bahan bakar minyak (BBM) baru pada tahun ini. Lantaran pemerintah tersandera antara pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan penurunan harga minyak dunia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengungkapkan, merosotnya harga minyak dunia sangat membantu Indonesia untuk mengurangi permintaan dolar AS atas impor minyak mentah maupun BBM.

"Yang tadinya kita harus membayar sekian juta dolar AS per hari buat impor minyak, tapi karena harga minyak turun, kebutuhan dolar berkurang," ujar dia di Jakarta, Selasa (16/12/2014).

Bagaikan dua sisi berbeda, di balik keuntungan penurunan harga minyak dunia, lanjut Sofyan, kurs rupiah mengalami depresiasi hingga menembus Rp 12.600 per dolar AS. Sehingga faktor tersebut juga menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam memformulasikan kebijakan harga BBM baru.

Pemerintah, sambung dia, tengah menggodok tiga opsi kebijakan terkait harga BBM. Hanya saja Sofyan hanya memberikan dua bocoran dari kebijakan tersebut, yakni penurunan harga BBM subsidi dan subsidi tetap dengan varian tertentu.

"(Penurunan harga BBM subsidi) salah satunya, juga subsidi tetap dengan varian. Kita akan lihat dan hitung semuanya. Mudah-mudahan akhir bulan ini sudah ada keputusan lebih permanen tentang masalah subsidi ini," tegas Sofyan. (Fik/Ahm)


Source: liputan6.com
Rupiah Merosot, Pemerintah Tak Khawatir Seperti Krismon 1998

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah mengklaim kondisi perekonomian Indonesia saat ini tergolong stabil meski nilai tukar rupiah terus tertekan penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Bonus lainnya kondisi politik aman dan gerak cepat pemerintahan baru dalam bekerja.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengaku tak khawatir dengan jatuhnya kurs rupiah hingga ke level Rp 12.600 per dolar AS. Dirinya pun menampik jika kondisi tersebut disamakan seperti badai krisis moneter (krismon) yang melanda Indonesia pada 1998.

Nilai tukar rupiah pada 22 Januari 1998 terjun bebas ke level Rp 17.000 per dolar AS atau terdepresiasi 80 persen. Sedangkan realisasi kurs rupiah pada akhir 1997 ditutup Rp 4.850  per dolar AS.

"Nggak lah (seperti krismon 1998). Kondisi 1998 kan penyebabnya banyak karena politik juga, dan krisis di Asia, jadi bersamaan datangnya," ujar Sofyan di kantornya, Jakarta, Selasa (16/12/2014).

Sementara kondisi perekonomian Indonesia saat ini, diakui dia, secara umum sangat bagus dan stabilitas politik terjaga dengan baik. Apalagi negara ini baru saja melantik Presiden dan Wakil Presiden baru beserta Kabinet Kerja selama lima tahun mendatang.

"Presiden kita luar biasa populernya. Pun kebijakan-kebijakan pemerintah yang dikeluarkan luar biasa bagus," tegasnya.

Dalam rangka penguatan kembali mata uang rupiah, lanjut Sofyan, pemerintah akan mendorong peningkatan ekspor sebagai upaya jangka pendek. Dari momentum pelemahan kurs rupiah, sambungnya, ekspor Indonesia berpeluang meningkat. Sayang harga komoditas sedang jatuh.

"Kita juga ingin mengurangi impor yang nggak dibutuhkan sehingga kebutuhan kita terhadap dolar AS untuk mengimpor pun berkurang," jelas Sofyan.

Langkah lain, menurut dia, mempercepat masuknya investasi langsung. Salah satunya melakukan reformasi perizinan investasi lewat Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang akan berlaku mulai Januari 2015.

Sementara untuk modal investasi yang membutuhkan permintaan dolar AS besar seperti PLN, sebut Sofyan, bisa berasal dari dana-dana pinjaman Jepang, Bank Dunia, ADB dan lainnya supaya tidak perlu membeli di pasaran.

"Dana-dana ini bisa kita tarik dan memperkuat rupiah. Kalau perlu termasuk dana siaga, karena Bank Dunia maupun JICA menawarkan pinjaman berbunga murah dengan jangka waktu 30 tahun," pungkas dia.(Fik/Ahm)


Source: liputan6.com
Rupiah Sempat Sentuh Level 12.911

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerikat Serikat (AS) makin merosot pada perdagangan Selasa pagi (16/12/2014).

Berdasarkan data Bloomberg, posisi rupiah kembali terdepresiasi terhadap dolar di kisaran 12.893 pada pagi ini dari penutupan kemarin di kisaran 12.713 per dolar AS.

Sementara itu, berdasarkan data RTI, posisi dolar terhadap rupiah di kisaran 12.911 per dolar AS. Pukul 09.14 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar mulai naik terbatas dengan sentuh level 12.892.

Sebelumnya terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah kian menyusut terhadap dolar, antara lain penguatan dolar hingga spekulasi perusahaan lokal yang melakukan aksi beli dolar sebelum akhir tahun.

Sejumlah investor asing tercatat telah menarik dana hingga Rp 10,09 triliun dari obligasi berdenominasi rupiah bulan ini sejak 11 Desember.

Ekonom Standard Chartered Eric Alexander Sugandi menjelaskan, terdapat kombinasi sejumlah faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah terus menurun.

