Liputan6.com, Jakarta Meski Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah memutuskan Joko Widodo sebagai presiden terpilih berdasarkan hasil rekapitulasi yang berakhir pada 22 Juli 2014, tapi pertarungan kedua kandidat presiden masih belum berakhir.
Langkah kandidat presiden nomor urut satu melapor ke Mahkamah Konstitusi (MK) memperpanjang babak baru pemilihan presiden 2014 dan berdampak pada pelemahan rupiah.
Mengutip data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), Senin (4/8/2014), usai libur Lebaran selama sepekan, rupiah menunjukkan pelemahan yang cukup signifikan di level Rp 11.747 per dolar Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan 25 Juli 2014 atau sebelum libur Lebaran dimulai, rupiah tercatat berada di level level Rp 11.591 per dolar AS.
Meski sempat dibuka menguat, data valuta asing Bloomberg juga menunjukkan rupiah bergerak melemah. Rupiah kini berada di kisaran Rp 11.705 per dolar AS hingga Rp 11.760 per dolar AS.
Ekonom PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova menilai, rupiah masih akan menunjukkan tren pelemahan selama beberapa waktu ke depan akibat ketidakpastian politik di Tanah Air. Keputusan hasil pilpres masih menjadi faktor utama penekan nilai tukar rupiah.
"Kecenderungan rupiah masih akan melemah, apalagi ada rumor pengumuman hasil pilpres akan berlangsung tidak aman. Ini membuat para investor khawatir," terangnya saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (4/8/2014).
Sekedar informasi, tim Prabowo Subianto menggugat pelaksaan pemilihan presiden ke MK. Menurut mereka, banyak kecurangan yang dilakukan oleh KPU Daerah sehingga membuat suara mereka berkurang.
Meski demikian, Rully mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah sejauh ini masih berada di bawah pengawasan dan kendali BI. Sejauh ini, perdagangan yang terlalu besar membuat BI secara efektif dapat menahan pelemahan rupiah agat tidak terlalu signifikan.
"Rupiah saat ini masih rentan, tapi BI masih berusaha menjaga agar volatilitasnya tidak terlalu tinggi," tandasnya.
Sementara dari faktor ekonomi, Rully menilai defisit transaksi berjalan masih menjadi sentimen paling signifikan dalam mempengaruhi pergerakan rupiah. Meski demikian, faktor politik masih akan lebih mendominasi dan berpengaruh.
Sepekan ke depan, Rully memprediksi rupiah masih akan terus melemah mendekati kisaran 12.000 per dolar AS. "Tapi belum akan menyentuh 12.000 per dolar AS," jelasnya.
Faktor luar negeri atau sentimen dari luar negeri juga ikut menekan nilai tukar rupiah. Analis Pasar Uang HSBC Holding Plc, New York, AS, Robert Lynch mengatakan, beberapa hari terakhir dolar terus menguat karena beberapa penyebab seperti data pertumbuhan ekonomi negeri Paman Sam dan juga data mengenai angka pengangguran.
"Data-data yang keluar tersebut sesuai dengan harapan The Fed untuk menaikkan suku di tengah 2015" jelasnya seperti ditulis oleh Bloomberg. Robert melanjutkan dengan data sesuai dengan estimasi The Fed tersebut, permintaan akan dolar menjadi meningkat dan membuat mata uang tersebut menguat terhadap semua mata uang utama dunia. (Sis/Gdn)
(Arthur Gideon)
Source: liputan6.com
|
Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengatakan pergerakan rupiah pada minggu lalu sempat terpengaruh akibat faktor eksternal yang terjadi di Argentina karena gagal bayar surat utang.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara menegaskan meski rupiah terpengaruh namun hal itu hanya terjadi secara sesaat dan tidak berlanjut hingga hari ini.
"Minggu lalu memang ada pelemahan di negara emerging, tapi minggu lalu kan Indonesia libur, dan memang rupiah agak melemah di 11.800 ada kaitannya Argentina, tapi itu juga volume pasar memang kecil," kata Mirza saat ditemui di Gedung Bank Indonesia, Senin (4/8/2014).
Mirza menjelaskan, volume perdagangan di Indonesia sangat kecil karena hanya mencapai 44 juta. Sementara itu, dalam taraf normal volume perdagangan di pasar keuangan berkisar 800 juta hingga 1,5 miliar.
"Jadi pelemahan itu bukan situasi yang normal. Hari ini sudah lebih baik, beberapa hari ke depan lah setelah semua pelaku pasar masuk kantor bisa lihat perdagangan kembali," jelas Mirza.
Menanggapi aksi gagal bayar Argentina, Mirza menganggap hal itu biasa mengingat bukan yang pertama kalinya Argentina mengalami hal serupa.
Meski secara langsung sempat mempengaruhi capital inflow di beberapa negara berkembang di dunia, namun Mirza lebih menyerahkan semua kepada investor.
"Investor di market sudah bisa membedakan mana pemerintah yang menjaga rasio utang bagus atau tidak, kalau pemerintah Indonesia kan tidak default, kami tidak melihat ada gejolak di SUN, walaupun Argentina seperti itu, jadi saya yakin Indonesia masih akan menarik bagi mereka," papar mantan Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan itu.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah menjadi Rp 11.747 pada 4 Agustus 2014 dari periode sebelumnya Rp 11.591 per dolar AS. (Yas/Ahm)
(Agustina Melani)
Source: liputan6.com
|
Liputan6.com, Jakarta - Di awal Agustus, rupiah kembali dibuka dengan pelemahan. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di level Rp 11.700 per dolar AS berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (JISDOR).
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo menjelaskan pelemahan rupiah yang terjadi dikarenakan karena kondisi belum pastinya mengenai situasi politik di Indonesia.
Belum pastinya keputusan mengenai hasil pemilihan umum presiden 2014 ditambah dengan minimnya transaksi perdagangan juga menjadi faktor pelemahan rupiah.
"Tidak apa-apa (rupiah melemah) karena faktor periode 1 Agustus ada sedikit gejolak karena pasar tipis sekali, karena saat itu ada kondisi perkembangan dunia risk off," kata Agus saat ditemui di Gedung Bank Indonesia, Senin (4/8/2014).
Agus menjelaskan adanya risk off pasar keuangan dunia terutama bagi negara berkembang lebih dikarenakan pengaruh Argentina yang gagal bayar utang untuk kesekian kalinya.
Namun apa yang terjadi di Argentina hanya bersifat sementara bagi Indonesia, dan hal itu hanya berdampak tidak terlalu besar ke Indonesia.
"Kalau secara umum kondisi Indonesia lebih ke hasil pilpres 22 Agustus nanti yang baik, itu akan membawa kepastian dan optimisme terhadap Indonesia," papar Agus.
Dari kurs tengah (JISDOR) Bank Indonesia nilai tukar rupiah berada di level Rp 11.747 per dolar AS atau melemah jika dibandingkan dengan pada 25 July 2014 yang berada di level Rp 11.591 per dolar AS.
Sementara dari kurs Bloomberg pada pukul 12.00 tercatat dibuka di level Rp 11.760 per dolar AS dan hal itu menjadi titik terendah. Saat ini rupiah menguat 20 basis poin dengan berada di level Rp 11.740 per dolar AS meski sempat menyentuh level tertinggi di 11.707,50. (Yas/Gdn)
(Arthur Gideon)
Source: liputan6.com
|