Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah cenderung bergerak flat seiring pelaku pasar menanti hasil keputusan mahkamah konstitusi (MK) soal sengketa pemilihan Presiden pada 21 Agustus 2014.

Data valuta asing Bloomberg, Selasa (19/8/2014), rupiah dibuka melemah ke level Rp 11.688 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini. Akan tetapi, rupiah melemah ini hanya sementara. Rupiah sempat tercatat menguat Rp 11.676 per dolar AS pada siang hari.

Analis PT Bank Mandiri Tbk, Rully Arya menuturkan, defisit neraca perdagangan sekitar US$ 300 juta pada Juni 2014 masih mempengaruhi gerak rupiah sehingga masih di atas Rp 11.500 per dolar AS. Akan tetapi, saat ini relatif minim sentimen sehingga rupiah masih terjaga di kisaran Rp 11.625-Rp 11.695 per dolar AS.

Adapun rupiah sempat melemah, Rully menilai, hal itu karena pelaku pasar merespons negatif data ekonomi AS yang baru keluar yaitu indeks perumahan AS yang naik ke level tertinggi 55 pada Agustus.

"Data ekonomi AS membaik sering kali direspons negatif karena ekspektasi kenaikan suku bunga AS," ujar Rully, saat dihubungi Liputan6.com.

Rully menambahkan, adanya ketidakpastian politik di dalam negeri juga membuat pelaku pasar wait and see hingga 21 Agustus 2104.

"Pelaku pasar menunggu keputusan MK pada 21 Agustus 2014. Karena ada isu kurang baik apalagi antisipasi keamanan sehingga kemungkinan masih ada tekanan ke rupiah hingga 21 Agustus 2014," kata Rully.

Analis PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra menuturkan, rupiah cenderung flat di kisaran Rp 11.650-Rp 11.700 per dolar AS sejak 12 Agustus 2014.

"Setelah data ekonomi Indonesia keluar, volatilitas turun. Pasar menunggu hasil keputusan MK pada 21 Agustus 2014. Selain MK tidak ada mover utama lainnya," kata Ariston.

Ariston memperkirakan, rupiah bergerak di kisaran Rp 11.650-Rp 11.690 per dolar AS pada hari ini.

Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Dollar Spot Rate juga menunjukkan nilai tukar rupiah melemah tipis 1 poin menjadi Rp 11.682 pada 19 Agustus 2014. (Ahm/)