"Faktor pertama yaitu data ekonomi AS yang semakin membaik dan memicu kekhawatiran bahwa The Fed akan menaikkan suku bunganya lebih cepat dari perkiraan," ungkap Eric saat dihubungi Liputan6.com.

Kekhawatiran akan penguatan dolar AS karena peningkatan data ekonomi Faktor lain menurut Eric yaitu perputaran uang atau Great Rotation di mana dana asing yang berendar kembali masuk ke Amerika Serikat menjelang akhir tahun.

Dua sentimen tersebut merupakan faktor yang paling berpengaruh pada pergerakan rupiah belakangan ini. Selain itu, faktor berikutnya adalah kebutuhan dolar yang meningkat di akhir tahun.

"Kebutuhan dolar di akhir tahun dari korporasi lokal juga aliran dana yang berkaitan dengan penjualan obligasi belakangann ini tampak memberatkan rupiah," ungkap Chief Trader Asian and Emerging Markets di Mizuho Bank Ltd, Shigehisa Shiroki.

Menurutnya, nilai tukar rupiah kini benar-benar berada di bawah tekanan. Eric juga menjelaskan, faktor keempat adalah persepsi pasar saat rupiah menembus level tertentu yang dengan cepat memicu aksi beli dolar.

"Namun mendekati natal dan akhir tahun, transaksi dolar akan berkurang karena sudah banyak pelaku pasar yang berlibur," tuturnya.

Faktor kelima yang menekan nilai tukar rupiah adalah defisit transaksi berjalan yang terbilang masih cukup besar. Indonesia mencatat defisit transaksi berjalan sebesar US$ 6,8 miliar di kuartal ketiga dan Bank Indonesia berharap adanya penurunan defisit sebesar US$ 24 miliar sepanjang tahun ini. (Sis/Ahm)


Source: liputan6.com
Rupiah Sempat Sentuh Level 12.911 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerikat Serikat (AS) makin merosot pada perdagangan Selasa pagi (16/12/2014).

Berdasarkan data Bloomberg, posisi rupiah kembali terdepresiasi sekitar 1,4 persen terhadap dolar di kisaran 12.893 pada pagi ini dari penutupan kemarin di kisaran 12.713 per dolar AS.

Sementara itu, berdasarkan data RTI, posisi dolar terhadap rupiah di kisaran 12.911. Pukul 09.14 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar mulai naik terbatas dengan sentuh level 12.892.

Ekonom DBS, Gundy Cahyadi menuturkan, pergerakan rupiah tak stabil dalam jangka pendek ini akan terlihat dari pertumbuhan investasi. Misalnya, pembelian capital goods (yang biasa impor) tentu akan kena dampaknya.

"Kita telah melihat investment growth sangat mengecewakan sepanjang 2014 karena rupiah terkesan sedikit lemah, dan juga kenyataan bahwa adanya volatilitas yang cukup tinggi di pasar," ujar Gundy.

Menurut Gundy, rupiah melemah cukup drastis ini terutama dalam sepekan terakhir karena sentimen penguatan dolar. Apalagi permintaan cukup meningkat pada akhir tahun.

"Dolar telah menguat terutama terhadap Yen dan Euro, karena perbedaan prospek kebijakan moneter di antara The Fed, Bank Sentral Eropa dan BOE," ujar Gundy.

5 Sebab Rupiah Melemah

Sebelumnya terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah kian menyusut terhadap dolar, antara lain penguatan dolar hingga spekulasi perusahaan lokal yang melakukan aksi beli dolar sebelum akhir tahun.

Sejumlah investor asing tercatat telah menarik dana hingga Rp 10,09 triliun dari obligasi berdenominasi rupiah bulan ini sejak 11 Desember.

Ekonom Standard Chartered Eric Alexander Sugandi menjelaskan, terdapat kombinasi sejumlah faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah terus menurun.

"Faktor pertama yaitu data ekonomi AS yang semakin membaik dan memicu kekhawatiran bahwa The Fed akan menaikkan suku bunganya lebih cepat dari perkiraan," ungkap Eric saat dihubungi Liputan6.com.

Kekhawatiran akan penguatan dolar AS karena peningkatan data ekonomi Faktor lain menurut Eric yaitu perputaran uang atau Great Rotation di mana dana asing yang berendar kembali masuk ke Amerika Serikat menjelang akhir tahun.

Dua sentimen tersebut merupakan faktor yang paling berpengaruh pada pergerakan rupiah belakangan ini. Selain itu, faktor berikutnya adalah kebutuhan dolar yang meningkat di akhir tahun.

"Kebutuhan dolar di akhir tahun dari korporasi lokal juga aliran dana yang berkaitan dengan penjualan obligasi belakangann ini tampak memberatkan rupiah," ungkap Chief Trader Asian and Emerging Markets di Mizuho Bank Ltd, Shigehisa Shiroki.

Menurutnya, nilai tukar rupiah kini benar-benar berada di bawah tekanan. Eric juga menjelaskan, faktor keempat adalah persepsi pasar saat rupiah menembus level tertentu yang dengan cepat memicu aksi beli dolar.

"Namun mendekati natal dan akhir tahun, transaksi dolar akan berkurang karena sudah banyak pelaku pasar yang berlibur," tuturnya.

