Prev Desember 2014 Next
Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab
30 01 02 03 04 05 06
07 08 09 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 31 01 02 03
04 05 06 07 08 09 10
Berita Kurs Dollar pada hari Jumat, 05 Desember 2014
Jokowi-JK Ternyata Belum Mampu Angkat Rupiah
Pengamat Valas, Farial Anwar memperkirakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan berlanjut hingga akhir tahun ini.
Source: liputan6.com
Rupiah Melemah, Eksportir Mebel Tersenyum

Liputan6.com, Semarang - Menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) yang terus menekan nilai tukar rupiah tak dikeluhkan oleh semua orang. Justru, beberapa pengusaha tersenyum dengan pelemahan rupiah tersebut karena memberi dampak positif. Mereka adalah para eksportir mebel. 

Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Jawa Tengah, Erie Sasmito menjelaskan, pelemahan rupiah tersebut membuat volume ekspor mebel justru mengalami kenaikan hingga 15 persen.

Menurutnya, bukan hanya mebel saja, namun semua sektor yang berorientasi ekspor merasakan dampak penguatan dollar AS terhadap rupiah tersebut.

"Dengan kondisi dolar seperti saat ini, kami bisa bersaing secara harga dan pelayanan," kata Erie, Jumat (5/12/2014).

Ditambahkan, permintaan ekspor industri dari Jawa Tengah semakin diminati pasar mancanegara, salah satunya bentuk ukiran kerajinan kayu. Adapun pasar ekspor terbesar ukiran tersebut adalah Uni Eropa (UE) dan AS.

"Kami memperkirakan permintaan pasar pada 2015 akan naik 20 persen. Kami juga akan menyasar market baru. Tapi, kembali ke pelaku industri mebel bisa tidak memenuhi permintaan tersebut," kata Erie.

Saat ini rata-rata ekspor industri mebel sekitar 15 kontainer hingga 30 kontainer per bulan. (Edhie Prayitno Ige/Gdn)


Source: liputan6.com
Akhir Pekan, Rupiah Tak Beranjak dari Level 12.300 per Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepertinya betah di berada di level Rp 12.300 per dolar AS. Tiga hari ini, rupiah memang terus setia di level tersebut.

Data valuta asing Bloomberg, Jumat (5/12/2014), menunjukkan nilai tukar rupiah dibuka melemah ke level 12.310 per dolar AS. Nilai tukar rupiah sempat menguat ke level Rp 12.295 per dolar AS pada perdagangan pukul 8:24 waktu Jakarta. Namun tak bertahan lama, mata uang Garuda kembali melemah.

Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah terus berfluktuasi dan berada di kisaran Rp 12.294 per dolar AS hingga Rp 12.311 per dolar AS.

Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia menunjukkan nilai tukar rupiah hari ini menguat ke level Rp 12.294 per dolar AS. Hanya berjarak 4 poin menuju Rp 12.300. per dolar AS.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta mengungkapkan, dolar AS  terus mengalami penguatan di Asia. "Penguatan tersebut membuat rupiah menyentuh level  terlemah semenjak 2008," tuturnya.

Penguatan dolar AS karena memang pelaku pasar melihat ada estimasi yang cukup positif dari perekonomian di negara tersebut. Data-data yang keluar seperti angka pengangguran dan juga indeks kepercayaan konsumen memberikan kepercayaan lebih.

Rangga melihat, pelemahan rupiah saat ini terus mengalami penurunan sehingga bisa dikatakan kondisi fundamental dariu rupiah memang sudah membaik.

"Hari ini nilai tukar rupiah berpeluang menguat, terbantu oleh pelemahan dolar di pasar global yang terjadi pada dini hari tadi," pungkasnya. (Gdn)


Source: liputan6.com
Pengusaha Minta BI Tak Kembali Naikkan Suku Bunga Acuan

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha meminta Bank Indonesia (BI) tak lagi menaikkan suku bunga acuan atau BI rate pada tahun depan agar tidak memukul industri dalam negeri.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Haryadi Sukamdani mengatakan, sebenarnya BI tidak perlu menaikkan tingkat BI rate setelah pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi pada pertengahan November lalu.

"Sebenarnya yang kemarin, kalau tidak perlu dilakukan kenaikan (BI rate) pun tidak masalah," ujar Haryadi di Kantor APINDO, Graha Permata Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (5/12/2014).

Menurut Haryadi, jika pada tahun depan BI kembali menaikan suku bunga acuannya, dikhawatirkan malah akan memukul industri di dalam negeri. "Kalau naik lagi, bisa jadi boomerang untuk usaha nasional," lanjut dia.

Untuk, itu Haryadi berharap BI bisa mempertahankan tingkat suku bunga acuannya/ BI Rate pada posisi saat ini yaitu 7,75 persen. Dengan menjaga level ini, diharapkan membuat sektor usaha di dalam negeri bisa tetap tumbuh pada tahun depan.

"Sebenarnya dipertahankan ditingkat yang sekarang saja sebenarnya sudah cukup baik," tandasnya. (Dny/Ahm)


Source: liputan6.com