Prev Desember 2014 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
30 01 02 03 04 05 06
07 08 09 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 31 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
Berita Kurs Dollar pada hari Senin, 15 Desember 2014
Rupiah Makin Jatuh ke Level 12.600 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta- Nilai tukar rupiah anjlok hingga ke level terendah dalam 11 minggu terakhir setelah kebutuhan dolar Amerika Serikat (AS) meningkat di akhir tahun. Nilai tukar rupiah melemah ke level 12.600 per dolar AS dan menyentuh level terendah sejak November 2008.

Mengutip data Bloomberg, Senin (15/11/2014), nilai tukar rupiah tercatat melemah 1,04 persen ke level 12.597 pada perdagangan pukul 9.05 waktu Jakarta. Sebelumnya nilai tukar rupiah anjlok parah hingga menyentuh level 12.610 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah memang telah dibuka melemah di level 12.550 pada perdagangan hari ini. Di sesi awal perdagangan, nilai tukar rupiah tercatat masih bertengger di level 12.550-12.610 per dolar AS.

Ekonom Standard Chartered Eric Alexander Sugandi menerangkan, penguatan serta kebutuhan dolar yang meningkat menjadi faktor utama yang membuat nilai tukar rupiah anjlok awal pekan ini.

Data ekonomi AS yang membaik juga menebar kekhawatiran bahwa The Fed akan segera menaikkan suku bunganya lebih cepat dari prediksi.

"Ada juga faktor lain yang dikenal dengan sebutan great rotation di mana dana-dana asing kembali masuk ke kas AS. Akhir tahun juga biasanya menjadi waktu di mana kebutuhan korporasi untuk dolar meningkat," ungkap Eric saat dihubungi Liputan6.com.

Menurut Eric, dari faktor internal, defisit transaksi berjalan yang masih terlalu besar juga menjadi penyebab anjloknya rupiah. Sementara itu, terdapat faktor persepsi saat rupiah menembus level tertentu di luar prediksi.

"Saat rupiah dengan cepat menembus 12.500 per dolar AS, aksi beli dolar tidak terhindarkan," terangnya.

Awalnya, hingga akhir tahun Eric memprediksi rupiah dapat bergerak di kisaran 12.200 per dolar AS. Namun dengan kondisi perekonomian saat ini, target tersebut rasanya tidak mungkin tercapai.

Eric menilai, rupiah masih berpotensi melanjutkan pelemahannya pekan ini. "Pekan ini rupiah sepertinya masih akan berada di kisaran 12.500-12.2700 per dolar AS," tandasnya. (Sis/Nrm)


Source: liputan6.com
5 Sebab yang Bikin Rupiah Terus Jeblok

Liputan6.com, Jakarta- Dalam sepekan terakhir nilai tukar rupiah tercatat terus anjlok. Hingga awal pekan ini, nilai tukar rupiah bahkan menyentuh level terendah sejak November 2008 di kisaran 12.600 per dolar AS.

Mengutip data Bloomberg, Senin (15/11/2014), nilai tukar rupiah tercatat melemah 1,04 persen ke level 12.597 pada perdagangan pukul 9.05 waktu Jakarta. Sebelumnya nilai tukar rupiah anjlok parah hingga menyentuh level 12.610 per dolar AS.

Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah kian menyusut terhadap dolar, antara lain penguatan dolar hingga spekulasi perusahaan lokal yang melakukan aksi beli dolar sebelum akhir tahun.

Sejumlah investor asing tercatat telah menarik dana hingga Rp 10,09 triliun dari obligasi berdenominasi rupiah bulan ini sejak 11 Desember.

Ekonom Standard Chartered Eric Alexander Sugandi menjelaskan, terdapat kombinasi sejumlah faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah terus menurun.

"Faktor pertama yaitu data ekonomi AS yang semakin membaik dan memicu kekhawatiran bahwa The Fed akan menaikkan suku bunganya lebih cepat dari perkiraan," ungkap Eric saat dihubungi Liputan6.com.