Faktor kelima yang menekan nilai tukar rupiah adalah defisit transaksi berjalan yang terbilang masih cukup besar. Indonesia mencatat defisit transaksi berjalan sebesar US$ 6,8 miliar di kuartal ketiga dan Bank Indonesia berharap adanya penurunan defisit sebesar US$ 24 miliar sepanjang tahun ini. (Sis/Ahm)


Source: liputan6.com
AS Jadi Biang Kerok Jatuhnya Rupiah ke Level 13.000

Liputan6.com, Jakarta - Data-data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang kian membaik membuat nilai tukar dolar menguat dan menyebabkan pelemahan rupiah serta nilai tukar beberapa mata uang di negara lain. Rupiah pun bahkan ambruk hingga menyentuh level 12.933 per dolar AS.

Data valuta asing Bloomberg, Selasa (16/12/2014) menunjukkan nilai tukar rupiah melemah hingga 1,73 persen dan anjlok ke level Rp 12.933 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:45 waktu Jakarta. Di awal sesi, rupiah mencatatkan penurunan tajam ke level Rp 12.911 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah terus tertekan dan masih berkutat di kisaran Rp 12.743 per dolar AS hingga Rp 12.937 per dolar AS.

Sementara Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) mencatat nilai tukar rupiah melemah ke level Rp 12.900 per dolar AS. Rupiah mengalami koreksi parah sebesar 301 poin dari level Rp 12.599 pada perdagangan sebelumnya.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual menjelaskan, penguatan nilai tukar dolar merupakan faktor kunci yang menyebabkan pelemahan rupiah dan sejumlah mata uang lain di dunia. Tak hanya rupiah, ruble Rusia, yen Jepang dan rupee India serta beberapa mata uang lain juga melemah dalam waktu bersamaan.

"Jadi tadi malam itu memang banyak berita negatif untuk rupiah seperti Rusia yang naikkan suku bunganya secara drastis dan indeks manufaktur AS yang menguat tajam dan mendorong nilai tukar dolar," paparnya saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (16/12/2014).

Rusia menaikkan suku bunga dari 10,5 persen menjadi 17 persen. Sementara indeks manufaktur AS meningkat jauh melampaui prediksi 0,7 persen, dengan realitas 1,5 persen.

Pemulihan data ekonomi AS akhirnya mengubah ekspektasi pasar mengenai pernyataan The Fed terkait kenaikkan suku bunganya.

"Awalnya The Fed selalu menggunakan dalam jangka waktu tertentu, tapi tampaknya dalam rapat 16-17 Desember ini, The Fed akan mengubah pernyataan soal kurun waktu suku bunganya," tutur David.

Hal tersebut membuat para investor mencari aset yang lebih aman dan akhirnya beralih ke dolar. Akibatnya, dolar menguat dan menyebabkan pelemahan ke sejumlah mata uang termasuk rupiah.

Rupiah tak sendirian, ruble Rusia tercatat telah melemah sebesar 40 persen atau terendah sejak 1997. Sementara euro juga telah melemah ke posisi terendah dalam dua tahun terakhir.

Tak hanya itu, para investor asing juga mulai melakukan aksi ambil untung dengan keluar dari pasar obligasi Indonesia.

"Rupiah mungkin bisa menembus Rp 13.000 per dolar AS, karena saat ini rupiah sudah terlalu lemah, ada overshoot dalam pergerakannya," tutur David.

Sementara dari faktor internal, David tak melihat adanya sentimen berarti yang menekan rupiah. (Sis/Gdn)


Source: liputan6.com
Negara Ini yang Bikin Rupiah Kembali Jeblok

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hingga saat ini masih dalam tren pelemahan. Bahkan pada pagi ini rupiah sempat menyentuh level 12.911 per dolar AS.

Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengungkapkan apa yang terjadi dengan rupiah bukan karena faktor dalam negeri, melainkan dari global.
Source: liputan6.com
Rupiah Sentuh 12.900 per Dolar AS, Menkeu Siapkan Jurus

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah hingga kini tengah mencermati pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus merosot. Sejumlah langkah akan disiapkan menghadapi nilai tukar rupiah yang merosot itu.

Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro menegaskan, penyebab apa yang terjadi dengan rupiah saat ini sama seperti apa yang dialami Indonesia di pertengahan 2013.

"‎Ini seperti pertengahan 2013 kemarin ketika isu tapering dari The Fed," kata Bambang di Gedung Kementerian Keuangan, Selasa (16/12/2014).

Melihat kondisi itu, dirinya mengaku akan berkoordinasi dengan Bank Indonesia yang memiliki kewenangan intervensi terhadap rupiah untuk menentukan kebijakan apa yang akan ditempuh.

Bambang memastikan kebijakan yang akan ditempuh tidak jauh berbeda dengan saat itu. Hal itu mengingat apa yang terjadi sama seperti yang dialami pada pertengahan 2013.

"‎Mau kita susun kebijakannya bersama otoritas lain seperti BI, ini masalahnya karena Rusia, jadi kebijakannya paling tidak seperti kita yang antisipasi pertengahan 2013 kemarin," papar dia.

