Berita Kurs Dollar pada hari Senin, 08 Desember 2014 | |
Rupiah Melemah, IHSG Tergelincir 43 Poin | |
Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kurang bergairah di awal pekan ini. Dolar menguat terhadap sejumlah mata uang termasuk Rupiah telah mendorong aksi ambil untung di bursa saham. Pada penutupan perdagangan saham, Senin (8/12/2014), IHSG turun 43,98 poin (0,85 persen) ke level 5.144,01. Indeks saham LQ45 melemah 1,06 persen ke level 884,27. Seluruh indeks saham acuan tertekan pada hari ini. IHSG melemah didorong dari 226 saham berada di zona merah. Sementara itu, 81 saham menguat sedangkan 74 saham lainnya diam di tempat. Total frekuensi perdagangan saham 222.056 kali dengan volume perdagangan saham 6,99 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 5,09 triliun. Sepanjang hari ini, IHSG variatif dengan kecenderungan melemah. Di awal perdagangan saham, IHSG sempat naik 9 poin ke level 5.197,89. Bahkan IHSG sempat level tertinggi di kisaran 5.207,21 dan terendah 5.124,54. Secara sektoral, seluruh sektor saham tertekan. Sektor saham pertambangan turun 2,33 persen, lalu sektor saham konstruksi melemah 1,73 persen, dan sektor saham perkebunan melemah 1,46 persen. Pada hari ini, saham-saham yang cenderung menguat dan sebagai penggerak indeks saham antara lain saham DSFI naik 35 persen ke level Rp 135 per saham, saham APOL mendaki 19,30 persen ke level Rp 68, dan sektor saham NIPS naik 10,42 persen ke level Rp 530 per saham. Sementara itu, saham-saham yang tertekan antara lain saham ASRI turun 4,17 persen ke level Rp 575 per saham, saham WSKT melemah 3,9 persen ke level Rp 1.110 per saham, dan saham BBNI tergelincir 3,24 persen ke level Rp 5.975 per saham. Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo menuturkan, dolar menguat terhadap rupiah telah menekan IHSG. Hal itu karena memicu aksi ambil untung di bursa saham. Menurut Satrio, dolar menguat itu didorong dari krisis yang terjadi di Rusia. "Rusia termasuk emerging market. Jadi ketika rubel melemah jadi berdampak terhadap Rupiah seharusnya tidak terpengaruh. Karena kini Indonesia jadi pengimpor minyak," ujar Satrio saat dihubungi Liputan6.com. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar dari 12.296 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat 5 Desember 2014 menjadi 12.352 pada 13 Desember 2014. Sementara itu, gerak bursa saham Asia belum terlalu mempengaruhi IHSG. Satrio menuturkan, China menurunkan pertumbuhan ekonominya akan tetapi pelaku pasar di Hong Kong dan Singapura masih merespons positif. Sementara itu, bursa saham Asia cenderung variatif hari ini. Indeks saham Jepang Nikkei naik 0,1 persen. Lalu diikuti indeks saham Hong Kong Hang Seng menguat 0,5 persen dan indeks saham Shanghai naik 3 persen. Indek ssaham Australia mendaki 0,7 persen. Sementara itu, indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 0,4 persen, indeks saham Mumbai turun 0,3 persen dan indeks saham Taipei melemah 0,2 persen. (Ahm/) Source: liputan6.com |
|
BI Rate Naik, Penyaluran Kredit Melambat | |
Liputan6.com, Semarang - Kenaikan BI Rate/suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) berimbas langsung terhadap penyaluran kredit bank. Hal itu dilihat dari survei Bank Indonesia (BI) yang menunjukkan pelaku industri bank menurunkan ekspektasi penyaluran kredit pada triwulan IV 2014. Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kantor Wilayah V Jateng-DIY, Marlison Hakim menyebutkan, survei kepada perbankan mengonfirmasikan sebagian besar responden, yaitu 59,1 persen untuk menurunkan ekspektasi penyaluran kredit. Ekspektasi terhadap kondisi perekonomian Jawa Tengah pada triwulan ini, mengindikasikan kenaikan BI rate dan risiko penyaluran kredit akan berpengaruh terhadap kinerja bank umum untuk menetapkan target penyaluran kredit. "Kebijakan penyaluran kredit baru triwulan ini diarahkan pada kredit modal kerja, kredit konsumsi, dan kredit investasi dengan pangsa penyaluran kredit sebesar 78,4 persen, 16,2 persen, dan 5,4 persen," kata Marlison. Dari survei itu pula terlihat di tengah ketatnya persaingan usaha dan kondisi perekonomian yang belum sepenuhnya pulih, bank umum cenderung menyalurkan kredit dengan jangka waktu pendek. "Hal ini dikarenakan secara umum kredit jangka pendek memiliki risiko yang relatif rendah, salah satunya risiko kredit macet," kata Marlison. (Edhie P/Ahm) Source: liputan6.com |