Liputan6.com, Jakarta - Usai keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) dijatuhkan dan Joko Widodo dipastikan menjadi presiden terpilih, gempita politik di Tanah Air terasa meredup.

Sementara beberapa faktor fundamental ekonomi yang masih sesuai prediksi para analis membuat rupiah tertahan dan tak mampu menunjukkan pergerakan yang signifikan.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), Rabu (27/8/2014), menunjukkan rupiah menguat tipis sebesar tujuh poin saja ke level 11.708 per dolar AS.

Mengacu pada data tersebut, pergerakan nilai tukar rupiah tercatat masih sangat tipis dan tidak melebihi 10 poin.

Sementara data valuta asing (valas) Bloomberg menunjukkan rupiah dibuka stagnan di level 11.708 per dolar AS, sama dengan perdagangan sebelumnya. Meski begitu, di awal sesi perdagangan hari ini rupiah sempat menyentuh level 11.690 per dolar AS.

Hingga siang ini, nilai tukar rupiah masih berkutat di kisaran 11.690-11.729 per dolar AS.

Sepanjang tahun ini, rupiah sempat bergerak naik dan turun secara signifikan akibat sejumlah pengaruh politik dan ekonomi. Namun setelah para pelaku pasar menemukan kepastian yang diharapkannya bagi secara politik maupun ekonomi, rupiah kembali bergerak terkendali.

"Sekarang para pelaku pasar kembali fokus pada faktor fundamental ekonomi seperti defisit transaksi berjalan dan pertumbuhan ekonomi. Sejumlah faktor psikologis yang berlangsung harian seperti konflik geopolitik juga ikut menjadi penggerak rupiah walaupun tipis," kata Ekonom Standard Chartered Eric Alexander Sugandi saat dihubungi Liputan6.com.

Sementara berbicara mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia, para pelaku pasar dinilai sudah memiliki prediksi langkah antisipasi masing-masing.

Hingga akhir September, Eric menilai rupiah tidak akan bergerak signifikan. "Yang jelas penguatan rupiah tak akan terlalu tajam, pelemahan ada tapi hanya sebentar. Rupiah masih akan berada di kisaran Rp 11.700 hingga akhir bulan depan," tandas dia. (Sis/Nrm)

(Nurmayanti)