Seperti diketahui, ‎nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerikat Serikat (AS) makin merosot pada perdagangan Selasa pagi 16 Desember 2014.
Berdasarkan data Bloomberg, posisi rupiah kembali terdepresiasi sekitar 1,4 persen terhadap dolar di kisaran 12.893 pada pagi ini dari penutupan kemarin di kisaran 12.713 per dolar AS.

Sementara itu, berdasarkan data RTI, posisi dolar terhadap rupiah di kisaran 12.911. Pukul 09.14 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar mulai naik terbatas dengan sentuh level 12.892.‎(Yas/Ahm)


Source: liputan6.com
Rupiah Ambruk ke Level Terendah Sejak 2008

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah meluncur ke level terendah sejak 2008 akibat penguatan dolar terhadap sejumlah mata uang di dunia. Nilai tukar rupiah melemah hingga 1,73 persen dan anjlok ke level 12.933 per dolar AS.

Data valuta asing Bloomberg, Selasa (16/12/2014) sebelumnya nilai tukar rupiah melemah ke level 12.920 per dolar AS. Itu merupakan level terendah sejak perdagangan 21 November 2008. Saat itu, Rupiah menyentuh level 12.768 per dolar AS.

Sementara Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) mencatat nilai tukar rupiah melemah ke level Rp 12.900 per dolar AS. Angka tersebut juga menunjukkan level terendah rupiah sejak November 2008.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual menjelaskan, penguatan nilai tukar dolar menjadi penyebab utama pelemahan rupiah dan sejumlah mata uang lain di dunia. Tak hanya rupiah, ruble Rusia, yen Jepang dan rupee India serta beberapa mata uang lain juga melemah dalam waktu bersamaan.

"Jadi tadi malam itu memang banyak berita negatif untuk rupiah seperti indeks manufaktur AS yang menguat tajam dan mendorong nilai tukar dolar," paparnya saat berbincang dengan Liputan6.com.

Indeks manufaktur AS meningkat jauh melampaui prediksi 0,7 persen, dengan realitas 1,5 persen. Pemulihan data ekonomi AS akhirnya mengubah ekspektasi pasar mengenai pernyataan The Fed terkait kenaikkan suku bunganya.

"Awalnya The Fed selalu menggunakan dalam jangka waktu tertentu, tapi pemulihan data ekonomi memicu spekulasi bahwa The Fed akan mengubah pernyataan soal kurun waktu kenaikkan suku bunganya," tutur David.

Hal tersebut membuat para investor mencari aset yang lebih aman dan akhirnya beralih ke dolar. Akibatnya, dolar menguat dan menyebabkan pelemahan ke sejumlah mata uang termasuk rupiah.

Tak hanya itu, para investor asing juga mulai melakukan aksi ambil untung dengan keluar dari pasar obligasi Indonesia.

"Kami melihat aliran keluar dana portofolio dari obligasi dan ekuitas Indonesia dengan kondisi likuiditas yang sangat tipis yang mungkin terjadi hingga akhir tahun," ungkap ahli strategi senior foreign-exchange di Australia & New Zealand Banking Group Ltd Khoon Goh. (Sis/Ahm)


Source: liputan6.com
Rupiah Tertekan, Kementerian PU Belum Sesuaikan Biaya Proyek

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) menyatakan belum ada penyesuaian terhadap beban biaya proyek pemerintah yang sudah berlangsung terkait dengan dolar semakin perkasa terhadap rupiah.

Menteri PU-Pera Basuki Hadimuljono mengatakan, hal tersebut lantaran belum keluarnya status darurat. "Kalau itu nanti dikatakan kebijakan nasional force major pasti ada kebijakan atau dianggap kahar," kata dia di Jakarta, Selasa (16/12/2014).

Dia mengatakan, status atau penilaian darurat ditentukan oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Saat ini, dia menuturkan status tersebut belum dilontarkan.

"Itu yang menentukan Menteri Keuangan, kalau force major pasti  ada kebijakan penyesuaian harga. Selama tidak pernyataan kebijakan bencana nasional," ujar Basuki.

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terus merosot. Data Bloomberg menunjukan rupiah terdepresiasi sekitar 1,4 persen di kisaran Rp 12.893 dari penutupan kemarin Rp 12.713 per dollar.

Sementara data RTI posisi rupiah terhadap dollar di kisaran Rp 12.911 per dollar. Pukul 09.14 WIB nilai tukar rupiah naik terbatas pada Rp 12.892 per dollar. (Amd/Ahm)


Source: liputan6.com
Rupiah Anjlok, Menhub Belum Tarif Batas Atas Penerbangan

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perhubungan (Menhub) Ignatius Jonan belum berniat untuk menyesuaikan tarif batas atas untuk maskapai penerbangan meskipun nilai tukar rupiah terus tertekan karena penguatan dolar Amerika Serikat (AS).

"Tidak ada penyesuaian tarif batas atas," kata dia usai menghadiri rapat koordinasi menteri bidang ekonomi di Kantor Kementerian Kordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (16/12/2014).

Menurut Jonan, sampai saat ini Kementerian Perhubungan belum mendapat keluhan dari maskapai penerbangan terkait dengan pelemahan nilai tukar ini.

Sebagian besar biaya operasional maskapai penerbangan memang menggunakan dolar AS, contohnya biaya parkir dan biaya paling besar adalah biaya pembelian bahan bakar avtur. Namun memang, saat ini harga minyak dunia terus turun sehingga bisa mengkompensasi pelemahan nilai tukar rupiah.