Kekhawatiran akan penguatan dolar AS karena peningkatan data ekonomi Faktor lain menurut Eric yaitu perputaran uang atau Great Rotation di mana dana asing yang berendar kembali masuk ke Amerika Serikat menjelang akhir tahun.

Dua sentimen tersebut merupakan faktor yang paling berpengaruh pada pergerakan rupiah belakangan ini. Selain itu, faktor berikutnya adalah kebutuhan dolar yang meningkat di akhir tahun.

"Kebutuhan dolar di akhir tahun dari korporasi lokal juga aliran dana yang berkaitan dengan penjualan obligasi belakangann ini tampak memberatkan rupiah," ungkap Chief Trader Asian and Emerging Markets di Mizuho Bank Ltd, Shigehisa Shiroki.

Menurutnya, nilai tukar rupiah kini benar-benar berada di bawah tekanan. Eric juga menjelaskan, faktor keempat adalah persepsi pasar saat rupiah menembus level tertentu yang dengan cepat memicu aksi beli dolar.

"Namun mendekati natal dan akhir tahun, transaksi dolar akan berkurang karena sudah banyak pelaku pasar yang berlibur," tuturnya.

Faktor kelima yang menekan nilai tukar rupiah adalah defisit transaksi berjalan yang terbilang masih cukup besar. Indonesia mencatat defisit transaksi berjalan sebesar US$ 6,8 miliar di kuartal ketiga dan Bank Indonesia berharap adanya penurunan defisit sebesar US$ 24 miliar sepanjang tahun ini.

"Kalau dilihat dari nilai fundamentalnya, seharusnya rupiah masih berada di kisaran 12.000-12.200 per dolar AS," ungkap Eric.

Di tengah kondisi ini, BI diprediksi akan mulai melakukan intervensi dan mengambil tindakan untuk menahan rupiah melemah lebih jauh. Terlebih lagi saat ini, nilai tukar rupiah melemah melampaui nilai fundamentalnya.

Hal ini tentu saja memicu market panic, tapi tak akan lama dan rupiah dapat segera berbalik.

Eric awalnya memprediksi nilai tukar rupiah dapat bertahan di kisaran 12.200 per dolar AS di akhir tahun. Tapi dengan sejumlah faktor tersebut, nilai tukar rupiah masih akan terperosok lebih jauh ke kisaran 12.500-12.700 per dolar AS selama sepekan ke depan. (Sis/Nrm)

 

 


Source: liputan6.com
Rupiah Lebih Beruntung dari 3 Mata Uang Lain

Liputan6.com, Jakarta- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalah hingga di kisaran Rp 12.400 jelang akhir tahun. Meski demikian, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan depresiasi rupiah lebih beruntung, ketimbang mata uang dari negara lain.

"Untuk diketahui, dari 2014 year-on-year, dari Desember 2013-Desember 2014 itu Rupiah hanya terdepresiasi 2,5 persen. Yen itu 15 persen, Thai Bath sekitar 6 persen, Malaysia Ringgit sekitar 5-6 persen. Seluruh mata uang dunia mengalami hal yang sama. Ditambah lagi dengan antisipasi terhadap pertemuan Bank Sentral AS yang terakhir untuk tahun ini," kata Sofyan di Kantor Wapres, Jakarta, Senin (15/12/2014).

Sofyan menuturkan gejala depresiasi rupiah merupakan mega tren. Alasannya ekonomi di Amerika Serikat sedang baik. Bahkan, ia menyebut dolar sedang pulang kampung.

"Gejala rupiah ini bukan gejala spesifik Indonesia. Orang mengatakan mega trend, dolar itu pulang kampung, karena ekonomi AS ternyata bagus sekali. Oleh sebab itu, dolar yang tadinya di luar, mereka melihat opportunity di AS lebih baik. Oleh sebab itu dolar mulai kembali ke AS. Itu yang menyebabkan depresiasi mata uang, bukan hanya Indonesia," terang dia.