Jonan melanjutkan, Kementerian Perhubungan akan menaikan tarif batas atas jika kondisinya benar-benar diperlukan. "Di hold sampai situasinya bener-bener perlu dinaikan," ungkapnya.

Untuk diketahui, data valuta asing Bloomberg, Selasa (16/12/2014) menunjukkan nilai tukar rupiah melemah hingga 1,73 persen dan anjlok ke level Rp 12.933 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:45 waktu Jakarta. Di awal sesi, rupiah mencatatkan penurunan tajam ke level Rp 12.911 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah terus tertekan dan masih berkutat di kisaran Rp 12.743 per dolar AS hingga Rp 12.937 per dolar AS.

Sementara Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) mencatat nilai tukar rupiah melemah ke level Rp 12.900 per dolar AS. Rupiah mengalami koreksi parah sebesar 301 poin dari level Rp 12.599 pada perdagangan sebelumnya. (Amd/Gdn)


Source: liputan6.com
Rupiah Anjlok, Menhub Belum Ubah Tarif Batas Atas Penerbangan

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perhubungan (Menhub) Ignatius Jonan belum berniat untuk menyesuaikan tarif batas atas untuk maskapai penerbangan meskipun nilai tukar rupiah terus tertekan karena penguatan dolar Amerika Serikat (AS).

"Tidak ada penyesuaian tarif batas atas," kata dia usai menghadiri rapat koordinasi menteri bidang ekonomi di Kantor Kementerian Kordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (16/12/2014).

Menurut Jonan, sampai saat ini Kementerian Perhubungan belum mendapat keluhan dari maskapai penerbangan terkait dengan pelemahan nilai tukar ini.

Sebagian besar biaya operasional maskapai penerbangan memang menggunakan dolar AS, contohnya biaya parkir dan biaya paling besar adalah biaya pembelian bahan bakar avtur. Namun memang, saat ini harga minyak dunia terus turun sehingga bisa mengkompensasi pelemahan nilai tukar rupiah.

Jonan melanjutkan, Kementerian Perhubungan akan menaikan tarif batas atas jika kondisinya benar-benar diperlukan. "Di hold sampai situasinya bener-bener perlu dinaikan," ungkapnya.

Untuk diketahui, data valuta asing Bloomberg, Selasa (16/12/2014) menunjukkan nilai tukar rupiah melemah hingga 1,73 persen dan anjlok ke level Rp 12.933 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:45 waktu Jakarta. Di awal sesi, rupiah mencatatkan penurunan tajam ke level Rp 12.911 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah terus tertekan dan masih berkutat di kisaran Rp 12.743 per dolar AS hingga Rp 12.937 per dolar AS.

Sementara Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) mencatat nilai tukar rupiah melemah ke level Rp 12.900 per dolar AS. Rupiah mengalami koreksi parah sebesar 301 poin dari level Rp 12.599 pada perdagangan sebelumnya. (Amd/Gdn)


Source: liputan6.com
Rupiah Ambruk, Wapres JK Minta Rakyat Tak Resah

Liputan6.com, Jakarta- Nilai tukar rupiah meluncur ke level terendah sejak 2008, melemah hingga 1,73 persen dan anjlok ke level 12.933 per dolar Amerika Serikat (AS).

Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menegaskan, pemerintah tetap tak akan melakukan intervensi. Ia juga meminta masyarakat agar tidak resah.

"Tidak perlu resah karena itu ada yang kemahalan tapi ada yang memberi manfaat. Itu masyarakat yang mengkonsumsi barang impor, iya (was-was). Tapi yang menghasilkan barang ekspor, akan mendapatkan manfaat. Yang tanam kopi, cokelat, karet. Tidak semua masyarakat yang susah. Banyak juga yang senang," kata JK usai membuka Munas PMI ke XX, di JCC, Jakarta, Selasa (16/12/2014).

JK kembali menjelaskan melemahnya rupiah terjadi karena menguatnya dolar AS untuk semua mata uang di Asia. Bila dibandingkan dengan negara Asia lainnya, Indonesia masih lebih beruntung depresiasinya.

"Kita masih lumayan justru. Dari Januari ke Desember hanya bergerak 4 persen. Tapi kalau Jepang malah 40 persen. Malaysia lebih-lebih lagi," terang JK.

Ia juga menuturkan kondisi demikian, baik untuk ekspor Indonesia. Artinya, lanjut JK, barang-barang ekspor makin mahal Rupiahnya. "Impor juga mahal. Jadi orang akan mengimpor dan ekspornya ada insentifnya. Itu mekanisme menekan defisitnya," imbuhnya.

"Kita stabilkan kebutuhan pokok seperti beras, gula, daging, kita kurangi inflasi," tandas JK.

Data valuta asing Bloomberg, Selasa (16/12/2014), sebelumnya nilai tukar rupiah melemah ke level 12.920 per dolar AS. Itu merupakan level terendah sejak perdagangan 21 November 2008. Saat itu, Rupiah menyentuh level 12.768 perdolar AS.

Sementara Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) mencatat nilai tukar rupiah melemah ke level Rp 12.900 per dolar AS. Angka tersebut juga menunjukkan level terendah rupiah sejak November 2008. (Alvin/Ndw)


Source: liputan6.com
Jusuf Kalla: Rupiah Masih Lebih Bagus Dibanding Ringgit & Yen

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla mengungkapkan, pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini belum seberapa jika dibanding dengan pelemahan yang terjadi dengan pelemahan nilai tukar beberapa negara lain. Oleh sebab itu, Jusuf kalla meminta agar masyarakat tidak perlu resah.

Menurut Jusuf Kalla, jika dihitung dari awal tahun, pelemahan nilai rukar rupiah terhadap dolar AS hanya sebesar 4 persen saja. "Kalau Jepang lebih besar, negara itu sampai 40 persen. Malaysia lebih-lebih lagi," terangnya JK usai membuka Munas PMI ke XX, di JCC, Jakarta, Selasa (16/12/2014).

Menurutnya, pelemahan rupiah tersebut seharusnya justru menjadi potensi bagi para penggusaha nasional yang berorientasi ekspor.  Artinya, dengan penguatan dolar AS tersebut barang-barang ekspor menjadi lebih mahal.

"Impor juga mahal. Jadi orang akan mengimpor dan ekspornya ada insentifnya. Itu mekanisme menekan defisitnya," imbuhnya.

Jusuf Kalla pun meminta kepada masyarakat untuk tidak resah dengan pelemahan tersebut. Pasalnya, hanya ada beberapa barang saja yang mengalami kenaikan harga karena pelemahan rupiah tersebut.

Untuk diketahui, pada hari ini saja, rupiah terjatuh dalam. Data valuta asing Bloomberg, Selasa (16/12/2014) menunjukkan nilai tukar rupiah melemah hingga 1,73 persen dan anjlok ke level Rp 12.933 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:45 waktu Jakarta. Di awal sesi, rupiah mencatatkan penurunan tajam ke level Rp 12.911 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah terus tertekan dan masih berkutat di kisaran Rp 12.743 per dolar AS hingga Rp 12.937 per dolar AS.

Sementara Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) mencatat nilai tukar rupiah melemah ke level Rp 12.900 per dolar AS. Rupiah mengalami koreksi parah sebesar 301 poin dari level Rp 12.599 pada perdagangan sebelumnya. (Silvanus Alvin/Gdn)


Source: liputan6.com
Ini Penjelasan Pemerintah Soal Terpuruknya Rupiah

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terperosok dalam karena serbuan faktor eksternal. Mulai dari pemulihan ekonomi AS sampai terpengaruh kebijakan Bank Sentral Rusia yang menaikkan suku bunga acuan hingga 650 basis poin (Bps) menjadi 17 persen.

Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, kurs dolar AS mengalami penguatan hampir ke seluruh mata uang dunia. Ini merupakan gejala global yang masih akan terjadi sampai AS menuntaskan normalisasi kebijakan moneter.

Dari datanya, pelemahan mata uang terparah menimpa Rubel Rusia dan Yen Jepang. Per 15 Desember 2014, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap rupiah secara harian 2 persen, Rubel 10,2 persen, Lira Turki 3,4 persen, dan Brazil 1,6 persen.

Secara year to date atau dari akhir tahun lalu dibanding saat ini, kurs rupiah mengalami pelemahan 4,5 persen, Rubel 48,8 persen, Lira Turki 8,9 persen dan Peso Brazil 12,4 persen.

"Ini adalah fenomena global, sehingga rupiah bukanlah mata uang yang paling lemah karena mata uang seluruh negara emerging market melemah signifikan. Tapi pelemahan rupiah bersifat sementara," tegas Bambang kepada wartawan di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (16/12/2014).

Penyebabnya, dijelaskan dia, dari eksternal ada ekspektasi perbaikan ekonomi AS jauh lebih cepat dari perkiraan. Ditambah muncul berbagai harapan terhadap hasil pertemuan Federal Open Market Committee 16-17 Desember 2014. Pertemuan tersebut akan memberi arahan penghentian stimulus moneter dan reaksinya untuk perbaikan ekonomi negara Adidaya itu.

"Angka pengangguran di AS turun, pertumbuhan ekonomi membaik, sehingga menarik investasi di emerging market ke ekonomi AS. Jadi istilahnya dolar AS pulang kampung karena ada prospek yang baik," terang dia.

Di sisi lain, diakuinya, terjatuhnya kurs rupiah akibat dari kebijakan Bank Sentral Rusia menaikkan suku bunga acuan dari 10,5 persen menjadi 17 persen. Penyesuaian suku bunga yang terlalu tajam hingga 650 Bps ini, kata Bambang, dapat berimplikasi buruk terhadap portofolio investasi negara lain.

Menurut dia, Rusia sudah enam kali selama menaikkan suku bunga acuan sepanjang 2014. Hal itu terpaksa dilakukan karena harga komoditas minyak dunia turun dan menggerus pendapatan Rusia sampai 50 persen. Juga akibat depresiasi Rubel dan inflasi.

"Pola pikirnya kalau interest rate naik tajam, ada perubahan di pasar terutama permintaan ker rupiah, surat utang pemerintah dan lainnya. Portofolio dipindahkan ke Rusia saja," paparnya.