Selain itu, faktor lain yang menyebabkan dolar menguat adalah pada masa akhir tahun perusahaan-perusahaan biasanya menukar uang dolar untuk membayar utang.

Sofyan menegaskan pemerintah akan melakukan segala cara untuk mengembalikan kekuatan nilai tukar rupiah. Sebagai solusi jangka pendek akan dilakukan pengurangan defisit perdagangan, menaikkan ekspor, dan mengurangi impor. Juga akan diperbaiki defisit anggaran, dengan mengalihkan subsidi BBM ke arah nonproduktif ke produktif.

"Dalam jangka menengah, kita lihat lagi industri manufaktur kita. Sekarang Anda tahu, manufaktur kita tumbuhnya negatif, akibatnya segala sesuatu hampir semua kita impor, berbagai komponen. tetapi dengan mata uang Rupiah melemah, sebenarnya juga kesempatan bagi industri kita untuk meningkatkan ekspor. Jangka menengah akan lebih banyak policy yang dapat dilakukan lagi," tandas Sofyan. (Silvanus/Nrm)


Source: liputan6.com
Menko Perekonomian: Intervensi Rupiah Habiskan Cadangan Devisa

Liputan6.com, Jakarta - Mata uang Dolar Amerika Serikat terus menguat terhadap Rupiah. Dalam kondisi saat ini, Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil menegaskan intervensi untuk menguatkan Rupiah hanya akan menghabiskan devisa.

"Dalam tren yang seperti ini, kalau diintervensi dalam jumlah besar-besaran, itu habis devisa saja dan kita tidak mampu menahan," kata Sofyan, di Kantor Wapres, Jakarta, Senin (15/12/2014).

Di situs Bank Indonesia (BI), cadangan devisa tercatat US$ 111,14 miliar pada November 2014. Faktor lain yang membuat intervensi tidak akan berhasil adalah kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat/The Federal Reserve. Apalagi  Federal Open Market Committee akan dilakukan pada 19 Desember 2014.

"FOMC mereka sebut akan diadakan pada 19 Desember. Kalau keputusan FOMC, misalnya, mau menaikkan suku bunga FED, investasi dolar jadi lebih menarik lagi," tutur Sofyan.

Selain itu, depresiasi Rupiah akibat faktor dalam negeri. "Ini sebenarnya residual dari kebijakan-kebijakan yang tidak dilakukan, atau akibat kebijakan masa lalu," pungkasnya. (Silvanus A/Ahm)


Source: liputan6.com
Pelemahan Rupiah Untungkan Pengusaha UMKM

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga menuturkan, pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) dinilai menguntungkan bagi pengusaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), terutama mereka yang berbasis ekspor.

"Ekspor kena pengaruh, kalau dollar naik terus untung dia," kata dia, Jakarta, Senin (15/12/2014).

Puspayoga menceritakan, seperti halnya saat dia berkunjung ke Jawa Timur. Pihaknya mengatakan industri mebel di wilayah tersebut diuntungkan dengan kondisi pelemahan rupiah tersebut.

"Ekspornya bagus, mereka mengirim ke Australia, Eropa. Jadi tidak ada masalah, permintaan bertambah," ujarnya.

Namun begitu, pelemahan rupiah ini diprediksi tidak akan bertahan lama. Oleh karena itu, pelemahan ini tidak akan jadi patokan perkembangan UMKM ke depannya.

"Situasi ini kan fluktuatif kami tidak bisa beri patokan," tukasnya.

Sebagaimana diketahui, nilai tukar rupiah terus anjlok ke level terendah dalam 11 minggu terakhir. Bahkan, rupiah sempat menyentuh angka Rp 12.600 terhadap dollar AS atau jatuh ke angka paling rendah sejak November 2008. (Amd/Gdn)


Source: liputan6.com
Pemerintah Harus Bisa Tenangkan Pasar Soal Rupiah
Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) dinilai lebih rendah dibanding mata uang negara lain seperti Ringgit Malaysia, Yen Jepang dan Dolar Singapura.
Source: liputan6.com