Sementara dari faktor domestik, Bambang menyebut, tingginya permintaan dolar AS menyebabkan nilai tukar rupiah amblas. Permintaan itu, lanjutnya, berasal dari kebutuhan perusahaan untuk membayar utang jatuh tempo, membagi dividen, reposisi portofolio dari rupiah ke dolar AS.

"Perusahaan harus tutup buku setiap tahun, sehingga laporan keuangan harus dengan catatan terbaik. Untuk itu banyak melakukan reposisi portofolio yang terbaik untuk perusahaannya," pungkas dia. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
BI Intervensi Rupiah Bikin Cadangan Devisa RI Susut

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memastikan akan terus memantau pasar dan mengambil langkah intervensi demi menjaga volatilitas pergerakan rupiah yang terlalu tajam.

Pada Selasa (16/12/2014) ini, rupiah kembali melemah dan sempat menyentuh‎ 12.900 per dolar AS, meski kemudian menguat di kisaran 12.600 per dolar AS.

Langkah intervensi yang dilakukan BI dipastikan akan mempengaruhi jumlah cadangan devisa‎ negara yang pastinya akan susut.

Namun begitu, Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacob memastikan pihaknya tidak akan jor-joran dalam melakukan intervensi demi menjaga cadangan devisa tetap sehat.

"Kita kan intervensinya terukur, artinya kita nggak jor-joran, terukur supaya berikan sinyal kalau BI nggak hanya diam," kata Peter di Gedung Bank Indonesia, Selasa (16/12/2014).

BI mencatat, posisi cadangan devisa Indonesia hingga akhir November 2014 mencapai US$ 111,1 miliar atau lebih rendah bila dibandingkan dengan posisi akhir Oktober 2014 yang sebesar US$ 112 miliar.

Penurunan cadangan devisa ini dipengaruhi pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan penggunaan devisa untuk pengendalian moneter oleh B‎I.

Peter menambahkan, adapun intervensi yang akan dilakukan BI demi menstabilkan nilai tukar rupiah adalah dengan membelu Surat Berharga Negara (SBN).

‎"Kalau SBN harganya lebih stabil, kita kan tahu ada outflow dari SBN jadi kita juga masuk ke pasar SBN, kalau harga SBNnya stabil investor akan lebih nyaman tidak aka menjual SBN-nya, itu juga dilakukan," papar Peter. (Yas/Nrm)


Source: liputan6.com
Ini Kenapa Rusia Bisa Buat Rupiah Kian Anjlok
Bank Indonesia (BI) mengamati langkah Bank Sentral Rusia yang menaikkan suku bunga acuan 650 basis poin (Bps) dari 10,5 persen menjadi 17 persen. Kebijakan tersebut berdampak terhadap pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). 
Source: liputan6.com
Menko Ekonomi : Suatu Saat Rupiah Bakal Diperhitungkan Dunia

Liputan6.com, Jakarta - Mata uang rupiah merupakan satu dari belasan mata uang negara lain yang termasuk paling tidak berharga di dunia. Sebab nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan sejak tahun lalu dan saat ini sempat menembus Rp 12.900 per dolar Amerika Serikat (AS).

Menanggapi hal ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, sebuah mata uang disebut berpengaruh dan berharga atau tidak dalam percaturan ekonomi dunia tergantung pada ekonominya.

"Suatu saat nanti jika ekonomi Indonesia terus tumbuh, Produk Domestik Bruto (PDB) bisa mencapai triliunan dolar AS, maka rupiah akan bagus," tutur dia saat ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa (16/12/2014).

Sofyan menceritakan, dunia tidak memandang mata uang Yuan China. Namun karena perekonomian negara tersebut tumbuh pesat, Yuan mulai diperhitungkan dunia meskipun dominasi mata uang saat ini bertumpu pada dolar AS.

"Yang penting kita perbaiki ekonomi Indonesia sebab pelemahan nilai tukar rupiah kita sekarang ini karena eksternal, bukan internal kita," imbuhnya.   

Sekadar informasi, saat ini terdapat 15 mata uang dengan nilai tukar yang paling rendah terhadap dolar AS. Dalam daftar tersebut, ternyata mata uang Indonesia, rupiah, termasuk dalam salah satu mata uang paling tidak berharga.

Menurut data itu, Indonesia menempati posisi ke-4 sebagai negara dengan nilai mata uang terendah di dunia. Sampai saat ini, US$ 1 setara dengan Rp 12.467.

Nilai tukar tersebut merupakan nilai terlemah sejak Agustus lalu, yaitu sekitar 1,3 persen, demikian menurut Bloomberg.

Majalah The Economist menyebutkan, bahwa masalah indonesia adalah infrastruktur yang jelek, pemerintahan yang birokratis dan korupsi yang menggurita. Kondisi inilah yang membuat nilai tukar rupiah sangat rendah terhadap dolar AS.

Adapun negara dengan mata uang sampah nomor 1 di dunia adalah Iran dengan mata uangnya rial. Mengikuti rial, ada mata uang dong dari Vietnam dan mata uang dobra dari Sao Tome yang menempati posisi ke2 dan ke-3 di atas Indonesia. (Fik/Gdn)


Source: liputan6.com
Rupiah Ambruk, Industri Keuangan Masih masih Kuat

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, kondisi industri keuangan Tanah Air masih cukup kuat meskipun harus menghadapi tantangan pelemahan nilai tukar rupiah yang cukup besar dalam beberapa hari belakangan ini.

Ketua OJK, Muliaman D Hadad menjelaskan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi dalam beberapa waktu belakangan ini merupakan implikasi dari perbaikan ekonomi Amerika. Oleh karena itu, pelemahan nilai tukar tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia namun juga dirasakan oleh beberapa negara lain.

Muliaman pun bercerita, perbaikan ekonomi Amerika bisa langsung dilihat dengan jelas pada industri pasar modal. 

"Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) drop 1,7 persen, Nikkei juga turun 1,9 persen, Singapura 1,3 persen drop, Filipina melemah 1,2 persen, Jerman data tadi malam melemah 2,7 persen, Inggris 1,87 persen drop," jelasnya di Kantor Kementerian Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (16/12/2014).

Namun, Muliaman memastikan, turunnya IHSG dan juga nilai tukar rupiah tersebut tak banyak berpengaruh kepada industri keuangan nasional.

OJK terus melakukan uji ketahanan terhadap segala kemungkinan pada industri keuangan, terlebih pada kondisi yang ekstrim.

"Industri keuangan nasional dalam keadaan baik dengan penanganan manajemen risiko yang baik," lanjutnya.

Selain itu, OJK juga akan melakukan pengawasan lebih dekat terutama pada industri keuangan yang berhubungan dengan valuta asing.

"Tujuannya tentu saja kami tidak menginginkan ada upaya-upaya yang bersifat spekulatif yang saya rasa sangat tidak menguntungkan," tutup dia.(Amd/Gdn)


Source: liputan6.com
JK Geram Rupiah Disebut Mata Uang Sampah

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla geram mendengar rupiah disebut sebagai mata uang sampah. Rupiah termasuk dalam urutan 4 besar sebagai nilai tukarnya rendah dibanding dolar Amerika Serikat (AS).

Kegeraman bermula saat JK ditanya oleh salah seorang wartawan. "Ada beberapa pengamat yang mengatakan rupiah sebagai mata uang sampah. Bagaimana, Pak?" tanya salah seorang wartawan.

"Ulangi lagi," tegas JK.

"Mata uang sampah," jawab wartawan.

"Ulangi lagi! Jadi kau tidak pakai Rupiah? Jangan ngomong begitu dong tentang rupiah," geram JK.

JK mengatakan malam nanti Presiden Jokowi beserta jajaran menteri akan membahas masalah ekonomi, termasuk dengan lemahnya nilai tukar rupiah. JK juga menegaskan kondisi yang terjadi saat ini adalah tren penguatan dolar AS yang menyebabkan rupiah melemah.

"Jadi tren-nya bukan masalahnya di rupiah. Masalahnya di dolar AS karena semua mata uang asing terkena. Kita malah efeknya kecil. Lihat jepang yang ekonominya lebih hebat lagi, Malaysia, Korea, Australia kena semua. Jadi bukan masalah sekali lagi kelemahannya di rupiah. Karena berubahnya kekuatan dolar AS," terang JK.

JK juga mengatakan kondisi terpuruknya rupiah tak akan berujung dengan krisis moneter seperti 1998 silam. "Begini, itu 15 tahun lalu, sekarang beda. Jangan hanya liat nominalnya. Lihat daya belinya rupiah itu lebih kuat dibanding dari daya beli dolar 15 tahun lalu," ungkapnya.

Selain itu, pemerintah juga memikirkan solusi untuk melakukan redenominasi. "Lagi dalam wacana. Tapi jangan bilang sampah ya," tandas JK. (Silvanus/Ndw)


Source: liputan6.com
Rupiah Terus Melemah, Ini Kata Presiden Jokowi

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami pelemahan. Bahkan pada pagi hari ini rupiah sempat menyentuh level Rp 12.900 per dolar AS.

Mengikuti perkembangan rupiah, Presiden Joko Widodo mengaku apa yang terjadi tidak diakibatkan oleh kondisi fundamental dalam negeri, melainkan lebih dipengaruhi oleh faktor global.

‎"Ini memang seluruh negara, pelemahan mata uang kita sama mata uang negara lain, karena memang mulai ada penarikan dolar kembali ke Amerika,"kata Jokowi di Gedung BPK, Selasa (16/12/2014).

Namun begitu, Jokowi yakin dengan kondisi fundamental saat ini, Indonesia akan mejadi salah satu negara yang tidak akan mengalami pelemahan terlalu dalam.

Kekuatan Indonesia diceritakannya akan berada pada implementasi pengalihan subsidi BBM yang dilakukan pada bulan November 2014 dan akan mulai dikerjakan di 2015.

"Tapi dengan fundamental ekonomi kita, dengan perbaikan ruang fiskal kita semoga (pelemahan mata uang) di Indonesia itu tidak berjalan lama hingga tahun depan," tegas dia.

Selain itu, dirinya juga akan mengembangkan industri-industri yang berorientasi ke ekspor dengan harapan akan mampu mengurangi ketergantungan impor. Dengan hal itu, akan mengurangi defisit neraca transaksi perdagangan Indonesia yang secara langsung berdampak pada penguatan rupiah.

"‎Memang jalan yang paling baik adalah itu, meskipun BI sudah intervensi," tutup Jokowi. (Yas/Gdn)


Source: liputan6.com